Paket Istimewa

35 2 0
                                    

Selusin polisi menyambut Nicole saat dia meninggalkan lapangan olahraga. Terlihat Henry berada di barisan paling depan.

Pria itu menyilangkan tangan dan menatap tajam ke arah Nicole.

"Kau baru dua hari berada di sini. Di hari pertama kau mematahkan jari seorang tahanan wanita dan sekarang.. Astaga.. Kau membuat seseorang kehilangan sebelah matanya." rahangnya pun mengeras.

Nicole memasang wajah tanpa dosa, membuat pria setengah baya itu semakin emosi.

"Tak boleh ada kekerasan apapun di Piège Mortel selama aku masih berada disini! Aku tak mengizinkannya!" suaranya kembali menggema.

"Aku tak butuh izinmu untuk menghukum seorang pria cabul."

Nicole menegaskan suaranya pada kata-kata cabul. Sorot matanya tak kalah tajam dari Henry.

Dengan postur tubuh seperti gitar spanyol, memang sulit bagi pria manapun untuk menolak pesona Nicole.

Hal tersebut mungkin juga dirasakan oleh Henry jika dia tidak berkali-kali melihat foto di dompet untuk mengingatkan bahwa dia sudah menikah.

Henry memerintahkan anak buahnya untuk membawa Nicole ke suatu tempat. Dua kali mengacau sudah cukup membuat gadis itu kembali di pindahkan ke sel lain. Kali ini dia akan menempati sebuah sel khusus.

Piège Mortel, Ruang Paket, 12:05

"M.. Nicole Fridolin? Bukankah dia gadis yang baru masuk 2 hari lalu?" tanya seorang petugas sortir saat membaca salah satu paket yang di kirim seseorang untuk Nicole.

"Sepertinya nona Nicole memiliki penggemar rahasia." dia tertawa saat paket itu melewati mesin scanner.

"Apa kau sudah pernah melihatnya?" tanya petugas yang lain.

"Yeah.. Dan kau tahu, demi dewa zeus dia sangat cantik! Mata coklat terang, hidung mancung, bibir sexy, dan kau tahu apalagi? Pinggangnya sangat ramping. Dia benar-benar gadis idamanku."

Pria itu mengambil paket yang dipegangnya untuk di berikan kepada Nicole. Sambil berlalu dia bergumam sendiri di sepanjang perjalanan menuju ruang makan.

"Dasar bodoh! Kau tidak akan mengatakan semua itu jika tahu apa yang telah dilakukannya."

Dia pun melirik paket itu sekali lagi.
"Sepertinya pria yang mengirimkan ini juga tidak tahu."

Ruang makan, 12:15

"Hei kawan, bisakah kau mengambil saus itu untukku?" ucap seorang pria kepada polisi yang menjaganya.

"Aku bukan temanmu." jawab polisi itu tanpa menoleh.

"Ah.. ayolah.. Sudah 7 tahun aku disini, kita sudah melewati hari-hari indah bersama. Kenapa kita tidak berteman saja?" pria itu menggelitik pinggang si polisi dengan ujung sendok.

"Hentikan! Dan jangan sok akrab denganku!" polisi itu langsung menodongkan AK-47 ke dahi pria yang tersenyum jahil di depannya.

"Astaga.. Kau masih saja pemarah." ucap pria itu lalu berdiri mengambil saus.

Di ruang makan ini tidak ada sekat kaca yang artinya tahanan pria dan wanita bisa berbaur, namun tentunya dengan pengawasan ketat.

Keadaan berubah menjadi hening saat Nicole masuk ruang makan. Jangankan berbincang, para tahanan menjaga agar tidak ada suara sendok satupun yang keluar saat benda itu menyentuh piring. Kejadian pagi ini benar-benar membuat mereka shock.

Nicole duduk di sebuah kursi yang sudah di tentukan. Dia duduk dikelilingi 4 orang polisi yang berdiri mengelilingi meja makan.

Sebuah tato kini terukir di pergelangan tangannya, 'Hi-005'. Nicole pun tersenyum saat memandang guratan yang masih memerah itu.

"Tidak buruk." ujarnya.

"M.. Maaf, nona." sebuah suara membuat Nicole mendongak melihat siapa yang menegurnya. Petugas sortir tengah berdiri beberapa langkah di depan meja.

"Ini ada paket untukmu."

Nicole pun tersenyum sambil menerima paket itu.

"Terima kasih tuan. Siapa yang mengirimnya?"

"Seorang pemuda tegap berkulit putih dan bermata abu-abu meletakkan kotak ini begitu saja di depan gerbang. Oh! Ada luka sayatan di leher kirinya."
Nicole hanya mengangguk-anggukan kepala mendengar diskripsi pria itu.

Setangkai bunga berwarna biru keunguan yang tampak baru dipetik terlihat saat kotak itu terbuka.

Plaakkk!

Tiba-tiba seorang pria menangkis tangan mungil Nicole ketika dia akan menyentuh bunga itu. Dia adalah pria yang tadi menggoda polisi dengan sendok dan terlihat begitu kesal.

"Tak hanya gila, kau juga bodoh!"

Nicole menghela napas. Dia melihat pria itu dengan seksama, Hi-001 terukir jelas di pergelangan tangannya.

"Aku hanya memastikan apakah bunga ini seperti yang kupikirkan."

"Tepat seperti yang kau pikirkan! Dan kau masih mencoba bermain-main dengannya?!"

Pria gila itu menunjuk bunga yang masih tergeletak rapi di dalam kotak.

"Aku bahkan belum mengatakan apapun."

Nicole lalu mengambil beberapa helai tissu dan menyelimutkannya di tangkai bunga. Dia memicingkan matanya saat mendekatkan benda itu di depan wajah.

Monkshood, bunga biru keunguan yang sangat cantik jika dilihat dengan mata telanjang. Tak banyak orang yang tahu bahwa hanya dengan menyentuh daunnya tanpa sarung tangan, racun aconite di dalamnya bisa membuat seseorang mengalami gangguan fungsi jantung aritmia dan membuatnya mati lemas.

Nicole melirik pria asing itu, pengetahuannya pasti sangat luar biasa. Dia tersenyum sambil memutar tangkai bunga.

"Hah.. Si licik Marius ternyata masih menginginkanku. Dia bahkan mengirim anjing setianya untuk membunuhku di sini."

The Prisoner of Hi-005Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang