00 ♡ Prolog

2.6K 233 19
                                    


------------------------------------
jika dewasa adalah sebuah pilihan maka usia bukanlah sebuah jaminan

-- marentinniagara--
------------------------------------

Mentari bersama jingga dalam senja. Guratannya pun menawan seolah menyenandungkan nada. Mewarnai dalam setiap jengkal langkah yang akhirnya membawa mata untuk menatap sejenak.

Indah dengan keelokannya. Kecongkakan raja siang yang akan tenggelam, luruh bersama dinasti kemasyurannya.

Hidup dalam dunia yang begitu heterogen. Yang dia tahu bahwa kedua orang tuanya memberinya doa terbaik atas nama yang kini disandangnya. Dawai Zynnda Ghazala. Panggil dia Dawai, gadis periang dengan sejuta mimpinya menyongsong masa depannya. Cerdas dengan sejuta pesona, mata lebar dengan sorotnya yang tajam khas wanita timur tengah. Jangan lupakan hidung mancung yang menghiasi paras ayunya.

Dawai, yang tak luput dari setiap tatapan mata lelaki yang melihatnya. Seperti senja yang selalu menyenangkan untuk dinikmati.

Andai dunia tahu bahwa tidak setiap senja membawa keindahan kala mendung tebal menutup sang raja siang yang tergelincir dan ratu malam menampakkan dirinya hingga dia merebah lalu tunduk dalam kuasanya.

Dawai, yang harusnya merdu dengan simfoni penghias setiap nada bergulir. Tercipta tiap bar hingga terkumpul menjadi verse dan terlahirlah sebuah ciptaan yang akan indah untuk menyentuh indra perungu setiap insan.

Sama seperti namanya, Dawai yang begitu mencintai musik. Menyatukan nada dalam irama menyentuh kata menjadi frase yang indah. Harmonisasinya justru menambahkan kalimat musik itu bisa menerjemahkan chorus dalam setiap alunannya.

Tangan mungilnya kini mencoba meraih rangkaian tuts berwarna hitam putih itu. Menari indah di atasnya dan mengisi malam dengan suara yang bisa menyejukkan hati.

Usianya masih belia, namun perjuangannya untuk sampai di titik seperti ini harus merelakan hati memeras air matanya.

Terlahir di keluarga super mewah, bukan berarti dia tidak pernah merasakan kekurangan. Justru karena kemewahan yang dia dapatkan sampai dia terlupa untuk mengetahui bagaimana sejatinya cinta dan kasih sayang itu didapatkan. Semua seolah bisa tergantikan dengan besarnya dollar yang dihasilkan setiap hari atas tetesan keringat yang mengalir membasahi pakaian mahal yang kini membebat tubuhnya.

Entah ini sebuah kesalahan atau memang sudah takdir dari Tuhan, perjalanan hidupnya tidaklah secantik parasnya yang ayu. Tidak seindah senja yang selalu menemaninya. Tidak semulus rekah senyum yang selalu dia perlihatkan kepada setiap orang.

Hidup tertawan. Dalam pusara keluarga yang sungguh sangat pelik untuk diurai ujung pangkalnya. Dawai seperti masuk istana yang justru membuatnya harus jungkir balik mengiba atas semua nasibnya.

Biarlah hanya alam dan semesta yang bisa berkonflik. Baginya cukup, dan semua harus berakhir.

"Menjadi pianis? Apa yang akan kamu hasilkan dengan bermain permainan yang tidak memiliki mutu itu?"

"Kantor Papamu jauh membutuhkanmu untuk meneruskannya. Ambil fakultas yang bisa menjadikanmu sejalur dengan kami."

"Benar, tidak ada mahasiswa seni dalam keluarga kita. Papa tidak ingin mencetak kere di rumah ini!"

Ketidaksetujuan itu seketika meremas hati seorang Dawai. Bukankah dahulu papanya juga seorang pemusik yang akhirnya jatuh cinta kepada mamanya. Anak seorang konglo yang waktu itu mengundangnya untuk memainkan musik saat si putri konglo berulang tahun. Siapa lagi jika bukan ulang tahun mamanya. Hingga suatu ketika akhirnya orang tua memberikan kepercayaan kepada Papa untuk menikahi putrinya sekaligus membesarkan usaha yang telah dirintisnya. Mengapa justru sekarang sang papa seolah-olah menghapus semua kenangan tentang masa lalunya? Meskipun usaha tersebut berkembang pesat dalam tangan Sandrio bukan berarti dia bisa melupakan semua masa lalunya.

DAWAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang