High Security Cell

28 2 0
                                    

"Sepertinya kau sering terlibat dalam masalah nona." Basile menyapukan kapas yang sudah di tetesi alkohol ke pipi Nicole yang tergores peluru.

Ruang kesehatan, 07:09

Dokter muda itu merawat pasiennya dengan telaten. Dia hanya berjarak satu jengkal dari Nicole sehingga semakin terlihat jelas paras menawan gadis yang tengah duduk di depannya dengan sorot mata kosong, diam tak bergeming. Entah kenapa hatinya bergejolak, jantungnya memacukan irama yang sulit dipahami.

Mata berwarna coklat terang itu indah dan menenangkan walau dia tidak sedang tersenyum. Tanpa sadar jemarinya turun menyentuh bibir dan dagu Nicole, gadis itu pun sontak bereaksi.

"Tuan, bukan bagian itu yang terluka."
"Astaga! Maafkan aku!"

Basile segera sadar dari imajinasi konyolnya. Bisa-bisanya dia membayangkan hal yang tidak mungkin terjadi. Dia berbalik menuju meja kerjanya, menyentuh berbagai alat yang tidak perlu. Susah sekali bersikap normal di hadapan Nicole sekarang.

"Sudah berapa lama kau menjadi dokter?" pertanyaan Nicole sontak membuat Basile berbalik menatapnya.

"Sekitar 6 tahun."
"Kau pernah bertugas di luar Perancis?"

"Pernah, di tahun pertamaku menjadi dokter. Waktu itu aku menjadi sukarelawan di India." jawab Basile sambil mengerutkan dahi.

"Sebuah kebetulan. Kalau begitu kau pasti tahu benda ini."

Nicole mengambil sesuatu dari balik saku bajunya. Dia memperlihatkan sebutir biji yang membuat Basile tersentak kaget.

"Darimana kau dapatkan benda itu?"

Dari reaksi Basile, gadis itu sudah bisa menebak bahwa apa yang dipikirkannya memang benar.

Pertanyaannya pun mulai terjawab. Inilah penyebab dua polisi wanita yang berjaga di luar kamar mandi tadi tak mendengar keributan antara dia dan si penyusup. Basile lalu mendekati Nicole, kali ini ekspresinya serius.

"Kau tidak mengkonsumsi ini kan?"

"Tidak. Tapi.." belum selesai Nicole bicara, dua polisi wanita yang tadi mengawalnya masuk ke ruang kesehatan dibantu polisi wanita yang lain. Mereka seperti telah keracunan sesuatu.

Basile segera membaringkan keduanya dan memberikan pertolongan pertama.

Dia menoleh ke arah Nicole yang dijawab dengan anggukan kepala.

"Benar tuan, mereka yang telah mengkonsumsinya. Beberapa biji Hawaiian Baby Woodrose sepertinya sengaja dicampurkan seseorang di sarapan mereka pagi ini. Aku sangat yakin karena biji ini kupungut setelah terjatuh dari lipatan seragam para polisi yang kau tangani sekarang."

Basile tidak mempercayai apa yang dia dengar. Gadis ini sungguh luar biasa. Dia bukan dokter tapi dia tahu salah satu tanaman psikotropika yang jarang diketahui kalayak umum hanya dengan melihat bentuknya.

"Nona.. Siapa kau sebenarnya?"

Nicole belum sempat menjawab pertanyaan Basile karena polisi lain sudah terlebih dahulu menariknya keluar menuju sel baru yang telah menunggunya.

Piège Mortel, High security cell, 07:43

Benedict baru saja kembali dari hukumannya berlari mengelilingi lapangan olahraga sebanyak 15x putaran. Kali ini dia dihukum karena mematahkan hidung seorang polisi.

"Hah.. dia yang mencari masalah, tapi aku yang dihukum." gerutunya.

Sel Hi-001 sudah menjadi kamar pribadinya sejak 7 tahun silam. Pembantaian yang dia lakukan terhadap pasukannya sendiri membuat Benedict harus mendekam di sini seumur hidup dengan menyandang julukan sebagai penghianat negara.

Dia naik ke ranjangnya yang hanya beralaskan lempengan besi, menggantungkan kakinya di atas ranjang. Benedict mulai melakukan sit up dengan posisi terbalik. Itulah salah satu alasan yang membuat otot perutnya mengeras.

Benedict lantas menghentikan gerakannya saat mendengar ruangan di depan selnya dibuka.

Dia mendekati jendela berteralis besi berukuran 2x1m, satu-satunya ventilasi yang bisa membuatnya melihat keadaan di luar. Terlihat Nicole memasuki sel benomor Hi-005.

Pria itu tersenyum kecil, akhirnya ada orang lain yang bisa dilihatnya selain Peter dan seorang polisi rekannya yang membosankan.

"Sudah kubilang kita akan bertemu lagi." dia menatap punggung gadis itu sambil tersenyum.

Sekilas Nicole melirik ke arahnya sebelum gadis itu benar-benar berbalik memunggungi Benedict.

"Ah.. mata itu sungguh memabukkan." dia menoleh ke arah Peter, satu-satunya polisi yang diajaknya bicara walaupun polisi itu selalu galak setiap kali berinteraksi dengan Benedict.

"Peter, ini berbahaya!" ucap Benedict sambil memasang raut wajah serius yang membuat Peter bereaksi.

"Apa yang berbahaya?" tanya polisi itu dengan nada datar.

Benedict memukul teralis besi di depannya yang tentu saja membuat tangannya memar.

"See? Besi ini tidak bengkok sedikit pun. Aku kehilangan kekuatan ku saat si cantik yang di sana itu menatapku. Dan sekarang jantung ku seperti mau meledak jika membayangkannya."

Dia menepuk-nepuk dadanya, "Gawat! Sepertinya aku jatuh cinta!"

"Pria gila." Peter menggelengkan kepala sambil menyembunyikan senyum simpul di wajahnya.

The Prisoner of Hi-005Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang