Apa aku perlu memperkenalkan diri dulu?
Baik.
Aku Jerome. Yeah, Jerome versi cerita ini. Aku ingin mengatakan beberapa hal kepada... kepada siapa, ya? Siapa saja. Termasuk kepada seorang perempuan yang raganya tidak bisa lagi aku lihat. Semua tahu namanya. Nama yang menjadi judul cerita ini. Ya, Alka.
Aku akan mengungkapkan semuanya agar tidak ada lagi yang tidak diketahui.
Supaya... perasaanku tersampaikan.
***
Hari di mana upacara pembukaan masa orientasi siswa baru menjadi awal aku melihatnya pertama kali. Seorang gadis bergestur canggung melangkah ragu melewati gerbang sekolah. Mataku yang tidak sengaja menangkap sosoknya hanya melihat sekilas, sebab seluruh murid segera membentuk barisan. Aku pun tidak terlalu berpikiran panjang tentangnya. Sama seperti kalian melihat orang berseliweran di jalan, atau di hari pertama sekolah, tanpa tanda tanya, tanpa rasa apa-apa, sekadar asal lewat di penglihatan kalian. Begitulah aku melihat Alka.
Di saat upacara berlangsung, aku berdiri di barisan agak belakang sebab tubuhku tinggi. Aku bisa melihat perempuan canggung tadi berdiri tidak jauh di depanku. Kepalanya selalu menunduk. Pundaknya kecil dari belakang.
Begitu memasuki aula, aku merasa semesta berkonspirasi. Perempuan berambut panjang itu duduk di sampingku. Wajahnya agak pucat tanpa riasan apa-apa. Namun tidak bisa kupungkiri, dia cantik dengan senyum sendu miliknya.
Saat acara pembekalan di aula dimulai, aku mencari pulpen untuk mencatat dan tidak menemukan pulpenku di saku seragam. Aku pun tersenyum. Benar kan? Semesta mendukung.
""Sorry, boleh pinjam pulpennya? Pulpen saya hilang. Padahal tadi saya taruh di kantong, tapi nggak ada." Sebenarnya aku bisa aja pinjam ke teman sebelah aku yang jelas-jelas aku tahu namanya. Sementara gadis di sampingku ini sama sekali tidak aku tahu! Tapi... basa-basi dikit boleh, kan?
Dia menyerahkan pulpennya tanpa berani menatapku. Lucu, pikirku. Sepele sih. Tapi entah mengapa, aku merasa dia sangat lucu dan misterius di waktu bersamaan.
Si gadis peminjam pulpen itu ternyata mendapat peringkat 3 terbesar masuk ke sekolah ini. Waw! Tuh kan! Dia ini misterius banget! Namanya Alka Senarya Al Lail. Nama yang panjang.
Dan dari namanya saja bisa kusimpulkan kalau kami... berbeda.
Sepulang sekolah hari pertama, aku mengembalikan pulpennya. Kami berjabat tangan. Dan entah kenapa, berhadapan dengannya membuatku merasakan sesuatu yang lain. Seperti... entahlah, aku tidak bisa menjelaskannya. Lebih tepatnya, aku belum bisa menjelaskannya.
***
Tentang Alka, tidak banyak kenangan yang bisa kuceritakan. Karena sesingkat itu momenku dengannya.
Sewaktu kami mendapat kesempatan lomba fisika, Alka menolak mentah-mentah dengan alasan ia tidak bisa. Aku dan Vero berusaha membujuknya tetapi ia kukuh dengan jawabannya. Aku pun berusaha mengejarnya sepulang sekolah. Dan untuk pertama kalinya... aku ditolak.
Sebenarnya aku sedikit kecewa bukan karena Alka menolak lomba tersebut, tapi lebih kepada... aku kehilangan kesempatanku bersamanya. Saat itu, aku merasa marah. Tetapi, aku berusaha mengendalikan diriku dan tetap berusaha yang terbaik bersama Vero. Tentu saja aku terus berharap Alka bergabung.
Begitu Alka menghampiri kami yang sedang belajar di perpustakaan... hatiku sangat lega.
Saat hari H lomba, timku membawa kemenangan untuk sekolah kami. Bisa kurasakan bagaimana kami bahagia saat itu. Alka dan Vero tersenyum di sampingku. Ah, aku tidak bisa menyembunyikan bagaimana hari itu menjadi salah satu hari terbaik di hidupku. Selain karena perlombaan pertamaku di SMA membawa hasil yang memuaskan, ada yang tak kalah spesial. Yaitu, senyum lebar Alka yang ternyata sangat manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKA (dan 10 Permohonan)
قصص عامةAku Alka Senarya Al Lail, seorang perempuan pengidap kanker tulang. Kata dokter, hidupku tidak akan bertahan lama. Oleh sebab itu aku membuat sepuluh permohonan sebelum aku tak ada lagi di dunia ini. Semoga semesta mengabulkan ke sepuluh permohonan...