Penyelidikan Henry

24 2 0
                                    

"Apa kepalamu terbentur sebelum datang kesini Felix?"

Nicole menatap pria itu tanpa bergeser dari posisinya. Buku botani tumbuhan masih tergenggam erat di tangannya.

"Kau tidak percaya padaku? Bukankah aku sudah mengirimkan bunga yang indah untukmu?"

Nicole meletakkan buku yang digenggamnya dan berdiri mendekati pria bermata abu-abu itu. Jarak mereka hanya 1 meter sekarang dengan teralis besi berdiri kokoh diantaranya.

"Jadi kau menyatakan cintamu dengan cara mencoba membunuh ku? Itu yang kau sebut cinta?"

Felix mengerutkan dahi. Dia tidak mengerti maksud ucapan pujaan hatinya itu.

"Aku mengirimkan setangkai grape hyacinth untukmu. Bukankah itu bunga yang sangat cantik? Tidakkah kau menyukainya?"

"Astaga.. Pantas Marius dengan mudahnya mengelabuhi mu. Aku tidak menyangka kau sebodoh ini!" ucap Nicole kesal.

"Nicole.. Kenapa kau begitu kesal? Seingatku kau suka bunga berwarna ungu." Felix pun semakin bingung.

"Memang, tapi tidak untuk monkshood."

Gadis itu berbalik menjauh dari pintu setelah memastikan bahwa Felix benar-benar inocent dari ekspresi wajahnya.

"Kau ini.. God.. Aku sangat kesal dengan kebodohanmu!"

Nicole berjalan mondar mandir di dalam selnya. Dia mengambil bukunya yang tergeletak di lantai dan berbalik mendekati Felix.

"Look.. Kau harus membeli dan membaca buku ini Felix. Ini akan menambah pengetahuan mu tentang tumbuhan." Nicole lantas menunjukkan buku itu di depan wajah Felix.

"But, why? Aku mengutarakan perasaan cintaku padamu tapi kau malah menyuruhku belajar tentang tumbuhan?"

"Dengar, kau mengirim monkshood untukku, bukan grape hyacinth."

Felix terkejut dengan ucapan Nicole, "Ta..tapi Tuan Marius bilang.."

"Ah.. Sudah kuduga itu ide darinya. Memang licik sekali pria itu. Dia tidak ingin mengotori tangannya sendiri dengan memperalat mu."

Mereka terdiam sesaat sampai akhirnya Felix mengatakan sesuatu yang membuat ekspresi Nicole berubah menyeramkan.

"Mungkin Tuan Marius tidak sengaja merekomendasikan bunga yang salah."

"Ckkk.. Pergilah."
"Nicole.."

"Pastikan saja Tuan Henry dan pasukannya mengunciku dengan benar di sini. Karena saat aku bebas nanti, mungkin itu adalah hari dimana Marius Gilbert bernapas untuk terakhir kalinya."

**

Ruang cctv, 11:00

Henry baru bisa mengecek cctv setelah menyelesaikan beberapa tugas. Dia cukup ragu dengan ucapan Nicole beberapa hari lalu, namun rasa penasaran mengalahkan keraguannya.

Dia memerintahkan anak buahnya untuk memutar rekaman di hari ketika Nicole diserang di kamar mandi. Ada beberapa cctv yang menyorot langsung ke lorong dan depan pintu masuk.

Dilihatnya seorang wanita jadi-jadian masuk dengan mudahnya melewati dua polisi yang berjaga di depan. Henry mulai curiga. Seharusnya mereka melakukan prosedur pemeriksaan sebelum orang itu masuk ke dalam.

Pria paruh baya itu memutar rekaman ke waktu yang lebih lampau, namun tidak ada keanehan di beberapa kamera yang terpasang di sekitar kamar mandi. Hanya tahanan wanita yang keluar masuk menggunakan fasilitas itu.

"Haishh.. Bagaimana aku bisa menemukannya! Apa aku harus melihat 1200 kamera ini satu per satu?! Yang benar saja!" dia menggerutu dengan kesal.

"Bagaimana menurutmu?" dia bertanya pada anak buahnya yang tengah keheranan dengan sikap pria tua itu.

"M.. mungkin kau harus memikirkannya lebih jauh lagi kapten."

Henry menyipitkan matanya dan menatap tajam pria di sampingnya.

"Kau sama sekali tidak membantu."

Henry kembali memutar otak, kamera mana yang bisa memberikan petunjuk. Tanpa sadar dia menatap kamera yang menyorot pantry. Terlihat ada pergerakan mencurigakan dari seseorang yang familiar.

"Tunggu! Ulangi di menit 50!"

Seketika Henry terbelalak. Dia tahu persis siapa orang yang tengah mengeluarkan sekantung biji yang bentuknya persis seperti yang pernah ditunjukkan Basile di ruang kesehatan.

Biji hawaiian baby woodrose ditaburkan di atas menu sarapan kedua polisi yang bertugas mengawal Nicole pagi itu.

"Bajingan! Berani sekali dia mencoreng nama besar penjara ini dan mengkhianati ku!"

Tanpa sadar Henry memukul layar yang berada tepat di depan nya. Membuat dua retakan diagonal disana.

"M.. Kapten, kau merusak kamera yang menyorot lapangan olahraga."

"Ought.."

Dia lalu merogoh saku celana dan mengambil beberapa uang dari dompet mungilnya.

"Ini, pergilah membeli monitor baru." ucapnya sambil berlalu mencari orang yang dilihatnya di layar monitor.

Anak buahnya hanya bisa menganga memperhatikan lembaran uang di tangannya.

"Monitor apa yang bisa dibeli dengan €5? Dasar pria tua pelit!" umpatnya.

The Prisoner of Hi-005Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang