Rara murka. Iren tertawa. Lihat saja, sudah sejak tadi Iren hanya sok menahan tawa tapi pada akhirnya meledak-ledak, juga.
"Lo tahu nggak, sih, R—"
"Nggak." Rara galak mode on. "Muka lo tadi kayak orang mau lahiran! Hahaha—njir, ngeselin banget sih, lo!" Rara menghentikan ledekan Iren yang menyebalkan tadi dengan mengarahkan tumpukan buku yang Rara bawa ke depan bibir Iren. "Bibir seksi, gue.." Iren memasang wajah berduka sambil menyentuh bibirnya.
"Kok ke kanan, sih?! Kubikel dosen, kan, belok kiri!" Iren sewot.
"Pak Zafran gantiin Pak Reza, kalau lo lupa."
Iren memicingkan matanya. "Kok tumben, lo bisa mikir?" Ya, jangan salah juga. Rara masih bisa berpikir dengan baik, meski kalau sudah terkait Pak dosen Rara selalu kikuk. "Gue nggak sedangkal itu." Iren manggut-manggut. "Deg-degan nggak, pas nyebut nama Pak Dosgan?" Kata Iren sambil mengedipkan matanya berulang kali. "Lumayan." Jawab Rara berbisik.
Sekali lagi, Iren tertawa.
"Lo yakin, nggak mau ikut masuk?" Tanya Rara ketika mereka sudah berhenti di depan sebuah ruangan. Walau besar kemungkinannya Iren menolak, setidaknya Rara tetap menawarkan. Ya, semoga ada keajaiban karena Iren mau menemaninya masuk ke dalam sana.
Keduanya sama-sama menatap pintu berwarna hitam dengan list putih yang sudah ada di hadapannya.
"Kenapa gue harus mau. Yang punya masalah, kan, lo." Kata Iren, enteng. Hancur lebur sudah tanpa sisa harapan Rara. Dan, apa katanya? Ini masalah Rara? Hei, apa Iren lupa karena siapa Rara harus berhadapan dengan Pak dosen sekarang?!
"Lo tuh, ya! Kalau nggak gara-gara lo ju–"
"Daahh, Rara!" Iren tersenyum sambil membersihkan tangan dengan gaya seperti di film-film saat berhasil membereskan sesuatu.
Rara kikuk. Menampilkan senyum secerah mentari ketika sudah memasuki ruangan yang langsung tercium aroma woody, sangat maskulin. Rara jadi mendapat satu informasi mengenai Zafran, aromanya. Dan Rara menyukai aroma seorang Zafran.
Di sana, laki-laki yang menghuni ruangan itu langsung mengalihkan pandangannya ketika mendengar pintu ruangannya terbuka lalu tertutup kembali, mendapati seorang gadis tersenyum canggung di dekat pintu. Zafran terkejut, tetapi langsung mengendalikan ekspresinya. Zafran menutup beberapa dokumen yang sedang ia periksa dan menatap malas ke depan.
"Apa saya perlu mengajari kamu cara mengetuk pintu?" Wajahnya datar, tidak ada ekspresi minat menunjukkan rasa penasaran. Kelihatan.. males banget.
Rara mati kutu. Ini semua salah Iren! Kalau bukan karena di jorokin, Rara juga sudah pasti menampilkan cara bertamu yang elegan. "Maaf, P– pak." Rara menunduk. Zafran beranjak dari kursinya. Merasakan gerakan melangkah yang semakin mendekat, dengan ragu Rara mengangkat pandangan. Di sana, Rara tahu seharusnya perasaannya tidak seceroboh itu. Melihat laki-laki yang berdiri menjulang di hadapannya, Rara jadi mau lompat berlindung dalam dekapan yang akan memberinya kehangatan dan tidak akan pernah melepaskannya.
Laki-laki ini, Rara ingat. Betapa pengaruh yang diberikan membuat Rara sulit mengendalikan diri. Mata hitam itu, memerangkapnya. Sedangkan dilain tempat Rara menatapnya lekat, menyelam begitu dalam seakan tidak ingin kembali ke permukaan. Di mana hanya akan membuat Rara sadar, benar, seharusnya hatinya tidak selancang itu untuk sebuah tuntutan rasa ingin memiliki.
"Kamu, Rara?" Rara mengangguk. Kesadarannya kembali. Tubuhnya masih bisa dikendalikan.
"Kamu tahu kesalahan kamu?" Lagi, Rara mengangguk. Rara mengerti sepenuhnya.
"Kalau saya nggak salah, kamu memang punya fokus yang kurang baik. Dan kalau memang saya salah, seharusnya kamu mematahkan hipotesa saya tentang kamu hari ini. Tadi, di kelas." Zafran mempertahankan tatapannya. Rara kelimpungan sendiri menghadapi laki-laki ini. Dan sejak tadi harapannya masih sama, Rara membutuhkan pertolongan seseorang sekarang. Saat ini juga. "Saya nggak lupa, kalau kamu hanya diam aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
RARA
ChickLitRasa bersalah, rusaknya suatu hubungan, berjalan pada lingkaran kehidupan yang memuakkan dan cinta pandangan pertama. Tidak rumit, jika seandainya Rara kembali menjadi sosoknya yang dulu. Terbuka dan nggak ribet. Baca, deh.