i care about you, i always do.
Setelah hari berganti hari lainnya, Ryujin tak lagi nampak di hadapan mata Sunwoo. Seolah-olah, gadis berperawakan mungil itu benar-benar dicuri setan.
Sunwoo menatap ponselnya. Tidak ada pesan satupun dari Ryujin. Tepatnya, pesan terakhir Ryujin hanya berakhir pada empat hari yang lalu setelahnya tidak ada.
Sunwoo bukan khawatir, ia hanya merasa aneh. Tidak biasanya jika Ryujin tak menghubunginya, mengiriminya puluhan pesan, segala cara dihalalkan oleh gadis itu untuk mendapatkan perhatian Sunwoo. Namun, semuanya gagal.
Sunwoo ini hanya pemuda tidak berpengalaman pada seorang gadis. Hanya pemuda dengan ratusan pikiran aneh yang menghantuinya terus menerus.
"Aku tidak melihat Ryujin. Kalian bertengkar lagi?" Tanya Sanha ketika mereka tengah menyatap hidangan makan siang mereka di kafetaria. Sunwoo mengedik saja, ia juga tak tahu sebenarnya.
"Apa urusanmu? Kami terakhir bertemu empat hari lalu, kemudian dia menghilang begitu saja-"
"Hilang? Maksutmu?"
Sunwoo berdecih remeh, " tidak ada kabar. Waktu itu malam hari saat dia memaksa untuk pulang-"
"Dan kau membiarkannya begitu saja?!"
Sunwoo menaikkan wajahnya, menatap Sanha aneh; "memangnya kenapa? Aku salah?" Sanha menepuk keningnya sendiri.
"Ryujin itu seorang gadis, Sunwoo. Kalaupun kau benci dengannya, tidak seharusnya kau biarkan dia pulang sendirian apalagi saat malam. Setidaknya kau biarkan dia menginap di rumahmu. Bagaimana kalau dia diculik atau- diperkosa?! Kau mau bertanggung jawab?!"
Sunwoo pusing. Rasanya hendak pecah kepalanya, Sanha terlalu membebani pikirannya dengan angan-angan Ryujin diculik atau apalah itu. Hei, kalaupun itu terjadi; Sunwoo tentu tidak bersalah- memilih pulang di malam hari adalah kehendak Ryujin, bukan dia yang mengusir Ryujin pergi!
"Sudah kubilang, itu bukan kehendakku! Jika Ryujin celaka, bukan tanggung jawabku!"
Namun bukan Sanha jika gagal membuat Sunwoo bungkam dalam sebaris argumen, pemuda berwajah manis itu sontak tersenyum tipis lalu menunjukkan layar ponselnya pada Sunwoo yang menatapnya kesal.
"Kau lihat? Ryujin khawatir padamu, Woo."
"Kau lihat juga? Itu pesan lama, jangan coba mencari kesalahanku-"
Lagi-lagi, Sanha tertawa saja; kedua matanya melirik sinis kearah Sunwoo yang menatapnya nanar. Sanha menyisir rambutnya sendiri dengan senyum yang entah mengapa, seolah menantang Sunwoo dalam diam.
"Kenapa kau melihatku begitu, hah?!"
Sanha tertawa kecil mendengar gertakan Sunwoo. namun dalam beberapa saat ia kembali dengan gayanya yang sok misterius tadi. Makin membuat Sunwoo mendengus murka.
"Kau memang egois, Seonoo. Tapi sayang, pribadi itu bukan yang terbaik untukmu. Dengar, ini memang pesan lama yang dikirim Ryujin padaku, namun ini bukan perkara waktu yang aku sampaikan, melainkan perkara Ryujin yang rela mengirimiku pesan hanya untuk menanyakan apa kau sudah makan atau belum. I mean, she's care about you. she loves you."
"I mean, she's care about you. she loves you."
She's care about you. she loves you.
"Kalau begitu, potong rambutmu, sudah seperti tarzan."
"Sunwoo! Kalau kau tidak turun, aku akan telepon ibumu sekarang!"
"Menemanimu dong; kata mama, sepasang jiwa akan melakukan hal yang sama."
Sunwoo membuang napasnya lelah, kedua matanya kian sayu. Mengatakan bahwa sang empu tengah berada dalam masa yang menyedihkan.
Sebenarnya, Sanha memang tidak salah kali ini- bukan kali ini, tapi selalu. Sunwoo hanya terlalu malu mengakuinya. Sunwoo is just a boy who wants to win against the others.
"Kamu itu pacarku, harusnya ikut membaur bersamaku- menjagaku, kamu juga harus melindungiku."
Sunwoo memasukkan permen karet kedalam mulutnya, mengunyahnya tenang. Ryujin memang pacarnya, kekasihnya, gadisnya. Tapi, kenapa tubuhnya terasa menutup ruang untuk Ryujin tinggal dalamnya?
Sunwoo meringis, bulu kuduknya meremang; merasakan ada hal ganjil yang tengah terjadi, entah pada siapa.
tring~ tring~ tring~
Sunwoo melirik layar ponselnya, tertera profil Ryujin disana;
dengan permohonan tolong padanya.
[ SIDE TALE: THIRD PIECE ]
the little girl cried. Today was a bad day, just like always. She hugged the heart-shaped diamond near her heart, cried and cried like it's the only thing she could did.
She felt the diamond keep scraped, little by little, everytime her tears fell. Seems, her fairy heard her cries every night came.
She kept cried until she felt exhausted, and she fell a sleep. Just like the other nights she have done passed.
One thing she never notice, that the fairy boy always came by the midnight. His low wings slowly disappeared by the cries of the little girl.
The fairy smiled widely and whispered some words, that it wish, the girl could heard; "be prepare, i'll come in by your side, sweetheart."
Once again, he left the little girl whose hugged the necklace on her slept. This is the last time he would left the girl alone.
[ SH!T THINGS; SHE DID ]
bentar lagi end ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
sh!t things; she did
Fanfictionsh!t things; ❝am i a joke to you?❞ ft. kim sunwoo | shin ryujin (c) 2020 • worteulssi