14. Terimah kasih

101 11 1
                                    

sambil merenggangkan badannya Semi menatap kesekelilingnya mencari-cari dimana Elang berada, dalam tidurnya Elang berbaring tepat disampingnya, namun kini pria itu hilang tak meninggalkan jejak dan kabar. 

sekali lagi Semi mengusap matanya yang berair dan kemudian mencri-cari dimana gerangan pria itu. namun ia tak melihat siapa pun disana. 

Semi mengambil jaketnya. dan memasang jam tangan dengan tergesa-gesa sambil berlari, ia menuju ke arah galeri musim Semi, dan lukisan itu masih ada disana. 

###

aku bangun dari tidurku, dan kemudian mulai mencarimu, dalam mimpiku kita bertemu disini, kau memelukku dan menyuruhku kembali ke kamarku. 

Elang, apakah itu hanya sebatas mimpi?

apakah kau benar-benar menemukanku?

hingga rasanya sangat sulit untuk bernafas. hanya ada penjaga dan seorang pengunjung disini, yang tampak akan meninggalkan galeri membuatku sulit bernafas.

lukisan ini masih ada disini, tapi kamu ada dimana Elang?

kamu dimana?

rasanya sesak, aku semakin tak bisa bernafas, aku mulai mengatur ritme dadaku, mengambil dan membuang nafas seperti anjuran dokter, tapi sia-sia. aku berlari begitu kencang untuk menemukan jawaban tetnang keberadaanmu. 

rasanya aku ingin berhenti bernafas Elang, rasanya aku mau mati saja. 

aku lelah menjadi gila seperti ini. sungguh melelahkan. 

Semi jatuh tepat ketika Elang berlari ke arahnya. pria itu menggendong Semi kembali ke kamar. pria itu masih memakai piyama.

malam itu bukanlah sebuah mimpi. Elang benar-benar memeluknya, pria itu benar-benar ada disana. hanya saja sebelum Semi sadar bahwa semua bukan mimpi Elang masih berada di kamar mandi untuk mandi. 

dan kemudian setelah ia keluar dari kamar Elang panik karena tidak emnemukan Semi disana, mereka mencari info tentang keberadaan Semi secepat mugkin. 

dan untung saja ia tak terlambat. karena serangan asma gadis itu membuat Elang tampak pucat seperti mayat. 

Tristan membantu Elang mencari obat asma di dalam tas, dan kemudian membiarkan Semi beristirahat. 

"saran saya lebih baik bapak disini saja dulu, tadi mungkin Nyonya sedikit shock melihat bapak yang tiba-tiba menghilang"

"sasya sednag di kamar mandi Tristan, dan ide kamu memang bagus, saya off hari ini, batalkan semua pertemuan"

"baik pak"

Elang berbaring di samping Semi sambil membaca buku. 

"jadi bukan mimpi?" Semi terbangun dari tidurnya melihat ke arah Elang yang kini berada di sampingnya. 

"bukan" suara Elang berubah menjadi lembut. pria itu menatap ke arah Semi yang mencoba duduk tegak. 

"saya kira semua hanya mimpi" ucap Semi tersenyum, matanya bergetar, suaranya terdengar goyang. gadis itu berpikir harus menjelaskan semua dari mana. 

"maaf, saya tidak berniat meninggalkan kamu malam itu, saya-kamu tidak tahu saya siapa Elang. waktu itu saya takut saya akan celakai kamu. "

"bagaimana bisa kamu hidup selama ini Semi?"

Elang menatap kedua matanya. seperti sebuah keajaiban. 

"bagaimana kamu percaya saya Semi? gimana kalau kamu salah orang?" ucapan Semi membuat Elang tertawa pelan. 

CINTA BUTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang