31. penjelasan

815 33 2
                                    

Elang menarik nafas berulang kali, nafasnya kali ini memburu, detak jantungnya dua kali lebih cepat. Elang terus berusaha agar nafasnya kembali teratur. Dia mencengkeram kuat dadanya.

Perlahan cengkeraman itu melemas saat nafasnya juga kembali teratur. Kini Elang bernafas dengan normal dan tak lagi memburu. Elang langsung terduduk di lantai kamarnya. "Terimakasih ya Allah udah biarin aku tetap hidup."

Elang mengambil obat yang ada di atas nakas, dia lupa meminum obatnya siang ini. "Dasar lemah, hidup bergantung obat." gumam Elang setelah meminum obatnya.

Tok tok,

Pintu kamarnya ada yang mengetuk. "Lang, ayo berangkat." ucap sang mama dari luar.

Elang keluar membuka pintunya dan ada mamanya berdiri di depan pintu. "Sekarang?"

Mamanya membelai rambut Elang. "Iya. Itu juga udah ada yang nunggu, dia udah baik loh mau nemenin kamu." ucap ibunya.

"Yaudahdeh."

***

Revo memanggil sang adik. Tapi bukannya mendapat jawaban sang adik justru mendapat teguran sang ibu, bagaimana tidak dia saja memanggil dengan berteriak. Dan sekarang dia menuju kamar adiknya untuk memanggil. Tapi belum dia ketuk pintunya, Rain sudah membuka pintu. "Loh, ngapain kak?"

"Mau ngajakin." jawab Revo.

"Kemana?

"Jalan jalan aja." ucap Revo.

Rain tersenyum kecut. "Makanya cari pacar biar yang di ajak pacar." ucap Rain.

"Jadi gak mau? Yaudah gak jadi kakak teraktir makan." ucap Revo.

"Kalo teraktir makan Rain ikut." ucap Rain berubah pikiran.

"Gratisan aja cepet." ucap Revo. Rain hanya tersenyum mendengar ocehan kakaknya itu.

"Rain siap siap dulu." Rain langsung menutup pintunya lagi. Revo menggelengkan kepalanya dan pergi dari depan kamar Rain.

***

Karena ajakan Revo tadi sekarang Rain berada di sini, di sebuah kafe bersama Vico. Jika ada Vico pasti juga ada Raja, tapi dia belum datang. Rain tidak tahu jika mereka akan berkumpul, karena jika tahu Rain malas ikut. Dia malas jika jadi orang yang terkacangi.

"Kak, Rain mau ke toilet dulu." ijin Rain tapi hanya di jawab dengan anggukan.

Rain menyalakan airnya dan mencuci mukanya. "Gue kalo kaya gini mending gak ikut." ucapnya. Rain mengeringkan mukanya dan keluar dan tetap saja hanya ada Revo dan Vico. Rain memusatkan untuk duduk berbeda meja dengan kakaknya. Dia memesan es krim dan memainkan ponselnya sembari menunggu es krimnya.

Dia membuka aplikasi chattingnya dan membalas chat dari Feli dan yang lainnya. Ternyata Bryan juga mengechat nya, tepatnya 5 menit lalu. 'Lo di mana?'

Rain membalasnya, 'keluar sama kakak.'

Sebenarnya dia agak bingung mengapa Bryan bertanya sedangkan tadi sekolah saja marah marah, labil memang. Saat Rain sedang terfokus pada ponselnya akhirnya es krimnya datang. Rain akan memakannya, tiba tiba ada anak kecil yang sekitar berusia 5 tahun datang. "Kakak mau."

Rain tidak tahu siapa anak itu tapi dia tetap menyuruhnya duduk. "Ad-" pertanyaan nya terhenti ketika ada seseorang datang.

"Sorry, Hera ini memang agak bandel." Rain melihat ke orang tersebut, ternyata itu Raja.

"Loh kakak? Kapan dateng?"

Raja tersenyum. "Tadi." jawabnya. "Hera jangan, kamu pesen sendiri aja." larang Raja ketika Hera, si anak kecil itu akan memakan es krim Rain. Hera mengerucutkan bibirnya, dan ekspresi seperti ingin menangis.

Most WantedsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang