04.

310 112 34
                                    

   "Ella, sayang cepat turun, Nak!" Ibu berteriak dari dapur memanggilku untuk segera makan malam.

   "Iya, ma, sebentar!" Balasku teriak sambil membereskan handukku yang baru saja kupakai.

   Aku menghampiri keluargaku yang sudah menungguku untuk makan malam.

   "Lamban!" Kak Indra mencibir sambil menyendokkan nasi ke piringnya.

   "Bodo wlee." Aku memeletkan lidahku sambil menatap Kak Indra yang menatapku jiji.

   "Sekarang hari apa?" Tanya Ayah saat suasana mulai hening.

   "Hari rabu. Kenapa, yah?" Jawab Kak Indra.

   "Hari sabtu kita diundang datang ke ulang tahun pernikahan teman ayah." Ucap ayah menyimpan sendok dan garpu diatas piring.

   "Siapa?" Tanya Mama.

   "Erwin. Katanya dia punya putra seumuran Ella." Ucap Ayah menatapku sambil tersenyum menggodaku.

   Aku yang merasakan tatapan itupun berusaha untuk tidak tergoda. Apa apaan Ayah ini, mentang mentang aku masih jomblo!

   "Makanya cepet cari gandengan!" Sindir Kak Indra.

   "Apaan sih kok jadi bahas ini!" Ucapku kesal membuat semua yang ada dimeja makan tertawa.

   Aku menghentakkan sendok ke piring kesal. Mentang mentang Kak Indra sudah punya pacar cuman aku yang dijailin.

   Dirasa sudah kenyang dan juga kesal dengan topik yang dibicarakan keluargaku, aku beranjak meninggalkan meja makan dan memasuki kamar.

   Aku berjalan duduk dikursi meja belajarku, membuka laci kecil yang tersedia untuk tempat pensil. Aku mengambil foto polaroid yang sudah lumayan usang karena itu diambil sudah lama saat aku masih kecil.

   Aku menatap foto tersebut dengan lirih.

   "Hey, dimana kau? Aku merindukanmu." Aku mengusap wajah anak laki laki yang berada didalam foto tersebut.

   "Kuharap kamu baik baik saja setelah ayahmu memperlakukanmu seperti itu. Aku ingin sekali melindungimu, tapi aku tidak tahu harus bagaimana melindungimu dari ayahmu yang brutal itu." Aku mulai menitikan air mata mengingat seorang anak laki laki luka lebam diseluruh tubuhnya. Dan disitu juga hanya aku dan keluargaku yang peduli dengannya.

¤Flashback On¤

   "Ayah sakit!" Seorang anak laki laki menangis kencang ketika pria yang disebutnya ayah itu mencambuknya dengan sabuk berbahan kulit.

   "Apa yang kau inginkan hah? Berani sekali kamu menginginkan hal seperti itu kepadaku!" Lelaki dewasa itu terus mencambuknya dengan brutal.

   Aku tidak sengaja melewati halaman rumahnya yang lumayan besar dengan Ayah, dan melihat kejadian tersebut.

  "Ayah lihat!" Aku menunjuk pria dewasa itu yang tengah menyiksa anaknya itu.

   "Ya tuhan!" Ayahku langsung menghampiri mereka dan meleraikan mereka.

   "Anda siapa?" Tanya lelaki dewasa itu kepada ayah.

   "Sebelumnya saya minta maaf atas kelancangan saya mencampuri urusan anda. Tetapi saya tidak bisa membiarkan anda menyiksa anak dibawah umur seperti dia." Ucap ayahku menunjuk anak laki laki itu.

   "Kamu tidak apa apa?" Tanyaku kepadanya.

   Dia hanya menggelengkan kepalanya dan menunduk.

   "Tenanglah, ayahku itu jagoan! Dia akan melindungimu, jangan sedih, ya." Ucapku dengan polos sambil menggenggam tangannya.

   "Dia anak saya, jadi saya berhak memperlakukannya sesuka saya." Ucap lelaki dewasa tersebut.

   "Seharusnya jika anda mengakui dia anak anda, anda jangan memperlakukannya seperti itu. Jika ada yang melaporkan anda akan ditangkap karena telah melanggar Undang Undang Perlindungan Anak!" Jawab ayahku.

   Lelaki dewasa tersebut kemudian diam. Ayah menggenggan tanganku dan anak laki laki itu dan berjalan untuk keluar dari pekarangan rumah besar tersebut.

   "Hey anda akan membawa anak saya kemana!" Teriak lelaki dewasa itu.

   "Dia tidak pantas menjadi anak anda!" Ayah berbalik dan kemudian berjalan lagi membawa kami keluar rumah lelaki dewasa tersebut.

   "Silahkan bawa dia! Saya juga tidak butuh anak seperti dia!" Lelaki dewasa itu berteriak.

¤Flashback Off¤

   Sampai sekarang aku tidak tahu apa penyebab kamu disiksa seperti itu, bahkan aku tidak tahu namamu.

   Aku sangat sedih, diusiamu yang masih lima tahun sudah diperlakukan seperti itu.

   Aku menghapus air mataku den menyimpan kembali foto tersebut kedalam laci.

   "Kamu kenapa menangis Ella?" Mama menghampiriku khawatir karena aku menangis.

   "Ella rindu dia, Bu. Ella mau tahu bagaimana kabarnya sekarang. Apa dia masih diperlakukan seperti itu oleh ayahnya? Apa dia hidup bahagia sekarang? Ella masih ingat betapa kesakitannya dia saat itu." Aku memeluk mama dan menangis.

   Seolah tahu kemana arah pembicaraanku, mama mengusap rambutku dan membalas pelukanku.

   "Sudahlah, nak. Dia mungkin sudah bahagia sekarang, pasti kabarnya baik baik saja. Tidak semua orang jahat itu jahat selamanya, ada kalanya mereka menyesali apa yang telah dilakukan olehnya. Jadi jangan terlalu dipikirkan ya, nanti kamu sakit." Ucap mama menenangkanku.

   "Ella mau ketemu sama dia ma." Aku melepaskan pelukanku dan menatap mama sambil menyeka air mataku.

   "Semoga saja tuhan mempertemukan kita dengannya." Ibu menyeka air mataku dengan ibu jarinya.

   "Ella masih ingat bagaimana dia tersenyum. Senyuman kotak itu manis sekali." Ucapku mengingat bagaimana dia tersenyum.

≪━─━─━─━─◈─━─━─━─━≫

Haii dengan Assie disini^^

Bagaimana? Ada yang bisa menebak siapa itu?

Ya tuhan, lelaki dewasa itu tega sekali menyiksa anaknya:'
Sedih sekali jika Assie menjadi anak laki laki itu.

Semoga dia baik baik saja
-Viella-

Semakin ngaco saja cerita ini;v
Sudahlah jangan lupa vomment ya teman teman^^

Salam lima jari dari Assie✋

너무 사랑헤요♡

[뷔엘라 & 라봐에르]

Ell...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang