9. Serangan

85 11 0
                                    

aku kira surat ini tak akan pernah jadi kukirim.

aku kira masalahku selesai, tapi ternyata tidak.

sore itu, sepulang kita dari jalan-jalan sore, menikmati bahagia yang mungkin terkahir bagiku. aku mendapati Mbook Mijah terikat, dan rumah tampak begitu berantakan.

anehnya, mereka mengobrak-abrik rumah, ruang lukisanmu namun tidak dengan kamarmu, mereka mengobrak-abrik kamarku.

sebuah surat terletak di atas meja kerjaku. membuatku terdiam.

para rentenir itu sudah sampai disini, dan tak ada pilihan selain meninggalkanmu.

"Mbok Mijah gak apa-apa?" aku melepaskan ikatan Mbok Mijah sementara wajahmu pucat.

"ada apa? Mbok kenapa Semi?" kau mulai meraba-raba membuat hatiku hancur.

"rumah kita dibongkar orang den, MBok ketakutan" aku menenangkan Mbok Mijah dan kemudian malu untuk menatapmu.

aku akan ajdi bahaya jika bertahan disampingmu lebih lama Elang. aku tidak mau demiku kau harus berada di situasi yang tidak kau inginkan.

"tapi mbok gak kenapa-napa kan?" aku mendudukkan Mbok Mijah di ruang tengah dan memberinya air minum.

"gak apa-apa Den, Non, tapi Mbok takut, mereka banyak dan seram-seram"

"tenang saja Mbok, sekarang kita bisa lapor polisi"

aku tersenyum melihatmu dan melihat Mbok Mijah. perlahan-lahan aku membereskan rumah dan kemudian masuk ke dalam kamar.

melihat lukisan yang kau lukis untukku kini berada di atas lantai. koyak seperti hatiku kini. aku mencoba untuk menyatukannya dengan solasiban bening. dan hanya dapat memeluk lukisan itu dan menangis tanpa terisak.

aku tahu Elang. walau aku tak ingin pergi, tapi aku harus pergi. berat untuk meninggalkanmu. sungguh.

kini yang kupunya dari sisa kenangan kita adalah lukisanmu, aku pergi membawa kenangan kita.

maaf, jika semua jadi terasa rumit.

maaf tapi aku ingin kau bahagia.

maaf dan terimah kasih.

aku harap surat ini sampai pada pemiliknya.

23 januari 2017

Semi.

bagian penutup surat yang kutulis membulatkan tekadku. aku meremas surat peringatan para preman itu dan meleparkannya ke bawah kolong meja.

malam itu, ketika kau tertidur lelap. ketika Mbok Mijah tengah pulas setelah seharian merasa ketakutan, aku mengirim surat tersebut ke alamat rumahmu, tak eprnah ebrharap agar menang dalam lomba tersebut, aku hanya berharap surat ini benar-benar sampai padamu.

aku meninggalkan tag namaku di majalah tempat aku terkahir bekerja. menegaskan padamu siapa aku sebenarnya.

Elang, selamat tinggal

aku pergi.

###

29 januari 2019.

tepat setahun aku tak pernah mendengar kabarmu, entah suratku sampai atau tidak, entah kau mencariku atau tidak, entah apa benar kau akan mengikutiku aromaku atau tidak, entah apakah kau akan menemukanku atau tidak, yang pasti aku dengan gilanya amsih mencintaimu.

keadaanku baik-baik saja, mungkin kau juga sudah tahu siapa aku, dan mengapa aku datang ke rumahmu, mungkin kini kau tahu apa niat awalku hingga aku mulai mencintaimu.

CINTA BUTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang