Jaemin terbangun. Perlahan matanya terbuka sembari menetralisir cahaya matahari yang menyorot masuk ke pandangannya. Sembari meregangkan tubuhnya yang terasa pegal, ia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Pantas saja ia merasa tubuhnya pegal, ia baru sadar ternyata ia tertidur di lantai semalaman.
Apa tidak ada satupun dari mereka yang membangunkanku?
Anehnya, ia mendapati selimut yang menyelimuti bahunya padahal seingat nya ia tertidur begitu saja tanpa ingat tempat apalagi selimut. Siapa yang memberikannya?
Oh lupakan sejenak perihal itu, Jaemin baru ingat jika hari ini ia dan yang lainnya ada jadwal latihan, lantas ia pun terburu-buru berjalan ke arah kamar mandi.
•••
"Kayaknya jaemin masih tidur deh, gak ada yang mau bangunin dia gitu?" tanya Renjun setelah cukup lama menimang-nimang pertanyaannya. Ia dan yang lainnya tengah menyantap sarapannya tentu saja tanpa kehadiran Jaemin.
"Dih males banget, entar juga bangun sendiri tuh," Jeno berucap ketus sembari tangan nya sibuk memotong daging panggang.
Kemudian suasa kembali sepi hanya dentingan sendok beradu dengan piring. Mereka fokus pada sarapannya masing-masing dan renjun mengerti sekali jika mereka pun sedang bergelut akan pikirannya tersendiri.
"Tumben belum bangun, biasa juga dia yg paling duluan bangun," ucap Haechan di sela-sela melahap sarapannya.
Chenle mengendurkan bahu, "Mungkin kepikiran yang semalem kali."
"Dahlah gak peduli gw." pungkas Jeno.
Panjang umur sekali, ternyata sosok yang tengah di bicarakan kini sudah berdiri di hadapan mereka dengan senyuman manis seperti biasanya. Mereka sadar sekali jika senyuman itu hanya topeng belaka, senyuman yang di buat-buat agar ia terlihat baik-baik saja. Dan senyuman itu membuat hati mereka merasa bersalah.
"Sorry telat, kalian kenapa gak bangunin sih?"tanya Jaemin. Namun baru saja ia akan mendudukan tubuhnya di kursi, Jeno sudah lebih dulu beranjak.
"Gw duluan ya, udah kenyang!" pamitnya tanpa menoleh sedikit pun pada Jaemin.
Perasaan Jaemin mencelos. Berpikir bahwa setelah ia bangun dari tidurnya maka suasana kembali normal ternyata tidak, semuanya masih sama seperti kemarin. Bagaimana rasanya ketika kamu berada di suatu kelompok namun kehadiranmu begitu di abaikan? Sakit? Tentu saja, Jaeemin pun merasakan hal itu.
"Dahlah males gw makan disini," Kini Haechan yang pergi, ia menyudahi sarapannya begitu Jaemin duduk di antara mereka.
Suasana mulai terasa canggung. Jaemin merasa seperti orang asing di antara mereka, ia tidak yakin jika mereka pun mau melanjutkan sarapan bersamanya.
"Apa kalian juga ingin pergi?" Tanyanya. Jaemin rasa satu persatu dari mereka sepertinya ingin segera berlalu meninggalkannya.
"Baguslah lo tau itu, siapa sih yang mau deket-deket orang kayak lo!" ujar Jisung. Ia pun beranjak dari kursi nya dan berlalu bersamaan dengan Renjun dan Chenle.
Jaemin tertegun dengan perubahan sikap mereka itu.
Lantas jaemin pun sarapan tanpa siapapun yang menemaninya mungkin hanya semilir angin dan sunyi yang kini tengah mendampinginya. Jaemin merenung di tengah sarapannya, memikirkan setiap kalimat yang memenuhi pikirannya.
•••
Jaemin duduk menyandarkan pundaknya di tembok, latihan hari ini cukup menguras tenaga terlihat dari keringat yang membasahi tubuhnya dan deru napas yang lebih cepat dari biasanya entah kenapa kepalanya juga sedikit terasa pusing. Jaemin mengambil botol air nya lalu meneguk nya cepat, kemudian ia memperhatikan Jeno dan yang lainnya asik berbincang sesekali mereka tertawa bersama dan melakukan kekonyolan yang mampu membuat Jaemin terkekeh dari kejauhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Nana (Jaemin X You) - [✓]
FanficPacaran sama orang yang di sukai banyak orang itu emang berat, dan disinilah kamu bakal nyeritain suka duka pacaran jarak jauh dengan seorang idol. ⚠️ This is just a fanfiction Started (12-08-2019) Ended (31-07-2021)