18.00 ; Teman.

321 24 0
                                    

Flashback beberapa saat yang lalu saat Win bicara dengan Bright

- Win's point of view -

TIIIN TIIIINNNNNNN

"Shia, berisik sekali sih mobil itu?!"

Bright menolehkan kepalanya kesana kemari mencari sumber suara yang mengagetkan kami berdua.

"Ngomong apa kamu Win tadi? Ga kedengeran."

Sial.

Aku ga mungkin kan mengulang lagi kalimat yang tadi.

Kalimat dimana aku menyatakan perasaanku pada dirinya sekali lagi.

"Ngga, aku ngga bilang apa-apa."

"Oh.."

Jujur saja, aku ingin menggandeng tangannya, memeluknya, menahannya untuk pergi, karena kalian tahu? Bisa bersama dengan orang yang kalian sayang itu, bahagia sekali, meskipun ini menjadi saat-saat terkahir bersamanya.

"Win,"

Deg.

Aneh sekali, ini sudah beratus ribu kali Bright memanggil namaku, tetap saja debaran ini selalu berdetak tidak normal.

"Kamu bakal selalu jadi temanku, kamu tau kan?"

Deg.

"Tentu," jawabku tersenyum.

"Aku harap kamu udah ga punya perasaan padaku lagi."

Deg.

"Kamu masih bisa cerita apapun sama aku Win, tapi begitu, kamu tau aku dan Tu.."

Deg.

"Tu, dia bukan pacarku sih tapi yah kau tau, aku, hm, bukan, kami sedang berusaha,"

Berusaha apa? Aku tidak mau dengar.

"Aku berharap kamu bisa mendukungku Win."

Bagaimana bisa?

"Aku berharap kamu tetap bisa jadi temanku dan mendukungku di setiap waktu,"

Kenapa kamu tega sekali padaku Bright?

"Tentu," jawabku. Tersenyum pada Bright.
"Aku akan selalu jadi temanmu, aku akan selalu disampingmu, aku akan selalu mendukung apapun keputusan yang kamu buat."

Aku janji Bright. Tapi......

Bright tersenyum.

"Terima kasih Win, kamu yang terbaik."

Kamu juga yang terbaik untukku Bright.

Terima kasih untuk semuanya.

"Kalau begitu, aku duluan ya? Kayaknya itu taksiku,"

"Ya, tentu, hati-hati di jalan, Bright,"

"Hm. Bagaimana denganmu? Tidak pulang?"

"Hmm aku juga sudah pesan taksi online kok,
sudah sana cepat nanti supir taksinya marah-marah,"

"Baiklah, kabari aku ya kalau sudah sampai rumah?"

"Iya, kamu juga kabari aku ya Bright. Sudah sanaa,"

"Lain kali ketemuan lagi, okay?"

Aku tersenyum.

Melambaikan tanganku padanya yang beranjak menjauh sambil melambaikan tangannya padaku.

Sampai di taksinya pun dia masih melambaikan tangannya padaku.

"Sudah sanaa! Hati-hati!" Teriakku dari kejauhan.

Bright melambaikan tangannya padaku sebentar dan bisa kulihat dia langsung beralih pada ponselnya.

Dan taksi itu melaju.

last chance | brightwin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang