Serangan Tak Berwujud

23 2 0
                                    

Piège Mortel, 13 Maret 2000, 19:00

Piipp..

Semua pintu High Security Cell terbuka. 5 orang tahanan khusus kasus berat keluar dari masing-masing sel mereka termasuk Nicole.

Empat orang polisi yang berdiri di depan pintu setiap sel segera berbaris mengamankan tahanan yang akan keluar. Nicole melihat sekelilingnya dengan sedikit takjub.

(M.. Kau lihat tuan? Biasanya akulah yang mengawal. Tapi sekarang justru aku yang mendapat pengawalan)

Empat orang tahanan lainnya turut keluar. Seorang pria bertubuh besar dengan banyak tatto di tangannya keluar dari sel yang berjarak beberapa meter dari tempat Nicole berdiri. Sekilas Nicole bisa melihat Hi-002 terukir di pergelangan tangan pria itu.

Beberapa meter di sampingnya ada seorang pria lagi tengah memandangnya dengan tersenyum simpul, dialah penghuni Hi-003. Seorang gadis yang terlihat seusia dengan Nicole keluar dari sel di sebelahnya, penghuni Hi-004.

(Oh.. ada gadis lain di sini selain aku rupanya)

Orang terakhir pun muncul. Benedict berdiri beberapa langkah di depan Nicole. Baru kali ini dia bisa dengan jelas memandang gadis yang menyebabkan dua kali keributan dalam 2 hari berturut-turut, memandangnya secara langsung.

Dia menatap lurus ke mata Nicole, menjelajahi setiap detail wajah cantik yang tengah menatapnya sekarang.

Mereka berlima di kawal berjalan menuju sebuah ruangan yang cukup besar. Tampak di sana sudah ada Marci dan Donnte sedang menyiapkan makan malam.

Para polisi yang berjumlah 20 orang itu berbaris rapi mengelilingi mereka semua. Memang terlihat berlebihan untuk menjaga 5 orang tahanan tetapi itulah yang diperintahkan Henry, sebuah perlakuan khusus untuk penjahat berbahaya seperti mereka.

"Wow.. lihatlah siapa ini yang kelaparan?"

Hi-002 tiba-tiba merangkul Benedict yang tengah mengambil makanan di sebelahnya. Seorang perampok ulung yang berhasil merampok bank terbesar di Perancis dengan membawa kabur uang tunai sebesar €2500. Jumlah uang yang tidak sedikit dan dia melakukan aksinya seorang diri. Nama aslinya adalah Bernardino Galant.

"Diam."

Benedict mengacuhkan pria di sampingnya itu lalu berjalan mendekati Nicole.

"Aku boleh duduk disini?" dia tersenyum manis ke gadis itu. Nicole pun memandangnya dan mengangguk.

"Benedict."
"Nicole. Kau yang mengirim jeruk-jeruk itu tuan?" tanyanya polos.

Benedict sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, namun dia tetap berusaha tampil keren di depan Nicole.

"Jeruk bagus untuk daya tahan tubuh mu."

Nicole hanya melongo mendengar jawaban garing dari Benedict.

(Sial.. jawaban konyol macam apa ini!)

"Em.. kau suka salad?" tanya pria itu basa-basi mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Lumayan." jawab Nicole singkat. Dia kembali menyuapkan sayuran ke mulut kecilnya.

Benedict sesekali melirik ke arah teman semejanya itu, begitu cantik gadis ini. Jantungnya mulai berdetak kencang tak terkendali.

Sebenarnya Nicole sendiri tahu bahwa Benedict sering mencuri pandang ke arahnya. Bahkan dia telah melakukannya dari dalam sel karena memang sel mereka saling berhadapan. Namun dia memilih diam dan pura-pura tidak tahu.

Nicole meminum air putih di gelasnya sambil memandang Benedict yang dengan lahap memakan makanan nya.

Tiba-tiba gadis itu berdiri, mengambil tissu, dan mengelap ujung bibir Benedict karena ada sedikit saus bertengger disana.

Hal tersebut tentu saja membuat Benedict terkejut. Dia hanya bisa diam memandang wajah Nicole yang hanya berjarak sejengkal dari wajahnya.

(Astaga.. Makhluk ini terbuat dari apa.. Kenapa dia begitu cantik bahkan dari jarak sedekat ini!)

Nicole melambaikan tangannya di depan wajah Benedict yang masih terpukau. Pria itu segera berdiri kikuk dengan senyum konyol.

"Ahaha.. Sepertinya aku melamun. Mau ku ambilkan air lagi?"

"Tentu." jawab gadis itu tersenyum ramah, membuat Benedict semakin salah tingkah dibuatnya.

Kini mereka berdiri berhadapan. Tubuh Benedict yang jangkung dan berotot membuat Nicole harus mendongak saat bicara dengannya. Gadis itu terlihat begitu mungil di depan Benedict.

Tanpa di duga pria itu tiba-tiba oleng saat akan beranjak mengambil air dan langsung ditangkap oleh Nicole.

Berat tubuhnya yang 2x lipat dari Nicole membuat gadis itu pun ikut jatuh dan tertindih tubuh Benedict.

"Astaga! Tuan Benedict?! Kau kenapa?!"

Nicole pun kebingungan. Dia bangun dengan susah payah dari himpitan badan besar itu.

Benedict memegangi kepalanya persis seperti orang mabuk. Kepala Nicole tiba-tiba pusing. Dia menyadari ada yang tidak beres di ruangan ini. Dia melepas baju Benedict yang langsung memperlihatkan otot-otot tubuh terlatihnya.

Dengan cekatan Nicole melingkarkan baju Benedict untuk menutupi indra penciuman pria itu lalu melepas bajunya sendiri dan menutup hidungnya.

"Lepas baju kalian semua dan tutupkan ke hidung!" perintahnya lantang.

Semua orang yang ada di ruangan itu langsung menuruti instruksi Nicole.

"Nona, apa yang terjadi!" tanya Hi-004 mendekat sambil melingkarkan baju tahanannya di hidung. Ternyata tubuh gadis itu lebih besar dari Nicole setelah dilihat dengan seksama.

"Tidak ada waktu untuk menjelaskan! Tolong bantu yang lainnya! Pastikan semuanya terlindungi dari ini!"

Hi-004 bingung dengan kata-kata Nicole namun dia tidak membantah dan membantu Hi-002 dan Hi-003 menutupi hidung mereka.

Nicole melihat sekeliling, beberapa polisi sepertinya juga mengalami hal yang sama seperti yang dialami Benedict. Bahkan 6 orang polisi sudah jatuh ke lantai.

"Tuan.. tuan.. jawab aku!"

Gadis itu menepuk pelan pipi Benedict yang mulai kehilangan kesadaran. Sekuat tenaga pria itu berusaha tetap terjaga dengan sisa-sisa kekuatannya.

"Shit!!"

Nicole melihat ke langit-langit dan menemukan sebuah cctv di salah satu ujungnya. Dia melambai mengirimkan kode SOS.

Beberapa menit kemudian para polisi lain datang dan segera mengevakuasi semua orang yang ada di ruangan itu menuju ruang kesehatan.

The Prisoner of Hi-005Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang