01. Alula Mughny Ridauddin

67 10 2
                                    

Assalamualaikum Aku bawa cerita baru nih, dijamin banyak typo mohon diingatkan ya, juga harap dimaklumi penggunaan PUEBI ku masih berantakan karena Aku baru terjun  di dunia kepenulisan. Seiring berjalannya cerita ini InsyaAllah PUEBI akan aku perbaiki.
Terimakasih💘
.
Oiya, jujur aja cerita ini sebenarnya udah tiga kali perombakan, dari judul, juga alur cerita. Yang bertahan cuma nama tokohnya aja. Mohon maaf ya atas kelabilanku. InsyaAllah kali ini tidak akan diubah lagi, karena Aku udah buat outlinenya, dan endingnya tergantung nantideh. Wkkwkwkwk. Love you all🧡

Jangan Lupa dengerin lagu di mulmed ya, gak tau kenapa Aku suka banget dengerin lagu ini, jadi tambah semangat memperbaiki diri rasanya.


Kasi love dulu sini 🧡

***

Perkenalkan namaku Alula Mughny Ridhauddin, anak kedua dari tiga bersaudara. Kegiatanku saat ini adalah Guru tahfidz di sebuah Yayasan yang cukup terkenal di kota yang berjarak satu jam dari rumah Orangtuaku. Hampir setahun sudah Aku bekerja sebagai guru disini, anak didikku biasa memanggil diriku Ustadzah Lula.

Selain itu kegiatanku yang lain yaitu berdakwah.  Semenjak semester tiga saat Aku kuliah, bisa dikatakan Aku hijrah dan mengikuti suatu komunitas lalu memperdalam ilmu agama. Jika hari senin sampai hari kamis Aku mengajar anak tahfidz, maka hari jum'at sampai hari minggu Ku gunakan untuk berdakwah, mengisi kajian di berbagai pengajian Ibu-ibu, mengisis seminar di Sekolah-sekolah umum, juga mengisi kajian online.

Saat ini tujuanku hidup hanya untuk beribadah kepada Allah, apapun akan kulakukan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, khususnya dalam memperjuangkan agama Allah. Biarpun masa laluku jauh dari kata baik, Aku ikhlas.

'Tidak ada kata terlambat selagi Allah belum mengatakan waktunya untuk pulang.'

Dulu awal-awal Aku hijrah mengalami pergolakan batin yang cukup kuat, ditambah orang-orang di lingkunganku banyak yang kaget, dan menurutku itu hal yang wajar. Ada yang bangga dan menyemangati juga mendoakan agar Aku istiqomah, tapi banyak juga yang mencemoh mengatakan Aku sok suci, sok alim. Tapi kata-kata seperti itu Aku jadikan motivasi untuk menjadi pribadi lebih baik lagi kedepannya.

Oiya, sebenarnya saat kuliah jurusanku adalah pertanian lebih tepatnya agribisnis. Pasti kalian bingung ya kok bisa jadi guru?

Semua berawal ketika ketika Aku sudah lulus kuliah, dan salah satu Ustadzah kenalanku nenawarkan pekerjaan ini, saat itu beliau berkata bahwa ada sebuah Yayasan yang sedang membutuhkan guru tahfidz. Tentu saja Aku senang, karena cita-citaku sejak kuliah ingin mempunyai Rumah tahfidz tanpa pikir panjang akupun setuju. "Lumayan menambah pengalaman dan bisa juga mensyiarkan ilmu Al-Qur'an" ujar hatiku saat itu.

Seperti saat ini, Setelah sholat dzuhur aku langsung bergegas menyiapkan semua keperluan untuk mengajar tahfidz. Setelah dirasa semua selesai aku langsung menuju Yayasan tahfidz. Saat sampai disalah satu kelas tahfidz yang akan aku bimbing. Aku memberi salam pada anak didikku.

"Assalamualaikum anak-anak sholeh dan shalihahnya Ustadzah"

"Waalaikumussalam Ustadzah Lula ku sayang" jawab mereka secara bersama-sama sambil tersenyum jahil khas anak-anak pada umumnya.

"Baiklah sebelum mulai setor hapalan, Ustadzah mau nanya nih siapa yang tadi tidak sholat subuh?" sama seperti hari sebelumnya Aku memang selalu mengawali kegiatan belajar dengan memberikan pertanyaan terkait sholat, khususnya sholat subuh. Karena sholat merupakan kewajiban untuk setiap ummat muslim. Dan sholat harus sudah diajarkan kepada anak-anak sejak dini. Agar ketika mereka baligh nanti, mereka tak lagi asing dengan kewajiban mereka.

Salah satu muridku mengacungkan tangannya. "Okey, Gilang kenapa tidak sholat subuh nak?" 

"Maaf ustadzah, Gilang sudah buat alarm tapi tetap gak dengar ustadzah" Jawabnya malu-malu sambil menundukkan wajahnya. Mendengar jawaban itu anak-anak lainnya tertawa.

Kemudian muridku yang bernama Adit menimpali "Itusih kamu yang kebo Gilang hahahaha" ujar Ahmad diikuti tawa murid lainnya.

"Sudah-sudah tidak boleh ditertawakan ya nak, yang penting Gilang sudah jujur. Karena jujur itu sikap yang dicintai Allah"

selanjutnya Aku kembali bertanya kepada Gilang. "Memangnya Ayah Gilang tidak mengajak Gilang untuk sholat ke masjid?"

kemudian Gilang menjawab pertanyaanku dengan mengerakkan lehernya ke kanan dan kekiri sambil berujar "Gimana mau bangunin Gilang Ustadzah, Ayah Gilang aja gak sholat subuh"

"Tidak apa-apa Gilang, nanti selanjutnya sebelum tidur Gilang berdoa ya sama Allah agar dimudahkan untuk bangun sholat subuh. Gilang nanti yang bangunin Ayah gilang untuk sholat, pasti Gilang jadi anak sholeh dan dapat pahala banyak ya nak!" ujarku sambil mengusap kepalanya dengan sayang.

"Iya Ustadzah, Ustadzah emang paling the best" jawabnya sambil mengangkat kedua jempol tangannya diiringi dengan senyuman polos.

Inilah permasalahan saat ini, banyak orangtua yang minim ilmu agama, akhirnya berdampak besar pada anaknya. Seperti kasus Gilang. Bagaimana mungkin Ia sholat subuh sementara Ayahnya sendiri pun tidak sholat. Lalu siapa disini yang akan disalahkan? Sungguh sedih dan miris melihatnya. Mungkin kasus Gilang ini satu diantara banyak kasus lainnya diluar sana.

***
Seperti biasa setelah selesai mengajar tepatnya pukul enam sore, Aku langsung menuju sebuah kamar yang tidak begitu luas namun cukup nyaman. Disediakan oleh pihak Yayasan untuk para Guru tahfidz yang rumahnya lumayan jauh dari Yayasan.

Aku beristirahat sejenak diatas kasur kecilku sambil mengecek ponsel, melihat siapa tahu ada pesan penting yang masuk ketika aku mengajar tadi. Dan benar saja ada sebuah pesan dari salah satu Musrifahku' yang menanyakan kabar sekaligus menanyakan sesuatu yang tidak Aku duga.

"Assalamualaikum Lula apa kabar? semoga Allah selalu memberikanmu kesehatan ya. Oiya Mbak mau nanya apa Lula sudah siap menikah?"

"Menikah?" gumamku pelan hampir tak terdengar. Tidak menyangka pertanyaan itu akan terucap juga, lalu Aku berujar didalam hati "Apakah ini adalah waktu yang tepat, dimana Allah telah mendengar doa-doaku?"


Note :

*Musrifah = Seorang pembimbing hampir sama seperti seorang Ustadzah hanya saja musrifah perannya lebih dekat dengan kita, bisa menjadi tempat curhat kita dan mencari solusi untuk permasalahan kita. Intinya seseorang yang membimbing kita dan mengingaykan kita setiap saat agar jangan sampai futur, berkomunikasinya lebih intens dari seorang Ustadzah/guru.

Alhamdulillah part 1 selesai juga, semoga kali ini berkesan ya dihati kalian.  Boleh banget dikoreksi jika terdapat kesalahan penulisan dan yang lainnya. Ambil yang baik dan buang yang buruknya ya :) Jazakillah udah mampir see you di part selanjutnya.


23:43 wib
Sabtu, 03 Oktober 2020

.
.
.

Salam sayang dari calon istri Pak suami yg masih rahasia💙

Lembaran Takdir CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang