15. Bagaimana Jika Jaemin Tau

28.9K 4.2K 1.6K
                                    

Bilang kalau ada typo
Happy Reading

Jeno terdiam mendengar perkataan Jaemin. Darimana ia mendapatkan donor mata untuk Jaemin?

"Jika aku mendonorkan mataku-"

"Aku tidak ingin mata seseorang yang sudah berkali-kali menyakitiku. Aku tidak ingin melihat dengan mata seseorang yang jahat" Sahut Jaemin memotong perkataan Jeno.

Jeno terdiam. Tentu saja, Jaemin pasti tidak ingin berhubungan dengan orang jahat sepertinya.

"Kau bisa mencari donor mata jika memang kau benar-benar merasa bersalah. Aku tidak memaksamu. Hanya jika kau benar-benar membutuhkan maafku. Jika kau tidak ingin mencarikan donor mata, maka cukup jauhi aku dan jangan pernah menemuiku selamanya maka aku akan mamaafkanmu. Cukup. jauhi. aku"

Jaemin menekan kalimat terakhir pertanda ia tidak ingin dibantah. Jeno tidak bisa berbuat apapun. Ia sadar dengan kesalahannya.

"Tapi aku tidak bisa menjauhimu" Namun sekali lagi, Jeno kekeh dia tidak ingin menjauhi Jaemin

"Kenapa? Kau ingin menyakitiku lagi? Setelah kau membuatku seperti ini?"

"Ada sesuatu yang harus aku lakukan padamu" Ucap Jeno reflek. Sedetik kemudian dia menyesal telah mengatakan itu. Mulut sialan. Katanya dalam hati.

"Apa? Melakukan apa? Aku sudah bukan jalangmu lagi. Dan aku sama sekali tidak ingin bertemu denganmu. Aku bersyukur Tuhan memberiku kebutaan sebagai karma dari pekerjaanku sebelumnya. Karena jika tidak, aku pasti tidak akan bisa menyuruhmu pergi dari kehidupanku"

Jeno menghela napas lega. Setidaknya Jaemin tidak curiga dengan perkataannya tadi.

Sedikit banyak Jeno pasrah dengan keinginan Jaemin. Untuk sementara dia akan menjauhi Jaemin. Ya, sementara

Sampai dia bisa menebus dosanya.

****

Jeno berjalan dengan gontai ke kamarnya. Sebelum masuk kamar, dia melihat Haechan dan Renjun sedang bercengkrama berdua.

"Yak. Darimana saja kau? Ibu mencarimu sejak pagi" Haechan berteriak saat ia melihat Jeno masuk ke dalam rumah.

"Bukan urusanmu" Jawab Jeno dingin

"Ck. Setidaknya kabari kami jika kau akan pergi. Ibu mencemaskanmu. Padahal ia sama sekali tidak pernah mencemaskanku sejak dulu" suara Haechan mengecil saat mengatakan kalimat terakhir.

"Bibi Yoona khawatir padamu Jen. Kau tahu betapa protektifnya bibi Yoona padamu" Renjun bicara untuk menghindari kesedihan Haechan. Ia tau apa yang Yoona lakukan pada Haechan berbeda dengan Jeno

"Ck, aku tidak peduli"

"Astaga, jika aku jadi dirimu tidak akan kusia-siakan kasih sayang bibi Yoona"

"Kalau begitu kau saja yang jadi anaknya"

Renjun mendesis pelan "sepupu sialan".

Jeno tidak mengindahkannya. Ia hanya memasuki kamarnya dengan lemas dan segera menidurkan diri di ranjang.

Menghela napas lelah. Sejujurnya Jeno lelah dengan semuanya. Ia ingin mengakhiri semuanya. Meminta maaf pada Jaemin dan menebus dosanya. Jika beruntung mungkin ia akan menyatakan perasaannya sekali lagi, dan jika tidak ia hanya memendam perasaannya.

Blesser || Nomin ☑️ (Unpublish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang