Lapangan Olahraga

39 2 0
                                    

Dua orang penjaga masuk ke sel L-53 saat mendengar teriakan dari dalam sana.

"Linn! Kenapa kau berteriak?"

Seorang penjaga mendekati Linn yang meronta-ronta di lantai. Tampak jari telunjuk wanita itu bengkok hampir 45° keluar dari ruasnya.

Dia hanya menunjuk Nicole, mengisyaratkan bahwa gadis itu yang telah melakukan nya. Penjaga yang lainnya memborgol tangan Nicole dan membawanya pergi.

Nicole lalu digelandang menyusuri koridor menuju sel barunya. Kali ini dia ditempatkan di sebuah sel yang masih terisi 1 orang tahanan yang sepertinya tidak seagresif Linn.

Beberapa tahanan pria yang melihatnya mulai tertarik dengan kecantikan Nicole. Bahkan tidak sedikit yang mulai berpikir kotor setelah melihat paha mulus Nicole yang terekspos karena celananya robek.

Piège Mortel, 4 Maret 2000, 06:00

Semua sel penjara terbuka. Setiap pukul 06:00 pagi seluruh tahanan dibebaskan untuk keluar menuju lapangan olahraga dimana mereka bisa sedikit menghirup udara bebas walau hanya 30 menit setiap hari.

Nicole duduk di pinggir lapangan. Tidak ada yang menarik perhatiannya. Dia melihat ke arah langit, mendengus dan bergumam pelan.

"Apa kau melihat semuanya di sana tuan? Lucu sekali orang-orang ini. Mereka bahkan mengira kaliber .45 adalah kaliber .44 yang menembus jantungmu. Aku harap kau tidak sedang menertawakan ku sekarang dari atas sana."

Nicole bicara seolah-olah Sebastian Klaus masih hidup. Pria tua itulah yang selama ini menjelma menjadi ayahnya.

"Bagaimana mungkin aku bisa membunuh mu dengan tanganku ini tuan. Kau tahu bahkan aku tak tega melihatmu saat kau meringis kesakitan karena rematik yang sudah lama hinggap di punggungmu. Lihatlah betapa kejamnya mereka menuduhku."

Mata Nicole mulai berkaca-kaca namun segera terhenti saat menyadari ada bayangan beberapa orang tengah berdiri di belakang punggungnya.

Terlihat 5 orang pria berdiri memandangi Nicole dengan ekspresi tak normal.

Nicole melihat sekeliling mencoba mencari tahu bagaimana mereka bisa menerobos sekat yang kokoh itu.

Seorang pria botak berotot lalu berjongkok di depannya. Senyum mesum terlihat dari bibirnya yang kering.

"Well.. Well.. Kau si tahanan baru?" dia melihat wajah Nicole. Semakin lama matanya semakin turun ke area pribadi gadis itu.

"Kau baru masuk kemarin bukan? Aku hampir tidak percaya jari Linn patah karena ulahmu. Bahkan tubuhmu tidak sebesar dia walau kuakui kau.. sexy."

Dia menelan ludah berusaha mengendalikan air liurnya agar tidak menetes.

Nicole memandangnya jijik dan memalingkan wajah. Dia melihat 4 orang tahanan lain memperhatikannya dari sebuah ruangan dengan penjagaan lebih ketat dari ruangan yang lain.

(Siapa mereka? Kenapa mereka mendapat penjagaan seketat itu?)

Sang pria botak berdiri dan mengeluarkan sebuah pisau lipat dari belahan bajunya karena merasa terhina dengan sikap acuh Nicole. Dia mengarahkan ujung pisau ke leher gadis itu.

"Dengar gadis kecil, aku tidak terima penghinaan ini. Tapi aku akan memaafkan mu dan menganggap ini semua tidak pernah terjadi jika kau.."

Pria itu lalu menurunkan pisaunya ke titik diantara kedua paha Nicole.

Tanpa peringatan gadis cantik itu menarik tangan sang pria, menjegal lututnya, mengangkat tubuh gempal itu dan membantingnya ke tanah.

Teman-teman si pria kaget lantas ikut menyerang gadis yang ukuran tubuhnya jauh lebih kecil dari mereka. Namun serangan itu bukan apa-apa bagi gadis yang sudah terlibat ratusan kali pertempuran di medan perang. Semuanya kalah dalam hitungan menit tanpa bisa bangun lagi.

Pria botak yang terkapar di tanah pun bangun susah payah dari tempatnya. Dia melihat seluruh anak buahnya kalah dengan luka yang tidak main-main.

Dia pun meraung marah dan mengambil pisau yang tergeletak tak jauh darinya. Dia mendekap tubuh Nicole dari belakang, bersiap menghujamkan pisau ke dada gadis itu.

Crooottt..

"Arrgggghhh!"

Pria botak itu menjerit keras saat Nicole menancapkan pisau yang berhasil direbutnya. Membuat mata kanan pria itu buta dengan darah mengucur membasahi sebagian wajah.

Semua orang yang melihat kejadian itu beringsut mundur. Rasa takut menyerang sekujur tubuh mereka saat Nicole mencabut pisau yang masih menancap di mata pria itu dengan wajah dingin. Monster..

Nicole berjongkok memandang pria yang menyerangnya. Terlihat wajah garangnya sudah hilang entah kemana. Hanya rasa takut yang dirasakannya saat gadis cantik itu tersenyum simpul.

"Jika kau tidak bisa mengendalikan matamu, jangan salahkan aku kalau mata kirimu akan mengalami hal yang sama." dia mengusap lembut kepala pria itu dan beranjak pergi.

Linn yang sedari tadi memperhatikan dari jauh, mulai pucat saat Nicole berjalan semakin dekat. Dia membisikkan sesuatu sebelum benar-benar pergi.

"Lain kali kirimlah orang yang lebih kuat daripada si mesum itu."

Kalimat yang dia dengar sekarang membuatnya bersumpah untuk tidak mau lagi berurusan dengan monster cantik ini.

The Prisoner of Hi-005Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang