14. IS SHE WORRY?

1.6K 198 16
                                    

"La, ini kalo nge mixer, arahnya harus gimana?"

"Bebas aja, Kak. Mau lo ikutan muter juga boleh."

Gunung ceritanya lagi buat wipped cream, bermodalkan resep yang sudah Lava print, dia serius banget ngerjain. Sekarang, sudah hampir jam 8 malam, dan pekerjaan mereka belum selesai sama sekali.

Pesanan yang masuk hampir 80 pcs, dan mereka juga bermiat menambah 20 untuk dijual secara langsung, kan gak semua orang ngikutin instagramnya mereka. "Wawww, ngembang banget, La. Liat! Gue udah bisa ikutan Masterchef kalo gini."

"Nanti Chef Juna pas awal liat lo, gue tebak bakalan langsung emosi sekalipun lo belum mulai apa-apa."

"Kenapa emosi? Karena kalah ganteng sama gue kan?"

"So ganteng!"

"Emang ganteng kan? Memang, lo mau punya pacar jelek?"

"Mau, buktinya gue pacaran sama lo." Lava memang paling bisa balikkin omongan Gunung. Apapun itu.

Tring

Itu adalah suara notifikasi dari hp Lava, gadis itu segera melihat notifikasi disana. Dahinya menyerit membacanya, tapi cepat-cepat dia hapus notifikasi yang menurutnya akan mengganggunya nanti. Dia melirik Gunung yang masih fokus nge-mixer, Lava tersenyum melihat itu, Gunung padahal cuma nge-mixer, tapi gatau kenapa Lava lihatnya ganteng banget.

"Kak Gunung, lo gak akan balikkan sama si Tiara-Tiara itu kan?"

Gunung langsung menoleh sambil menyerit saat mendengar pertanyaan tiba-tiba itu. "Kenapa tiba-tiba banget nanya gitu?"

"Gatau, refleks aja. Tapi gue beneran takut kalo lo bakal balik sama mantan lo itu. Secara kan dia lebih cantik dari gue." Lava insecure mode on.

Gunung menggeleng sambil terkekeh. "Ada-ada aja."

"IH! Jawab dong kalo ditanya?!"

"Enggak akan, Lavaaaaa. Gue udah gak ada perasaan dan udah gak tertarik sama dia. Gue kan masih deket gara-gara kita temenan."

"Awas aja lo baper! Kemarin aja lo gandeng-gandengan kan disekolah? Udah kayak pasangan selebriti aja."

Tampaknya, perang dunia episode tak terhingga ini terus berlanjut.

"Itu, Tiara yang gandeng duluan, gue sih biasa aja gak ngerasa ke ganggu."

Lava melotot mendengar itu. "Oh, jadi lo udah biasa digituin dia?!"

"Kan pas pacaran dia memang selalu gandeng gue kalo lagi jalan."

Lava berdecak. "Kan sekarang udah gak pacaran? Eh, atau masih?"

"Enggak lah, gue udah putus dari lama." Gunung melirik Lava yang menatapnya penuh selidik. "Ya ampun, La. Lo gak percaya?"

"Enggak!"

Gunung menghela nafas. "Gue gak ada apa-apa lagi sama dia, selain temenan. Tapi, lo tolong jangan overthingking kalo gue selalu sama dia, dia di Bandung gak punya siapa-siapa selain keluarga gue. Dan Ibu titipin dia sama gue."

Lava mengangguk-anggukkan kepalanya, walaupun nantinya, dia bakalan harus banyak sabar kalo tiba-tiba liat Gunung jalan berduaan kaya tadi pagi.

"Btw, lo pacaran sama dia berapa tahun? Terus putusnya kenapa?"

"Kamu nanya? Bertanya-tanya?"

Lava mendengus mendengar kalimat yang menyebalkan itu. "Iya nanya, jawab bong Maahh." Mamah Dedeh dipanggil nih, Mahh.

UNTUNG PACAR! [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang