Benedict perlahan membuka mata. Dia duduk dan mengerjapkan matanya berulang-ulang.
"Ya Tuhan.. Badanku lemas sekali."
"Oh, kau sudah bangun rupanya. Apa kepalamu masih sakit?"Basile mendekat dengan membawa senter kecil. Dia lalu menyorotkan sinar senter itu ke kedua mata Benedict.
Piège Mortel, 16 Maret 2000, 10:08
Pupil Benedict mengecil saat tersorot sinar dari senter Basile. Dokter muda itu pun bernapas lega.
"Syukurlah.. Kau sudah boleh kembali ke selmu tuan Hi-001."
"M.. Terima kasih. Ngomong-ngomong dokter, jam berapa sekarang?"
"10:08."
"Oh.. Jadi aku menginap di sini semalaman.""Semalaman? Kau disini sejak 2 hari yang lalu."
Mata Benedict seketika terbelalak. Efek racun itu tidak main-main rupanya. Dia mencoba mengingat semua kejadian sebelum dia tak sadarkan diri. Lalu seketika wajah Nicole muncul di benaknya.
"Apakah Nona Nicole benar-benar dikirim ke sel isolasi?" dia mencengkeram kedua bahu Basile saat menanyakan hal itu.
"Ahaha.. Dilihat dari kuatnya cengkeramanmu sepertinya kau betul-betul sudah pulih tuan dan ought.. bisakah kau melepaskan ku? Rasanya sakit sekali."
"Maafkan aku." Benedict segera melepaskan tangannya dari dokter muda itu.
(Astaga.. aku seperti dipeluk seekor beruang grizzly!)
Basile memijat kecil kedua bahunya. Namun baru saja bisa bernapas lega, Benedict kembali mencengkeram lengan Basile. Pria itu menahan nyeri dari serangan Benedict untuk yang kedua kalinya.
"Jawab pertanyaanku dokter!"
"Iya-iya baiklah.. Tolong lepaskan ini dulu!" Basile menunjuk lengannya yang mulai memerah. Terlihat bekas telapak tangan Benedict di kulitnya yang putih.
"Nona Nicole memang telah dikirim ke sel isolasi dua hari lalu." ucap Basile sambil masih mengelus lengannya akibat perbuatan Benedict.
"What.."
Benedict mengacak-acak rambutnya. Kalau saja dia tetap terjaga kemarin, mungkin dia bisa mencegah Nicole agar tidak dikirim kesana.
"Sial!"
Sel isolasi, 10:15
"Baiklah tuan, kau bersih. Kau boleh bicara dengannya selama 10 menit." kata seorang polisi kepada tamu yang akan mengunjungi Nicole.
Gadis itu acuh walaupun bisa mendengar percakapan di luar selnya. Dia kembali sibuk membaca buku botani tumbuhan yang dimintanya langsung dari Henry. Sebuah syarat kecil agar dia tak kesepian di dalam sel isolasi barunya.
"Bagaimana kabarmu?" suara seorang pria menyapa Nicole. Gadis cantik itu masih tetap di posisinya. Dia membaca buku dengan duduk bersandar di dinding.
Pria itu hanya mendengus pelan karena diacuhkan.
"Kau tetap tidak berubah. Selalu mengacuhkanku seakan aku tak ada." pria itu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum simpul.
"Begitu pula denganmu Felix. Selalu menurut apa kata pengacara licik itu walau bertentangan dengan hatimu."
Sebuah kunjungan spesial dari Felix Evrard tak membuat Nicole beranjak dari tempat duduknya. Kedua orang ini sudah saling kenal sejak remaja.
Namun karena berada di dua kubu yang berbeda mau tak mau ada jurang begitu dalam yang membentang diantara keduanya.
Nicole berada di kubu Sebastian Klaus, seorang jaksa berpengalaman yang paling berpengaruh di Perancis yang terkenal dengan kejujuran dan keberaniannya menjebloskan penjahat terhormat ke dalam jeruji besi.
Sedangkan Felix, dia di kubu Marius Gilbert. Pengacara muda yang licik dan menghalalkan segala cara untuk memenangkan persidangan.
"Ah..kau selalu berpikiran negatif terhadap Tuan Marius."
"Kau tidak akan bicara seperti itu jika tahu siapa dia sebenarnya. Pergilah, aku sedang tidak menerima tamu."
Felix menatap gadis itu dengan pandangan sedih. Gadis itu sejak lama telah mencuri hatinya walaupun sang pujaan hati tak mengetahui hal ini.
"Nicole.. Aku hanya merindukanmu. Rindu sosok hangat yang dulu ku kenal."
"Sosok itu sudah mati Felix." jawab gadis cantik itu sembari masih sibuk membolak-balikkan buku.
"Nicole tolong jangan bersikap sedingin itu padaku. Tak tahukah dirimu bahwa hatiku sakit mendengarnya."
Felix merapatkan tubuhnya di pintu sel agar bisa melihat Nicole lebih jelas.
"Kenapa?"
"Karena aku mencintaimu."Nicole menutup bukunya, dia lalu menatap Felix.
"What?""Aku mencintaimu dulu, sekarang, dan nanti. Walau kau mengacuhkanku, aku akan tetap mencintaimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prisoner of Hi-005
Misteri / ThrillerSeorang gadis mantan anggota Russian Army disewa sebagai bodyguard jaksa paling berpengaruh di Perancis. Cantik, seksi, cerdas, loyal, dan mematikan. Dikenal sebagai gadis baik-baik yang hanya ganas di medan tempur, sampai sebuah kejadian memaksanya...