6. terimah kasih

76 10 0
                                    

Maaf, karena aku sudah mencintaimu, aku sadar ketika hari itu, kamu menjamah jemariku, melukisnya di atas canvas putih.

Katamu jari-jariku indah salah satu ciptaan Tuhan yang luar biasa.

Kau bertanya apakah kau bisa mengenalku lebih jauh.? Walau sebenarnya aku tahu menjawab iya

Tapi Elang, aku justru ingin balik bertanya, apakah kau masih mau tetap menerimaku? Seandainya kau tau siapa aku?

###

Sudah hampir sebulan. Aku lalu lalang di rumah ini.

Mengambil kopi dan juga menyeduh teh, menemani Elang sarapan dan bercerita tentang apa yang hendak kulakukan.

Melihat senja dan menikmatinya di depan teras layaknya berada di rumah sendiri, aku memang sudah tak tahu diri. Kadang kau menertawai ketika duduk disamping Elang, dan menebak tentang apa Elang dapat melihat walau hanya sebatas bayangan?

Sudah sebulan pula aku berpikir keras tentang apa yang harus kulakukan.

Sebulan aku menghentikan duniaku dan menetap di rumah Elang.

Mengabaikan pesan Raya, sementara itu tagihan-tagihan kartu kredit masuk ke ponselku. Beberapa renteiner mencariku.

Aku bahkan takut jika aku benar-benar membawa bencana bagi Elang. Pria itu tak dapat melihat.

Elang tak dapat melindungiku, setidaknya aku tak harus mengancam keselamatan Elang dengan kehadiranku.

Pagi ini begitu baik. Seperti biasanya aku keluar hendak sarapan.

Namun sebuah benda berarti empat jatuh di depanku.

Sebuah canvas dengan lukisan jemariku di atasnya.

"Selamat pagi"

Senyuman Elang membuatku tak dapat berkata-kata.

"Pagi, ini untuk saya?"

"Iya. Untuk kamu, tapi Semi. Kalau boleh tahu cincin yang kamu pakai, cincin siapa?"

Aku menatap cincin yang melingkar di jari tengahku sambil tersenyum. teringat bagaimana dulu emak dan bapak yang pergi begitu saja dan meninggalkan beberapa hutang yang harus aku lunasi.

"Punya emak"

"Oh"

"terimah kasih, saya suka lukisannya" 

"ayo sarapan" Elang berbalik namun aku justru memegang ujung bajumu. aku tak pernah tahu akan sampai kapan aku menahannya. 

aku harap setidaknya hanya aroma saja yang sampai padamu. signal-signal kecil yang merupakan getaran yang dikirim ujung baju ke hatimu. 

aku kira kau akan bertanya ada apa, atau kau akan menarik bajumu agar peganganku lepas. namun kau justru memegang tanganku erat dan menarikku hingga ke ruang makan. 

kamu menghapal setiap sudut rumah ini, dan aku harap kau juga dapat menghapal tentang aromaku. tentang kisahku, tentang bagaimana aku sampai dirumahmu dan mulai mencintaimu. 

"seharian tidak keluar kamar, segitu sukanya kamu sama kamar kamu" candamu membuatku tersenyum. tidak sepenuhnya benar. terkadang aku diam-diam mengintipmu. mencuri-curi pandang ketika kamu duduk dan menghadap canvas yang putih. 

atau sekedar duduk menikmati sinar matahari. menikmati bagaimana wajah tenangmu. 

"begitulah,nulis novel kadang buat waktu gak terasa udah lewat." aku menuang teh ke dalam gelasmu. 

CINTA BUTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang