"You would never know that a little boy living inside your soul, darling."
Lemparan ringan mampu melayangkan tas ransel Sunwoo tepat diatas kursi goyang terasnya, tubuhnya kemudian menyusul menimpa benda malang itu.
Kedua matanya terkatup lelah, tampak sekali dari wajahnya yang layu.
"Kamu habis bermain lagi."
Sunwoo berdecak, tanpa perlu membuka matanya saja ia sudah bisa menebak sang pengucap.
"Bukan urusanmu. Ini hidupku. Urus saja hidupmu yang bergelimang laki itu, malas betul." Ketus Sunwoo diakhiri bisikan kesalnya; Ryujin menggeleng seraya menjengat rambut Sunwoo.
"Kalau begitu, potong rambutmu. Sudah seperti tarzan." Celetuk Ryujin, wajahnya bengis tiada ampun ketika melepas jengatannya dari rambut ketal Sunwoo. Sunwoo hanya meringis, kejam kali.
"Sakit tahu! Memang kalau aku potong rambutku, kamu tidak mengangguku lagi?" Dengus Sunwoo, Ryujin tersenyum, "sayang, aku ini pacarmu. Tidak mungkin aku berhenti mengurusmu. Ingat, aku calon istrimu?"
Sunwoo berdecih. Dia ingin kabur ke Rusia saja, menetap di kediaman ibu dari almarhum ayahnya.
Tapi itu akan sia-sia, Ryujin pasti bisa menyusulnya kapan saja ia mahu, dan Ryujin pasti akan tahu kemana kakinya melangkah. Sunwoo, hanya seperti mesin yang ditanami cip oleh pemiliknya, dimata Ryujin.
Baru saja Sunwoo hendak menyandarkan punggungnya lelah, tangannya terlanjur ditarik paksa oleh Ryujin- memintanya untuk mengikuti Ryujin menuju halaman belakang.
"Kita potong rambutmu, anak kecilku."
Sunwoo terus menggerakan badannya, seolah ia tak nyaman ketika tangan Ryujin bersentuhan sedikit saja dengan tubuhnya. Hey, Sunwoo bukan anak kecil lagi- dan ia tidak bodoh untuk mengerti maksut Ryujin.
"Diam, sayangku. Sedikit lagi rambutmu rapih, kamu akan jadi tampan!"
"Aku sudah tampan!"
"Itu kata ibumu, kataku belum."
"Lalu untuk apa kamu mahu jadi pacarku?"
Ryujin tersenyum sipu, tangannya yang semula mencekal gunting dan sisir kini telah kosong. Benda tajam itu telah diletakannya diatas meja kayu disamping Sunwoo duduk.
Pemuda dengan surai cokelat pekat itu bergidik, membayangkan gadis gila ini menusuknya dengan benda tajam itu setekah berkata macam-macam.
Sunwoo terperanjat kecil ketika merasakan kedua tangan Ryujin mengalung di lehernya; heh, siapa yang berani melakukan ini padanya? Ibunya saja tidak berani, astaga.
"Karena aku ingin menjagamu, adik kecil. Aku menjadikanmu pacarku bukan karena aku butuh tampang pangeran- aku butuh satu cinta tulus untuk membebaskanku dari semua hal yang ada dalam hidupku." Bisik Ryujin, namun suaranya bergetar- seolah meminta pertolongan dari beban yang membuat bahunya merosot berat.
Sunwoo terdiam, tak hendak ia menyahut. Gadis ini memang gila, memangnya Sunwoo itu superhero? Oh maaf, Sunwoo lebih memilih menjadi anti-hero.
Pemuda alis tebal itu kemudian melepaskan pelukan Ryujin darinya, menebas kecil seragam sekolahnya dari rambut-rambut yang terjatuh.
Ryujin tersenyum sebelum menarik Sunwoo mendekat, membersihkan secara tuntas rambut-rambut yang menyebar pada seragam sekolah nan kusut yang dipakai pemuda Kim itu.
"Kamu bisa meminta pertolongan padaku, adik kecil. Tak perlu sungkan."
Namun Sunwoo hanya mendengus malas, ia menepis tangan Ryujin kasar dan meninggalkan gadis itu sendirian di halaman belakang rumahnya.
Ryujin tersenyum tipis merasakan tingkah Sunwoo yang menurutnya manis, just like a little boy she wants.
// SH!T THINGS; SHE DID //ini book satu bikin tuman ngetiknya anjie :(
KAMU SEDANG MEMBACA
sh!t things; she did
Fanfictionsh!t things; ❝am i a joke to you?❞ ft. kim sunwoo | shin ryujin (c) 2020 • worteulssi