Kamar Mandi

31 2 0
                                    

"Benedict Leroy! Berani sekali kau beranjak dari tempatmu selagi aku menoleh ke arah lain?!"

Teriak seorang polisi yang tadi berjaga beberapa kursi dari Nicole. Dia geram karena Benedict sempat lolos dari pengawasannya.

"Kembali kemari atau kutembak!" dia kembali menodongkan AK-47 miliknya pada pria itu.

"Sstttt! Kau semakin cerewet Peter. Aku serasa kembali ke bangku sekolah." Benedict berbalik menatap Nicole sebentar sebelum kembali ke kursinya.

"See you soon beautiful." dia melempar senyum ke arah gadis yang bahkan mengacuhkan dirinya.

Piège Mortel, 5 Maret 2000, 06:30

Nicole menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang dipenuhi keringat.

Kali ini dia dikawal dua orang polisi wanita yang berhenti tepat di luar kamar mandi. Mereka memberikan kesempatan pada gadis itu untuk memanjakan diri dengan guyuran air di sekujur tubuhnya.

Nicole menikmati setiap tetes yang jatuh di tubuhnya. Sudah lama sekali sejak terakhir kali dia mandi.

Beruntung baginya kamar mandi dengan 10 bilik itu kosong. Dia satu-satunya tamu yang mengunjungi tempat lembab itu pagi ini. Baguslah, dia bisa berlama-lama bermain air disana.

Ceklik!

Mata Nicole melirik ke arah pintu, dia memasang telinga lebar-lebar. Terdengar langkah kaki semakin mendekat dan berhenti tak jauh dari bilik tempatnya berdiri sekarang.

Nicole bisa mendengar bunyi tembakan walaupun orang itu mungkin menggunakan peredam suara di moncong senjatanya.

(Sepertinya orang ini mencari ku)

Gadis itu segera memakai handuk dan di saat yang bersamaan sebuah peluru menembus pintu.

Benda kecil itu menyerempet tipis pipinya. Dia menendang pintu itu kuat-kuat. Dilihatnya seorang wanita atau lebih tepatnya pria yang menyamar menjadi wanita terbelalak kaget.

Pria asing itu kembali membidik Nicole. Sepertinya dia sangat bernafsu untuk membunuh gadis itu.

Nicole berhasil berkelit sebelum timah panas menembus dagingnya.

"Siapa yang mengirim mu?" tanyanya sambil masih sibuk menghindari peluru yang mengarah padanya.

Pria itu pun hanya terkekeh. Namun tak disangka handuk yang dipakai Nicole membuat pergerakan kakinya terbatas dan terlepas saat dia beradu fisik dengan si pembunuh.

Segera pria itu mendapati pemandangan indah berasal dari tubuh Nicole yang tak tertutup sehelai benang pun.

Nicole memanfaatkan kelengahan pria itu. Dia menyerang si pembunuh dengan menendang alat vitalnya.

"Arrgghh!" dia memegang selangkangan kaki, sepertinya Nicole berhasil memecahkan telur berharganya.

Tak berhenti disana, gadis cantik itu mengunci lawannya dengan teknik systema dan mencekiknya hingga pria itu kehabisan napas.

"Sial! Dia melihat surga dunia sebelum mati!"

Nicole duduk di atas pria tak bernyawa itu dan menampar pipinya yang mulai dingin dengan kesal.

Beberapa saat kemudian Linn masuk ke kamar mandi. Sialnya dia langsung melihat pemandangan mengerikan itu. Mendapati Nicole yang tengah telanjang di atas mayat seorang pria. Linn pun gemetar ketakutan.

"Ap.. apa.. y.. yang.." wajahnya berangsur pucat.
"Kau yang mengirimnya?" tanya Nicole dingin.

"Tidak! Kali ini aku tidak tahu apapun! Aku bersumpah!"

"Ada keributan apa ini!" dua polisi wanita yang berjaga di depan pintu kini masuk ke dalam setelah mendengar suara Linn. Mereka hanya bisa tertegun dengan mulut menganga saat berada di dalam.

Nicole mengerutkan dahi, ada yang tidak beres disini. Bagaimana mungkin kedua orang ini tidak mendengar keributan yang timbul dari perkelahiannya dengan pembunuh tadi?

"Nona Nicole, pakai bajumu dan ikut kami!"

Ruang kepala polisi, 06:47

"Nona kau mengacau lagi?" tanya Henry begitu tahu siapa yang dibawa anak buahnya. Dia mengintruksikan mereka untuk meninggalkannya berdua dengan Nicole.

"Aku rasa Piège Mortel tak sehebat rumor yang beredar."
"Apa maksudmu?" Henry tak mengerti apa yang ingin diucapkan gadis itu.

"Jika memang sehebat itu, kenapa ada penyusup yang berhasil masuk kesini? Memangnya apa yang dilakukan anak buah mu? Apa mereka hanya makan gaji buta di sini?"

"Penyusup? Tunggu, jangan bicara berputar-putar! Katakan saja apa yang ingin kau katakan sebenarnya!"

Henry tak kuasa menahan emosi saat Nicole mencemooh penjara kebanggaannya.

Nicole berpikir apakah pria ini polos atau memang bodoh. Ah sudahlah, mungkin penyusup itu yang terlalu pintar. Dia memilih diam hingga membuat Henry berteriak memanggil anak buahnya yang berjaga di depan.

"Masukkan gadis ini di tempat yang sepantasnya karena berperilaku buruk! Sebelum itu bawa dia ke ruang kesehatan untuk mengobati luka di wajahnya!"

The Prisoner of Hi-005Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang