Hi-005, 22:17
Nicole memandang langit-langit sel barunya. Semua tampak berbeda sekarang. Penghuni sel khusus seperti dia melakukan segalanya di dalam sel, makan, olahraga, apapun itu kecuali mandi. Hanya sesekali saja tahanan khusus diizinkan berbaur dengan tahanan biasa lainnya, itu pun dengan pengawasan ketat.
Nicole memikirkan segala hal semenjak dia masuk kurungan ini. Pertama monkshood dan pagi ini si pembunuh. Hanya ada satu orang dipikirannya yang mampu berbuat dan memanipulasi penjagaan seketat ini, Marius Gilbert.
"Seharusnya waktu itu aku membunuhnya."
Dia memejamkan mata mengingat kejadian 4 bulan lalu, awal dari semua peristiwa yang dialaminya sekarang.
Kediaman Sebastian Klaus, 6 Desember 1999, 15:00
"Kau memenangkannya tuan?" tanya Nicole seraya menyambut pria tua itu sesaat setelah pintu terbuka.
"Tentu saja.. Bagaimana dia bisa menang kalau yang dibela adalah seorang koruptor." Sebastian tersenyum lebar sambil mengendorkan dasinya.
"Em.. Nicole, bisa kau ambilkan mantelku yang disana?"
"Tentu."Gadis itu beranjak ke ruang kerja Sebastian untuk mengambil mantel yang dimaksud.
Pria 54 tahun itu merogoh saku mantelnya. Dia menyodorkan sebuah kotak berwarna biru di hadapan Nicole.
"Tuan?" gadis itu kebingungan dengan sikap tuannya.
"Bukalah."Sebuah kalung emas dengan liontin berbentuk four leaf clover tertata rapi di dalam kotak.
Nicole hanya memandang benda berkilau itu dengan mulut menganga. Dia menoleh ke arah tuannya sekali lagi yang saat ini tersenyum ramah.
"Selamat ulang tahun nak. Maaf aku hanya bisa memberikan hadiah kecil ini untukmu." ucap Sebastian sambil membelai rambut gadis muda yang masih terpaku itu.
"Tuan.."
Nicole tak menyangka dengan kejutan ini. Kejutan yang bahkan tak pernah dia bayangkan.
"Lihatlah wajah bodoh mu itu. Kau terlalu sibuk menjaga ku hingga melupakan hari ulang tahunmu sendiri."
Sebastian masih menunggu reaksi Nicole, tapi dia tak kunjung menunjukkan reaksi apapun. Gadis itu hanya menatap hadiah yang diberikan Sebastian dengan mata indahnya. Jaksa tua itu pun mulai kehilangan kesabaran.
"Kau tidak ingin bertanya mengapa aku memberimu liontin berbentuk four leaf clover daripada bentuk hati?"
"Kenapa tuan? Apa ada arti khusus?"
Bletak!
"Aww.. Sakit tuan." Nicole mengusap dahinya yang terkena sentilan dari Sebastian. Pria tua itu mengerut dan mulai menggerutu.
"Sebenarnya kau sudah membaca buku yang kuberikan padamu apa belum?"
"M.. su.. dah.." jawaban Nicole sukses mendaratkan sentilan kedua di dahinya.
"Kau harus belajar lebih giat lagi untuk bisa membohongiku gadis kecil."
Sebastian menaikkan sebelah alis dan tertawa geli melihat Nicole yang mengusap-usap dahinya.
"Lihatlah.. Kau bisa menahan pisau dan peluru yang menggores tubuhmu, tapi kau meringis kesakitan karena sentilan kecil di dahi? Kau memang pandai membuatku tertawa."
Nicole tersenyum garing. Dia kembali menatap kado kecil ditangannya.
"Terima kasih tuan."
"Sudah semestinya seorang ayah memberikan kado di hari ulang tahun putrinya."Kata-kata Sebastian sangat berarti bagi Nicole. Membuat gadis itu semakin menghormati dan menyayangi orang yang telah mengangkatnya dari keterpurukan akibat post traumatic stress disorder.
"Oh, Nicole!" ucap Sebastian sebelum melangkah ke tempat kerjanya.
"Ya?"
"Baca buku botani tumbuhan itu sebelum aku menyentil dahimu untuk yang ketiga kalinya."Brakk!!
Seorang pria asing dengan memakai topi dan masker tiba-tiba masuk dengan mendobrak pintu.
Nicole langsung meloncat di depan Sebastian, melindungi pria tua itu menggunakan tubuhnya.
Sebuah peluru melesat dari revolver pria bermasker yang berdiri beberapa meter di depannya. Timah panas langsung menembus lengan kiri Nicole, namun ternyata pria itu tidak sendirian.
Dorr!!
Pria bermasker lainnya menembakkan peluru yang langsung menembus jantung Sebastian.
"I love you kid.."
Itulah kata-kata terakhir Sebastian sebelum tubuhnya roboh ke tanah.
Hi-005, 23:00
Nicole membuka matanya. Air mata menetes dari ujung matanya saat mengingat kembali kejadian kelam itu. Kejadian yang selalu menghantui mimpinya setiap hari. Dia mulai terisak dibalik jeruji besi yang menahannya sekarang.
Di sisi lain Benedict bisa mendengar dengan jelas isak tangis gadis itu, dia hanya diam terduduk dari balik selnya..
(Si cantik itu.. Apa yang telah dialaminya?)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prisoner of Hi-005
Mystery / ThrillerSeorang gadis mantan anggota Russian Army disewa sebagai bodyguard jaksa paling berpengaruh di Perancis. Cantik, seksi, cerdas, loyal, dan mematikan. Dikenal sebagai gadis baik-baik yang hanya ganas di medan tempur, sampai sebuah kejadian memaksanya...