Pembantaian

23 2 0
                                    

Pantry, 11:30

Kedua koki penjara tengah sibuk menyiapkan makan siang hari itu.

"Uhuk..uhuk.."
"Sudah kubilang periksakan batukmu itu ke Dokter Basile." ucap Donnte sambil menepuk punggung Marci.

"Hanya batuk biasa tidak perlu merepotkan Tuan Basile."

Baru saja akan melanjutkan aktivitas memasak mereka, terdengar suara pintu di dobrak.

"Jangan pura-pura bodoh dan cepat ke sini sebelum peluru menembus kepalamu!" teriak Henry.

Marci pun maju perlahan sambil mengangkat kedua tangannya.

Tanpa di duga dia menendang pistol Henry, meninju perut bawahnya dan berlari keluar pantry.

"Aku tak menyangka akan ketahuan secepat ini."

Pria tua itu bisa melihat seringai di wajah Marci sebelum dia lari.

"Kapten?" Donnte yang kebingungan memberanikan diri bertanya pada Henry.

Tanpa menjawab, Henry berteriak pada anak buahnya yang berada di luar pantry.

"Tangkap penghianat itu!"

Sebuah teriakan yang membuat kaki Donnte lemas dan terduduk di lantai.

"Marci.. penghianat?"

Piège Mortel, 16 Maret 2000, 11:40

Piip..

Semua sel tahanan tiba-tiba terbuka. Langsung saja terjadi keributan di dalam penjara super ketat itu.

Banyak dari mereka mencoba kabur dengan menerobos barisan polisi yang menghadang bahkan mereka tak sungkan memukul, mencekik, dan melakukan apapun untuk bisa kabur.

"Well well.. Pertujukan bagus." gumam Marci sambil melihat layar monitor di depannya. Tampak seorang polisi terkapar di sampingnya.

Doorr!

Sebuah tembakan peringatan dilepas Henry ke udara. Dia menatap kerumunan yang ada di lantai bawah dengan wajah garang.

Sederet polisi yang berjumlah 150 orang berjejer membidikkan senjata laras panjang ke arah para tahanan di lantai bawah itu. Bersiap menunggu perintah dari Henry.

"Jika ada yang berani mencoba kabur, maka jangan salahkan aku jika tubuh kalian berlubang!" ancamnya.

Namun ancaman hanyalah ancaman. Bukannya menurut, para tahanan semakin menggila menyerang para polisi.

Dengan satu gerakan tangan, segera badan mereka berlubang akibat peluru yang ditembakkan langsung dari ratusan M-16 yang dipegang anak buah Henry.

Darah menyembur dari lubang-lubang di tubuh para tahanan yang tak terhitung jumlahnya. Membuat lantai besi itu berubah menjadi merah.

"Shit! Tua bangka itu benar-benar gila!" ucap Benedict. Dia mengintai tak jauh dari tempat pembantaian itu.

"Ya Tuhan.. Apa yang dilakukan Tuan Henry!" pekik Hi-004. Segera Bernardino membungkam mulut gadis itu.

"Ssttt.. Pelankan suaramu jika tak ingin menjadi salah satu dari mereka."

Banyak tubuh yang tumbang akibat insiden ini. Julukan 'Pemangsa Gila' itu memang tak salah jika disematkan untuk Henry dan dia membuktikannya hari ini.

"Kau baru sampai?" tanya Bernardino pada Hi-003. Ada darah yang masih menetes dari tangannya.

"Yah.. Kau tahu kan betapa gilanya Pedro." ucapnya santai. Dia baru saja membunuh polisi yang mengawalnya bernama Pedro.

Mereka berempat masih mengintai dari tempat persembunyian. Tanpa mereka sadari sebuah cctv tengah mengawasi mereka.

"Oh kapten, kau melewatkan tahanan khusus yang tengah mengintai beberapa meter darimu."

Sebuah suara terdengar dari microphone yang membuat Benedict spontan melemparkan pisau dan merusaknya.

Henry menoleh dan memergoki 4 orang tahanan khusus itu. Segera saja puluhan peluru mengarah ke tubuh mereka.

"Shit! Run!" perintah Benedict yang langsung berlari diikuti 3 orang dibelakangnya.

"Bajingan di microphone itu milikku!" ucap Bernardino geram. Mereka akhirnya berpencar agar Henry sulit melacak keberadaan tahanan khusus itu.

Sel isolasi, 12:17

Kruyuukk..

Cacing besar alaska di perut Nicole sudah berbunyi untuk kesekian kalinya.

"Hah.. Apa ada perubahan jam makan siang di sini?" gumamnya sambil memainkan sebuah pensil.

Klang doorr prangg!!

Nicole terdiam mendengar keributan di luar selnya. Tak biasanya polisi yang menjaganya seribut itu.

Instingnya pun mengambil alih, sesuatu pasti telah terjadi di luar sana. Gadis itu berdiri, buku setebal 250 halaman dan sebuah pensil berada di genggamannya.

Klikk!

...

Benedict seketika mematung. Ujung pensil yang amat tajam sudah berada beberapa mili dari bola matanya sesaat setelah masuk ke dalam sel isolasi itu. Kaki Nicole pun sudah berada beberapa senti di lehernya. Bergerak sedikit saja nasibnya pasti sama dengan pria mesum yang menyerang Nicole kapan hari.

Nicole menyipitkan matanya. Dia melihat ke arah belakang Benedict dimana dua polisi yang menjaganya terkapar di lantai.

"Apa maksud semua ini Tuan Benedict?" suara yang begitu dingin keluar dari bibir gadis cantik itu.

The Prisoner of Hi-005Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang