3. Elang

105 12 2
                                    

Aku bukan wanita yang moralnya baik Elang, aku hanya wanita yang kesetiaannya dapat dibeli dengan uang, awalnya aku berpikir betapa hina nya aku.
Tak perlu membenciku, karena aku sudah membenci diriku sendiri.

###
"bagaimana Semi? Apa kamu sudah dapat artikel tentang si pelukis misterius?" Suara diseberang sana mengganggu bahagiaku.

Mengganggu hidup yang mulai terasa nyaman.

Walau aku tidak suka namun aku harus menjawabnya.

"Belum Ya" jawabku pada Raya, gadis blasteran Belanda berambut cokelat.

"Lo masih niat kerja disini?"

Aku menarik nafas panjang. Ingin sekali menjawab tidak.

"Udah lupa sama hutang Lo di bank? Iuran rumah sakit almarhum nyokap? Atau lupa sama hutang bokap Lo yang Lo pinjem di bank?" Seakan ia dapat membaca apa yang sedang disuarakan oleh batinku.

Iblis betina yang picik

"Gak usah ngancem gue seperti itu Ya, gue bisa jual apartemen gue dan lunasi itu semua"

"Terus Lo mau tinggal dimana? Terus Lo mau kerja dimana? Lo itu udah diambang kehancuran, salah Lo sendiri ngelaporin ke atasan, bukan di bela, Lo justru dibilang pengkhianat " ketus , dengan kalimat nya.

"Lo gak punya tempat di industri ini Semi. Karier lo udah tamat"

Telepon terputus dan aku ingin berteriak.

###

"selamat pagi" aku tersenyum melihat seseorang yang kini akan kudapati setiap pagi. walau hanya tiga bulan, dan cukup tiga bulan. aku sudah memutuskan untuk hidup dalam imajinasiku sebahagia mungkin.

"selamat pagi, tidur kamu nyenyak?" Kamu bertanya sambil memegang ponsel.

"lumayan nyenyak."

"sudah cuci muka?"

"baru sikat gigi, lagi pula kamu gak akan bisa lihat wajah belekan saya"

dan lagi-lagi pagi ini kamu tersenyum. aku mengambil selembar roti dan mengoleskan roti srikaya meletakkannya diatas piringmu, seperti yang sudah kita sepakati.

setiap pagi kamu akan menungguku di atas meja makan dan aku akan mengoleskan selai srikaya di atas rotimu.

"jadi hari ini kamu mau kemana?"

"hmmm,, gak tau, yah karena pekerjaan saya bebas jadi sebenarnya saya belum tahu pasti mau ngapain hari ini, mungkin mau istirahat atau melakukan sesuatu nanti kalau saya rasa menarik, lagi pula pikiran saya sedang penat"

"bagaimana kalau ikut saya ke ruang lukis"

"boleh?" tak sengaja suaraku meninggi terdengar antusias. dan wajahmu berkerut heran dan kembali tersenyum.

"bolehlah, kenapa tidak boleh"

"kamu gak buat pameran?" tanyaku sambil mengunyah roti yang diisi dengan selai stawberry.

"buat, tapi tidak resmi, hanya bagi sesama pecinta seni"

"oh ya? dimana?"

"Marioboro"

"kapan?"

"jam dua belas malam ini"

"oh" aku hanya mengunyah dengan sabar sambil menunggumu untuk mengajakku.

"kamu mau-"

"aku mau ikut" memangkas pertanyaanmu dengan cepat dan membuatku menghabiskan rotiku dengan cepat pula. entah mengapa aku begitu bersemangat.

CINTA BUTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang