11. Lomba Pidato

1.9K 398 62
                                    

"Menonton bioskop dengan orang yang kusuka. Punya foto berdua dengan orang yang kusuka. Berjalan-jalan dan makan bersama orang yang kusuka. Punya kenangan indah dengan orang yang kusuka. Menyatakan perasaanku padanya." Aku menggigit bibir saat membaca kembali to do list di buku harianku. Memikirkan bagaimana cara memulai agar Jerome bisa membantuku mewujudkannya tanpa perlu tahu tujuan yang sebenarnya. Sepercik ragu muncul dan segera aku enyahkan. 

Sadar, Alka. Kamu pasti bisa! 

Eri keluar dari kamar mandi. Aku kembali menutup bukuku lalu memasukkannya lagi ke dalam koper. Aku akan menunggu Jerome di depan perkomplekan. Tepatnya di sebuah tangga yang merupakan pintu masuk blok wilayah ini. Aku merapikan nasi kepal yang kubuat ke dalam sebuah tempat makan transparan. 

"Buat Jerome?" tebak Eri. 

"Iya. Aku yakin dia belum sempat sarapan." 

"Buat aku mana?" 

"Itu. Di meja depan. Udah aku siapin. Aku pergi dulu ya." 

Tanganku gesit menyambar tas kecil untuk menutupi tempat makan yang aku bawa. Supaya Jerome tidak repot saat membawa bekal ini nanti. Kakiku melangkah ringan, seringan kelopak sakura yang jatuh ke tanah, pasrah diempas angin. 

Aku berjalan di bawah langit biru yang sangat bening. Beberapa orang terlihat beraktivitas di jalan. Ada yang bersepeda, ada yang berangkat kerja, ada yang sekolah, bermacam-macam. Setelah lima menit, aku sampai di sebuah undakan tangga. Aku berhenti di bawahnya, berdiri menunggu, mengetuk-ngetuk ujung sepatu boots-ku yang sedikit kebesaran. 

Lima menit, Jerome belum muncul. Aku menunggu dengan sabar. Dengan jantung yang berdebar. Setengah jam kemudian, tampak seorang lelaki berlari dari kejauhan. Ranselnya bergoyang mengikuti gerak tubuh tingginya yang tampak gusar. 

Begitu sampai di depanku, dia terengah-engah. 

"Ka--Kamu... Nggak apa-apa, Jer? Kamu telat?"   

Jerome menggeleng, lalu tertawa. "Aku jogging. Hehehe." 

"Yang benar aja, Jer." Kepalaku menggeleng. Aneh sekali, orang macam apa yang jogging pakai ransel?

"Kamu bawa apa, Al?" Dia melirik ke benda yang kupegang. 

"O--Oh, iya. Ini... Onigiri. Buat kamu." 

Dia menatapku kaget, sebelum akhirnya senyuman lebar khasnya terbit. "Shinken ni?" (Serius?)

Aku mengangguk senang. "Iya. Buat kamu. Ini, silakan." 

Jerome menerimanya sambil tertawa. "Wah! Makasih banyak, Al. Kebetulan aku belum sarapan." 

"Sama-sama. Ya udah, jalan lagi, gih. Nanti kamu telat." 

Dia mengangguk. "Oh iya. Besok aku luang, Al. Dari jam dua siang. Mau aku kenalin ke teman-temanku?" 

"Boleh. Aku ajak Eri sekalian gimana?"

"Silakan. Biar makin ramai."

Kami berpisah setelah Jerome berpamitan. Aku tersenyum memandang punggungnya yang menjauh lantas lenyap di belokan jalan. 

***   

"Apa? Kok aku ikutan?!" Eri melotot ke arahku. 

"Please. Masa aku sendirian ke komplek asramanya Jerome." Aku memasang mimik wajah semelas mungkin. 

Salahku juga sih tidak langsung memberitahukannya begitu Jerome mengajakku kemarin. 

Sekarang Jerome menunggu di luar gerbang dan Eri malah ngambek tidak mau ikut. Alasannya, dia malu karena tidak bisa berbahasa Jepang. Aku mencoba membujuknya sekaligus memaksa. Akhirnya, setelah melalui debat yang agak panjang, barulah dia menyerah atas keinginanku. 

ALKA (dan 10 Permohonan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang