P r o l o g u e

87 39 18
                                    

"Saya suka sama Bapak."

Aku masih diam di sini, berdiri menatap ke depan dengan perasaan harap-harap cemas.

Perlu diapresiasi karena akhirnya aku berhasil. Mematahkan pendirian menjadi manusia tidak ekspresif yang selalu aku bangga-banggakan di depan Iren. Karena nyatanya sekarang, aku mati-matian menutupi gemetar dengan gestur sok manis andalan yang kupunya.

Hening.

Yang kudengar sejak aku selesai menyatakan perasaanku adalah ketukan jemari seseorang yang berada di belakangku.

"Saya, gak."

Ya, seharusnya dari awal aku memprediksi ini. Akan sangat ceroboh karena aku terlalu percaya diri soal perasaannya. Penolakan dan deklarasi perasaan sepihak, seharusnya sudah menjadi hitunganku.

RARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang