17. "LO, MAU KITA PUTUS KAN?"

1.8K 217 6
                                        

"Narik nya biasa aja dong! Tangan gue sakit, Kak!"

Gunung tak menghiraukannya. Dia tetap menarik Lava sampai mereka berada di koridor lab yang kosong, Gunung berbalik dan menatap Lava sangat marah. "Maksud dari yang tadi gue liat itu apa?!"

Lava sudah tau apa yang bakal terjadi saat Gunung menariknya tadi, jadi walaupun sedikit takut, Lava tetap memberanikan diri menatap mata Gunung yang sedang berapi-api. "Lo, mau dengerin gue ngomong dulu, atau mau marah dan ngajak berantem?" tanya Lava dan Gunung tidak membalasnya. "Oke, biar gue jelasin, tadi Farras wajahnya memar, abis berantem kayaknya. Dia, minta tolo—"

"Lo gak harus nolongin apalagi sampe peluk-pelukkan! Anak PMR bukan lo aja ya!" sela Gunung dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumya.

"Lo dengerin dulu dong, Kak. Jangan langsung marah-marah!"

"Apapun itu! Lo salah dari awal, dengan lo bantu dia aja, lo salah! Memang lo gak bisa minta tolong ke orang lain?"

"Dia ketemunya sama gue? Masa harus gue diemin gitu aja?"

"Oke! Gue ngerti, Tapi, gue gak ngerti dibagian lo yang pelukkan sama dia, suka lo digituin?"

"LO DIEM BISA GAK SIH?" kesal Lava tak kalah ngegas dari Gunung. "Dengerin dulu gue ngomong! Jangan seenaknya ngomong enggak-enggak padahal lo salah paham!"

"Gue salah paham? Kalo pun iya, lo gak boleh peluk-peluk cowok lain! Lo mau ngasih alasan apapun, gak akan bisa gue terima!"

Lava menganggukkan kepalanya mengerti. Memang susah ngomong sama orang yang lagi emosi.

"Terus gimana? Gue harus ngapain? Diem dan dengerin lo yang ngomong kesana-kesini?"

"Tuh kan! Lo selalu gini, balik marah padahal yang salah itu lo!"

"Iya gue salah oke. Terus sekarang lo mau gimana, gue nanya."

"Gue gatau, gue bingung. Gue udah beberapa kali bilang, jangan respon dan jangan deketin anak itu! Tapi, kayaknya lo gak bisa ya, La? Lo, mau kita putus kan?" Suaranya melemah diakhir kalimat.

"Enggak, gue gak—"

"La, gue kayaknya mulai cape sama lo. Kita, sampai disini aja, ya?"

"Kak, jangn gitu dulu dong, lo harus dengerin gue ngomong!"

"Enggak perlu, lo simpen aja cerita itu sendiri. Gue udah gak mau tau apapun lagi. "Gunung berjalan lebih dekat ke arah Lava. "Gue pergi dulu, senang bisa kenal dan jadi pacar lo selama setahun lebih."

* * *

"Sialan lo Gunung, bisa-bisanya bikin gue nangis dan galau gini!" Lava mengangkat kepalanya dari bantal, ingusnya sudah tidak bisa dikondisikan lagi.

Di sekolah tadi, Lava menahan diri agar tidak menangis, dia malu kalo ketahuan nangis sama orang. Dan saat pulang sekolah tadi, gadis itu langsung ke kamarnya dan menangis sekencang-kencangnya sampai dua jam, bahkan dia belum mengganti baju atau bahkan melepas kaos kakinya.

Gimana bisa Gunung segampang itu putusin hubungannya, terlebih tanpa mendengarkan penjelasannya lebih dulu. Lava mengaku salah karena malah ikutan meluk Farras, tapi, karena nalurinya sebagai perempuan dan juga sebenernya dia segampang itu untuk nangis, Lava gak tega liat Farras sampai nangis tersedu-sedu seperti itu.

"Katanya mau nikah besok, tapi kok hari ini malah putusin gue hiks."

"Kita juga baru mulai dagang, masa kontrak kerja kita berhenti sampe sini?"

Sementara, ditempat lain pun tak jauh berbeda. Gunung belum mengganti bajunya dan memutar lagu sekencang-kencangnya.

Bedanya, sekarang lagu yang diputar bukan lagu dangdut atau lagu galau Indonesia, melainkan lagu-lagu dari James Arthur, Coldplay, dan One Direction yang rata-rata lagunya galau semua.

UNTUNG PACAR! [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang