11;Apartemen Ricia

25 6 0
                                    

Gadis dengan celana high waisted cutbray dan atasan plain crop top serta outerwear senada itu melangkah santai di lorong mall. Dia sendirian. Tetapi sangat pede dan angkuh daripada orang orang yang berkelompok disekitarnya. Gadis tinggi itu selesai mengecat rambutnya di salon. Rambut panjang dan halusnya kini berganti warna menjadi golden blonde dengan ujungnya agak curly.

Menenteng tas mahal berwarna merah melirik kiri kanan mencari sesuatu yang menarik. Dua jam dia berputar sendiri. Asik asik saja. Ricia menyukai waktu sendiri seperti ini. Sesekali dia keluar hangout sendiri berbelanja sendiri, nonton bioskop sendiri. Ya karena dia tidak memiliki teman. Atau bahasa kerennya me-time.

Rasanya benar benar menyenangkan. Tetapi untuk penyendiri seperti Ricia ini adalah setiap harinya.

Ricia hampir memekik kesal saat hapenya terus terusan bergetar lama. Tertera nama Ovra menelpon. Ricia melihat ada empat panggilan tidak terjawab dari Ovra dan rentetan pesan dari grup maupun personal.

"Apa?!" Ketusnya begitu menjawab. Terdengar diseberang bahwa Ovra sempat terkaget.

"Ih dimana katanya mau hangout" sebal gadis itu. Ricia mengulum bibir baru ingat. "Kita udah di kafe depan sma nih lu dimana"

"Otw" jawabnya singkat. Mematikan telpon lalu berjalan santai menuju basement.







**







"Anjer otw" sebal Angkasa. Tadi Ovra menelpon lalu ia dengar. Ovra sendiri menggeleng tak percaya. Lelaki yang duduk dihadapan mereka berdua hanya diam. Menoleh kearah dinding kaca memandang jalanan sekaligus mengalihkan pandangan dari sejoli alay itu.

Dia rela datang kemari. Menjadi obat nyamuk dua remaja yang sedang dimabuk cinta demi bertemu Ricia. Gadis yang walau hanya diam tetapi menarik baginya. Gadis yang kata Ovra sedingin kulkas dan setenang Danau Toba.

Menghela nafas, bibirnya hampir tertarik saat tak lama ia melihat Ricia yang dengan kerennya turun dari mobil sembari menyugar rambut panjangnya. Ah, apa ini? Jantungnya berdebar lagi.

Jadi karena ini Helen sering berteriak girang dengan pipi bersemu saat menonton drama dimana adegan dua pemeran utama bertemu, ya karena memang se manis itu.







**







"Yaelah garing amat" bisik Ovra. Menyenggol Angkasa yang melirik sembari mengangguk samar. Di depan mereka ada Ricia dan Beltran yang terdiam sibuk dengan hp masing masing. "Katanya hangout" tambah gadis itu, "hangout apaan garing gini"

Angkasa menghela nafas. Memicingkan sebelah matanya merasa sebal kepada dua orang yang sedari tadi mencoba diajak asik tapi sulit.

"Emm nonton yuk? Atau mau piknik? Atau ngacak acak Apart Cici?" Usul Angkasa yang sudah kelewat boring. Usulan terakhirnya mendapat delikan tajam dari sang pemilik tempat.

Ovra manyun. Memainkan sedotannya dengan bosan. "Sekali aja, bikin perjalanan ini terasa sangat menyenangkan" katanya sebal. Menatap Ricia yang langsung mendecih.

"Emang mau kemana sih?" Tanya gadis jangkung itu sembari buang muka. Ovra dan Angkasa langsung saling pandang dengan senyum lebar.








**







Lelaki dengan kemeja biru tergulung itu mengumpat pelan begitu Angkasa melempari stick PS.

"Main!" Perintah Angkasa tak mau dibantah. Beltran mendecih samar lalu mulai duduk lesehan di samping Angkasa yang nyengir lebar.

Sedangkan Ovra tak henti henti berdecak kagum. Pada akhirnya mereka memilih datang ke Apart Ricia. Gadis itu sempat menolak keras tetapi Ovra langsung merengek tak jelas membuat pengunjung kafe teralihkan. Jadi Ricia tak ada pilihan lain selain mengiyakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

See The StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang