Gadis berkulit putih itu menyampirkan jaketnya dibahu kanan, berjalan sembari menunduk memasukan kunci mobil ke dalam tas.
Biasanya ia tak akan jatuh atau menabrak, tetapi sepertinya tidak hari ini. Kepalanya terbentur sesuatu yang keras.
Mengusap dahinya yang kini memerah dan berdenyut sakit. Mendongak menatap apakah yang ia tabrak.
Lelaki itu mendecak, "lo kata gue tembok main ditabrak" kesalnya. Menatap tajam gadis yang mengerutkan kening.
"Sorry, gue nggak liat" kata gadis itu menyesal.
Si lelaki mendengus sinis, "kalau lu liat nggak mungkin nabrak gue" katanya tak bisa menyembunyikan rasa kesal.
"DARLING" kedua murid itu terperanjat. Menoleh ke belakang melihat sumber suara yang berteriak tak tau malu.
"Riciaa"
Fabricia mendengus. Melengos malas pada gadis mungil yang kini memeluk lengannya.
"Eh hai, lo yang waktu itu di UKS kan?" Lelaki yang tadi datang bersama Ovra itu menyapanya, "gue Angkasa"
Gadis tinggi itu menaikan sebelah alisnya, melengos hendak pergi jika Ovra tak menahannya.
"Ricia, dia ngajak lu kenalan" kata Ovra pelan. Mengerjabkan mata bulatnya mencoba meluluhkan gadis dingin itu.
Ricia menghela nafas, menatap lelaki yang masih tersenyum manis padanya, "Fabricia"
Angkasa tersenyum lebar, merangkul bahu Beltran, "ini Beltran, kakak futsal yang hobi cetak gol. Kalau cetak gol dihati lu juga bisa" katanya tak jelas, Ovra terkekeh menanggapi. Ricia diam. Makin mendatarkan wajahnya.
Lelaki yang tadi ia tabrak langsung pergi begitu saja, Angkasa mendecak, "darling tungguin" katanya lalu menarik lengan Ovra mengajaknya pergi membuat Ovra yang memeluk lengan Ricia ikutan menariknya.
Berlari kecil mengimbangi langkah panjang Angkasa, memanggil manggil lelaki yang dengan acuh tetap berjalan.
"Beltran Caprio" Beltran berhenti. Menoleh kesal pada Angkasa yang tersenyum lebar lalu berjalan cepat menghampiri.
"Darling, jangan cepet cepet dong" rajuk lelaki tampan itu.
Beltran menghela nafas kasar. Melotot tajam pada Angkasa yang mengerjab polos.
"Darling lo nyusahin gue" celetuk Ricia kesal. Memajukan bibirnya tanpa sadar karena harus buru buru berjalan. Ia hampir tersandung ditangga menuju gerbang koridor tadi.
Beltran menoleh. Hampir tersenyum tipis tapi langsung melengos begitu Angkasa tersenyum manis. Lelaki yang memegang almamater itu mendorong Angkasa menjauh. Membuat Ricia ikutan tertarik karena Angkasa masih memegang tangan Ovra dan gadis mungil itu masih memeluk lengannya.
Ricia menyentak tangan Ovra kesal. Mendelik tajam pada gadis mungil yang langsung merapat pada Angkasa.
Gadis cantik itu langsung berjalan pergi. Disusul Beltran yang sempat melotot kecil.
Ovra menggeram gemas, "dasar es batu" gumamnya kesal.
Angkasa menoleh, lalu kembali menatap tangga yang tadi digunakan Beltran dan Ricia. Bibirnya tertarik begitu saja, saling pandang dengan Ovra yang tersenyum mengerti.
**
JC2H
Angkasa invite Beltran to group
Ovra invite Fabricia to group
Ovra: selamat bergabung
Angkasa: hai darling @Beltran
KAMU SEDANG MEMBACA
See The Stars
Teen FictionKetika dingin ketemu dingin. Beku Kalau cewek dingin ketemu cowok dingin? 3D. Diam. Diam. Diam Kalau nikah terus punya anak, salju dong.