6. Menonton bioskop dengan orang yang kusuka
7. Punya foto berdua dengan orang yang kusuka
8. Berjalan-jalan dan makan bersama orang yang kusuka
9. Punya kenangan indah dengan orang yang kusuka
10. Menyatakan perasaanku padanya
Permohonan sembilan done!
Aku menganggap kemenangan Jerome di lomba pidato tempo hari sebagai kenangan indahku bersamanya.
Kau tahu, aku tidak perlu sesuatu yang terlalu manis, pelukan misalnya, atau... sebuah ciuman? Ah, mustahil sekali manusia macam Jerome melakukan itu. Apalagi kepadaku, si penyakitan ini. Cukup benturan di kening kami yang rasa nyut-nyutannya justru berimbas ke dadaku sampai sekarang.
Aku membuka jendela kamar, menikmati pemandangan serba merah muda hasil dari pohon sakura di belakang rumah yang kata Om Rafa sudah ditanam sejak lama. Kelopaknya satu persatu berguguran. Di tanganku, buku harian berwarna biru yang senantiasa kubawa kemana pun kupergi, membuka lembar di mana sepuluh permohonan itu ditulis.
Aku melompat keluar jendela kamar, memungut beberapa kelopak sakura yang jatuh ke rerumputan, lalu mengambil ranting kecil. Aku menyelipkannya di buku harianku, berniat menjadikan ranting dan kelopak sakura itu sebagai kenang-kenangan kalau aku pernah menginjakkan kaki di Jepang, membuat kenangan bersamanya pada waktu di mana sakura merekah dengan indahnya.
Hei, kalian tahu? Ini akan menjadi musim semi terakhir dalam hidupku.
***
"Al, ada Jerome tuh di depan." Eri berteriak dari ruang tamu saat aku sedang menyiapkan makan siang di dapur.
"Jerome? Seingatku hari ini kami nggak ada janji bertemu, deh." Otakku berputar, mengingat-ingat apakah ada yang aku lalaikan?
"Nggak tahu, samperin dulu, gih."
Aku menghampiri Jerome yang berdiri di depan gerbang. "Jer?"
Siang ini dia memakai hoodie berwarna hitam, celana denim berwarna biru gelap dan wajahnya segar sekali seperti habis mandi.
"Hai, Al. Aku mau ajak kamu ke beberapa tempat kalau kamu mau," katanya.
"Kemana, Jer? Memangnya kamu nggak belajar hari ini?"
Dia tersenyum lebar. "Hari ini aku libur, dari subuh aku udah belajar dan materinya sudah selesai. Aku lagi pengin jalan-jalan, terus keingat kamu lagi di sini. Kenapa nggak sekalian, kan?"
Bibirku membulat dan kepalaku mengangguk. "Ta--Tapi, aku siap-siap dulu, ya. Kamu tunggu di dalam aja. Silakan masuk."
Aku kembali ke kamar, menyiapkan penampilan terbaik dengan terburu-buru. Eri membantuku memoleskan bedak dan lipstick berwarna natural. Tak lupa sapuan blush on pink di kedua pipi yang semakin menonjolkan sisiku yang pemalu.
"Perfect!" Eri membetulkan long cardigan-ku.
"Kamu nggak ikut?" tanyaku.
Dia menggeleng tegas. "This is your time."
Begitu keluar kami kamar, mata Jerome membulat dan dia sempat terdiam melihat penampilanku.
"Ini berlebihan, ya? Aku jelek, ya?" kataku canggung setelah beberapa detik ia memaku.
Tangan Jerome berkibas. "Nggak kok. Utsukushīdesu." (Cantik)
Aku menunduk, merahsiakan senyum dan pipiku yang pasti sangat merah. Eri bengong tidak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKA (dan 10 Permohonan)
Aktuelle LiteraturAku Alka Senarya Al Lail, seorang perempuan pengidap kanker tulang. Kata dokter, hidupku tidak akan bertahan lama. Oleh sebab itu aku membuat sepuluh permohonan sebelum aku tak ada lagi di dunia ini. Semoga semesta mengabulkan ke sepuluh permohonan...