"Selamat pagi tuan putri"
Ricia diam tak merespon. Tak perlu repot menoleh.
"Sombong banget sih, ada cogan gak baik dianggurin"
Ricia masih diam.
"Gue lebih suka diapelin sih"
Justin tak menyerah. Langsung melompat berdiri di depan Ricia menghentikan langkah gadis itu.
"Ck, minggir" suara Ricia kembali dingin tidak seperti kemarin yang lebih hangat.
Justin manyun. Lalu tersenyum lebar agak menekuk kakinya supaya sejajar dengan Ricia. Menggerakan kepalanya yang sama sekali tidak menarik.
"Gue habis potong rambut, lebih rapih kan? Lo suka nggak?" Ricia berjalan ke kiri. Menubruk bahu kapten basket yang semakin hari rasanya semakin gencar mendekatinya. Berlalu melewatinya.
Justin terkekeh pelan. Menepuk bahunya seperti biasa. Berbalik menyusul gadis pujaannya.
"Gue juga ganti warna rambut. Agak abu abu kan? Yoi nggak?"
"Blackpink gak?"
Ricia mengernyit tak suka. Tetapi itu diartikan Justin bahwa Ricia sudah sedikit merespon.
Nyengir lucu, "how you like that"
Ricia berhenti. Menatap jengah lelaki yang malah tersenyum lebar. "Lo tuh nggak ganteng, bisa berhenti ganggu? Gue risih"
Lelaki penyandang playboy kelas tinggi itu mendatarkan wajahnya. Merasa tersinggung dengan kalimat Ricia.
"Lo juga nggak cakep, cuma ketolong sama barang barang mewah yang lo pake, bisa berhenti sombong? Gue eneg" balas Justin tak kalah tajam. Berlalu pergi.
"Lo salah" Justin berhenti. Ricia berjalan mendekat. "Semua orang tau gue cantik, dan semua orang juga tau lo tergila gila sama gue. Lo ada masalah mata, gue tau" sinisnya. Menatap rendah Justin yang sudah memerah marah. Berjalan pergi setelah mengibaskan rambut panjangnya.
Justin mendesis. Gadis itu sudah kelewat sombong. Menatap sekeliling yang ternyata ramai murid yang menatapnya. Sial.
Lagi lagi Ricia mempermalukannya.
**
"Woi Ci, gue ada puisi" begitu Ricia duduk di kursinya, Ovra sudah ribut mengeluarkan kertas dari dalam tas. Memaksa Ricia untuk membaca.
"Ini apaan?" Gumamnya malas. Menatap tak minat kertas putih dengan tulisan rapi.
"Ini kertas, lo gak tau?" Sinis Ovra. Memposisikan kertas dihadapan Ricia. "Gue iseng bikin, bagus gak? Kata Angkasa gue disuruh ikut mading nulis nulis artikel gitu" tambahnya sembari menyematkan rambut ditelinga menatap Ricia malu malu. Tapi gadis itu masih datar menatap kertas yang dipegangnya.
"Hihh baca nyet" kesal Ovra.
Ricia mendelik. Membaca tulisan Ovra. Lalu ia mengernyit, "ini apaan?"
Ovra hampir mengumpat. "Puisi woy, eh apaan ya? Ini cuma sekumpulan kalimat yang tersusun rapi dan dibuat dengan segenap hati"
"Tapi sekarang udah lewat juli, harusnya lo bikin hari pertama juli, gue rasa itu lebih cocok" Ovra terpana. Menatap berbinar Ricia yang bicara panjang memberi solusi.
Mengusap sudut matanya, "anak gue udah gede" katanya ngaco akan memeluk Ricia. Tetapi gadis tinggi itu malah mendorong bahu Ovra sehingga dia terjatuh ke belakang. Untung saja tidak ada yang menyadari.
Duduk kembali lalu melengos sembari mengusap pantatnya yang sakit.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
See The Stars
Teen FictionKetika dingin ketemu dingin. Beku Kalau cewek dingin ketemu cowok dingin? 3D. Diam. Diam. Diam Kalau nikah terus punya anak, salju dong.