Kamu menenggelamkan wajahmu pada boneka beruang besar kesayanganmu. Kalimat menunggu itu melelahkan benar terasakan sekarang olehmu. Tanganmu pegal memegangi ponsel terlalu lama dan itu semua hanya untuk menunggu kabarnya. Kamu sudah mencoba menghubunginya lebih dulu,menelpon berkali-kali sampai spam chat yang entah berapa banyaknya kamu kirimkan namun belum satupun terbalaskan. Matamu yang masih sembab itu terasa perih menatap layar ponsel hanya untuk mengecek ada tidaknya ia membalas.
Entah untuk yang keberapa kalinya kamu mengecek ponselmu lagi, namun yang kamu harafkan belum kunjung kamu dapatkan juga. Rasanya kamu ingin menyerah saja dan bodo amat dengan semua hal itu. Sebenarnya kemana jaemin? Satu hal itu yang terus saja berputar di pikiranmu. Apa sebegitu sibuk nya kah ia sampai tidak mengabarimu atau sekedar membalas pesanmu. Kamu sudah merasa benar-benar di lupakan. Sampai kamu akhirnya merasa kesal dan memblokir kontak jaemin begitu saja.
Terdengar sedikit keributan dari luar kamar. Kemudian pintu kamar mu di ketuk dengan tak sabar.
"(Y/n) ini gue, bukain pintu nya, dong!" Pintanya dengan suara yang meninggi. Sebelumnya sudah kamu duga kalo Mila bakal nyamperin kamu ke rumah setelah mengetahui apa yang terjadi.
"Maaf, Mil. Gue lagi pengen sendiri dulu." Sahutmu.
"Gak, gue tau lo butuh sandaran. Gue siap kok jadi pendengar buat lo!" Mila menyanggah cepat. Kamu tersenyum kecil,mila memang cukup memahamimu.
"Biarin gue masuk, ya?" Tanya nya lagi.
"Makasih, gue bisa nenangin diri gue sendiri, kok."
Mendengar itu mila yang masih setia berdiri di luar pintu kamarmu mengerucutkan bibirnya kesal.
"Ya, masa gue jauh-jauh kesini terus balik lagi gitu?" Ucapnya.
"Gak masalah kalo lo gak mau cerita dulu tapi setidaknya biarin gue nemenim lo, ya?" Tanya nya. Mila mencoba berusaha membujuk mu.
"Gimana kalo kita keluar, ke taman atau jalan-jalan kemana gitu?"
"Gue mau sendiri. Lo ngerti gak sih, mil?" Tolakmu lagi dengan suara yang meninggi.
"Oh.. oke." mila menunduk. Sepertinya ia harus menyerah membujukmu dan membiarkanmu pada keputusanmu sendiri. Ia mengerti kalo kamu butuh menyendiri dulu dan ia yakin keesokannya kamu pasti kembali seperti biasa. Ia tahu itu.
Mila menghela napasnya.
"Yaudah, klo gitu gue balik dulu. Jangan lupa hubungin gue kalo lo butuh sesuatu." Teriak nya dari luar.
"Jangan sedih mulu, makin jelek lo nanti!" Candanya. Kamu tersenyum dalam diam.
"Jangan lupa besok sekolah, byee."
Suara derap kaki mila pun menghilang. Suasana di sekitar kamarmu terasa kembali sunyi mungkin hanya helaan napasmu dan denting jam yang terdengar. Ia sendiri pun sebenarnya tak ingin menyuruh mila pergi seperti itu. Namun bagaimana lagi,bibirnya pun bahkan belum kuasa untuk sekedar berbagi cerita.
Kamu segera membenamkan kepalamu ke bantal. Kamu pun memilih tidur, kegalauan ini rupanya menguras tenagamu juga.
•••
Jaemin keluar dari ruangan pd-nim dengan kalut. Ia menyandarkan tubuhnya pada pintu kemudian menghela napas berat. Setelah membicarakan permasalahan ini bukannya merasa sedikit lega,ia justru merasa semakin di buat pusing. Jaemin sadar sekali jika karna dirinya grupnya pun bisa ikut bermasalah. Sebenarnya tidak ada yang terlalu serius, pd-nim juga tidak menekankan apapun atau menyuruhnya menentukan sebuah keputusan. Hanya saja ia terlalu mencemaskan banyak hal sampai ia sendiri tidak tahu harus melakukan apa.
Jaemin memantapkan dirinya dan segera melangkahkan kaki untuk kembali ke dorm. Di sepanjang langkahnya, ia mencoba mengabaikan setiap orang yang membicarakannya ataupun menatapnya menyelidik ketika ia lewat. Pikirannya sudah cukup terbebani, bisa pecah rasanya jika di tambah dengan memikirkan pandangan orang terhadapnya.
Ia sedikit mempercepat langkahnya kemudian tatapan khawatir juga penasaran teman se-grupnya menyambut dirinya yang baru saja tiba di sana. Tanpa berkata apapun ia segera menjatuhkan tubuhnya di sofa kemudian berbaring dan segera memejamkan mata. Hari ini sungguh terasa berat baginya. Saking penat nya ia tidak berniat pergi ke kamar. Mereka yang melihatnya pun mengerti jika ia tengah lelah dan akan lebih baik jika tidak dulu mengganggu nya dengan hal apapun. Mereka juga merasa tidak enak hati,di saat ia mendapat masalah mereka justru tak bisa membantu banyak.
Haechan mengisyaratkan yang lainnya untuk mendekat kemudian berucap sedikit berbisik.
"Kita ke kamar gue aja dulu. Biarin jaemin istirahat disini." Ujarnya. Ia melirik jaemin sekilas,memastikan ia tidak terganggu.
"Terus ini gimana, hyung?" Chenle menunjukan ponsel jaemin di genggaman nya. Jaemin melupakan ponselnya saat keluar dan itu terus saja berdering menampilkan deretan pesan dan panggilan tak terjawab.
Mereka terlihat berpikir keras.
"Udahlah nanti aja deh, kasian dia lagi banyak pikiran sekarang. Ponselnya di silent aja dulu." Ujarnya. Chenle menggangguk dan melakukan apa yang di ucap jeno barusan.
"Tapi, Jen. Gimana kalo itu penting? Dia ngehubungin jaemin terus pasti ada yang mau di omongin." Tanya renjun
"Yakali kita bangunin. Masih bagus juga jaemin mikirin buat istirahat, moga aja pas bangun dia udah ngerasa baikan."
"Kasian juga, ya? Pasti perasaan pacar nya nana hyung keguncang banget." Ucapnya lirih.
"Hhaah? Apa-apa?" Jaemin menyahut cepat. Ia segera turun dari sofa dan berjalan tergesa ke arah mereka.
Mereka sedikit terkejut. Berarti sedari tadi jaemin belum tertidur.
"Ada apa? Tadi kedengeran banget loh ada kata 'pacar nya nana hyung' di perbincangan kalian."
Jisung gelagapan, ia tidak lupa kalo ia yang berucap seperti itu. Bagaimana bisa jaemin mendengarnya,padahal seingatnya dia sudah berbicara dengan pelan tadi.
"A..anu."
"Pas hyung pergi, dia terus aja ngehubungin." Ucap chenle. Ia menyodorkan ponsel yang memang milik jaemin itu. Jaemin mengernyit dan setelah meraba-raba saku celana nya ia baru sadar kalau ia memang meninggalkan ponselnya.
Menyambar ponselnya dengan cepat,ia segera membuka ponselnya dan notifikasi muncul begitu banyak. Aishh ini bisa menjadi masalah. Jaemin merutuki dirinya yang bisa-bisanya tidak sempat menghubungi kamu.
Jaemin merasa semakin kalut mengetahui ia tidak bisa mengirim pesan ataupun panggilan karena kamu yang memblokir kontaknya. Ia yakin sekali kalo kamu kini kecewa besar padanya. Baginya sedikit tidak masalah jika kamu marah padanya,merasa jengkel dan muak setidaknya itu lebih baik daripada kamu ingin mengakhiri hubungan dengannya. Jelas jaemin tidak pernah mengharapkan itu.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
My Nana (Jaemin X You) - [✓]
FanficPacaran sama orang yang di sukai banyak orang itu emang berat, dan disinilah kamu bakal nyeritain suka duka pacaran jarak jauh dengan seorang idol. ⚠️ This is just a fanfiction Started (12-08-2019) Ended (31-07-2021)