"Lalu, apa kamu bilang padanya kalau kamu akan...pindah?" tanya P'Toptap.
"Tidak phi, percuma, dia tidak akan peduli,"
P'Toptap menghela napas.
Faktanya, aku akan pindah ke kampus yang kudatangi saat studi ke luar, dan aku akan menetap disana sampai lulus.
Dan mungkin selama-lamanya jika aku berhasil mendapat pekerjaan disana.
"Apa kamu yakin kamu tidak akan bilang dia?"
"Tidak phi, untuk sekarang," jawabku ketus.
"Tapi dia temanmu, dia berhak untuk tau,"
Aku kesal, menggerutu.
"Berhak untuk tau? Setelah apa yang dia lakukan padaku? Biarkan saja phi. Biar waktu yang memberi tahu dia,
Aku sudah berakhir untuknya, mulai dari hari ini."
P'Toptap menghela napas.
"Ayo pulang phi," ajakku.
P' Toptap hanya mengangguk. Mungkin dia juga lelah denganku. Dia mulai menyalakan mobilnya dan kami melaju dari tempat parkir.
Sudahlah.
Aku memang tidak akan pernah jadi milik Bright.
Dan Bright tidak akan pernah jadi milikku.
Teman.
Satu kata yang menjadi pembatas kita berdua.
Akan selamanya disana, tidak akan hilang, tidak akan berganti menjadi apapun.
Teman.
Namun aku akan berubah.
Aku akan tetap mendukungmu Bright, namun aku tau aku harus lebih mengedepankan diriku sendiri.
Perasaan ini, pikiran ini, jiwa ini.
Aku harus melindunginya dengan pergi sejauh apapun darimu.
Aku akan disana ketika kamu membutuhkanku suatu saat nanti.
Namun, beri aku waktu untuk merelakan semuanya.
Selamat tinggal untuk sekarang, Bright.
Aku harap kamu selalu sehat dan bisa mendapatkan apapun yang kamu mau.
Terima kasih atas kesempatan terakhirnya.
Selamat tinggal, Bright.
KAMU SEDANG MEMBACA
last chance | brightwin
Fiksi PenggemarPertemuan dua mahasiswa, Win dan Bright, setelah 6 bulan tidak bertemu. ⚠️ konten rokok dan minuman keras Don't hate the character, it's just fanfic Konflik ringan, bxb menjurus ke straight. Bahasa baku non-baku ngga stabil.