Up lagi ni. O iya, makasih ya yang udah baca sampai part sekarang, makasih juga yang udah ngevote dan coment, dan makasih yang udah tambahin cerita kita ke reading list. Jangan pernah bosen ya....
Happy Reading,
❤️❤️
Vinsya menatap punggung Anita yang perlahan menjauh. Baru saja Anita melewati dirinya tanpa menyapa atau memanggil bahkan Anita menyenggol bahunya tapi berlaku seolah tak ada dirinya di sana. Salahnya apa hingga sang kakak sampai seperti itu, sebegitu besarkah?"Sya!" teriak seseorang dari belakang Vinsya tapi dia tidak ada niatan untuk menengoknya karena dia tidak sadar ada yang memanggilnya. Orang itu memanggilnya lagi. "Vinsya."
Panggilan kedua Vinsya barulah menengok, ternyata itu adalah Elang. "Sorry gue gak sadar ada lo." Vinsya mengusap mukanya.
"Emang lo kenapa?" tanya Elang.
"Gue gak papa." jawab Vinsya dengan senyum yang -dibuatnya.
"Lo kenapa? Itu di buat, gue gak suka lo boong." ucap Elang.
Vinsya menarik nafasnya, ternyata sulit berbohong pada seorang Elang. "Gue gak papa."
"Gue gak suka lo boong, Sya."
"Terus kalo gue jujur lo jadi suka sama gue?" tanya Vinsya- hanya untuk mengalihkan.
"Gue udah suka lo dari lama." jawab Elang dengan cueknya.
Blush, pipi Vinsya langsung memerah karena perkataan Elang. Sungguh tak cocok di suasana seperti ini. "Sya, lo sakit?" tanya Elang.
"Gak, kok." elak Vinsya.
"Tapi itu," Elang menunjuk pipi Vinsya. "Kok merah?" tanya Elang dengan wajah datarnya.
Pipinya menjadi tambah merah. Vinsya menepis tangan Elang pelan. "Gak papa. Udah sekarang pulang aja, gue di tunggu jemputan gue." ucap Vinsya.
"Jemputan? Kan lo sama Rain." ucap Elang.
Vinsya terkejut, bagaimana bisa Elang tahu itu. "Gimana lo bisa tau?"
Kali ini kegugupan itu berpindah pada Elang. "Gue di kasih tahu Rain tadi." jawab Elang.
Mendengar itu seperti ada rasa kecewa pada diri Vinsya, tapi mana mungkin sosok Elang seperhatian itu terhadapnya.
"Yuk pulang." ucap Elang.
"Yaudah, gue nunggu Rain." ucap Vinsya.
"Sama gue." ucap Elang. Vinsya menatapnya tak percaya. "Rain udah pulang, gue yang nyuruh soalnya gue bilang lo sama gue."
"Elang, kok lo tega sih."
"Makanya gue ngajakin lo." ucap Elang. Vinsya masih diam di tempat dengan cemberut. "Udah ayo." Elang menarik tas Vinsya, sungguh tak ada romantisnya.
"Elang, jangan narik tas. Lo gak bisa lebih romantis sedikit apa?" tanya Vinsya yang sebal dengan Elang.
Elang melepaskan tarikannya dan membuat Vinsya bernafas lega, tapi tidak dengan selanjutnya saat Elang menggenggam tangannya. "Terus gini?" tanya Elang mengangkat tangan mereka. "Emang gak berdampak buruk?" tanyanya lagi.
"Buat?"
"Buat detak jantung lo sama, itu pipi lo." ucap Elang. Vinsya langsung melepaskan tangannya dan menutup wajahnya. Elang menarik kedua tangan Vinsya yang menutupi wajahnya. "Gak usah, lo lucu gitu." ucap Elang. Pipi Vinsya bertambah merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Most Wanteds
Teen Fiction3 murid baru bertemu dengan 3 Osis saat baru pertama kegiatan MPLS. Dan dalam pertemuan mereka, di awali dengan rasa kesal dan tak suka. Apakah rasa tak suka itu akan berubah atau justru bertambah?