09

193 37 11
                                    


"Yeu, roda gerobak."

"Gais, ayo kita mikir lagi."

"CAPEK AH GAMAU!" Siapa lagi?

"Satu-satu makanya, bareng-bareng biar cepet selese, ayo," bujuk Seungmin, dengan kerendahan hati yang paling dalam.

"Saatnya naik ke tingkat selanjutnya.. Hmm.. Tingkat? Level?" Jisung berpikir.

Kali ini Hyunjin dan Felix kembali mau berpikir setelah bujukan Seungmin tadi.

Tiba-tiba, Felix memikirkan sesuatu. "Apa maksudnya ke lantai dua?"

"Hm.. Bisa jadi! Daritadi kita di lantai satu terus, mungkin bener kita disuruh ke lantai dua, tingkat selanjutnya," kata Jisung mengiyakan usulan Felix.

"Oke, coba ke kalimat selanjutnya. Tempat murid-murid tingkat menengah belajar. Murid-murid tingkat menengah.. Maksudnya kelas 11? Tingkatan kelas?" Kali ini Seungmin yang bersuara.

Hyunjin menepuk tangannya. "Lantai dua itu tempat kelas 11 juga," katanya mengiyakan.

"Good, kita dapet lantai dua sama kelas 11, sekarang kelas 11 apa dan berapa yang mereka maksud."

"Kalimat selanjutnya, sering menggunakan alat dari laboratorium. Ah, pasti maksdunya kelas IPA! Asek, mantep bat nih," puji Felix pada dirinya sendiri.

"Anak IPA sering bawa alat dari lab ke kelas?" Hyunjin menatap Jisung dan Seungmin bergantian.

"Yep, kadang-kadang. Oke! Berarti kelas 11 IPA! Pasti kalimat selanjutnya buat IPA berapanya. 5 kurang 3 berapa anak-anak?" Jisung bertanya dengan nada seperti seorang guru.

"2 PAK GURU!" Seru Hyunjin dan Felix serempak.

"Saya cuman satu kok," balas Jisung cuek.

"IH PAK GURUNYA NYEBELIN! MAMAH MAU PULANG!"

Seungmin memutar matanya, lelah dengan kelakuan ajaib teman-temannya itu. "Ayo ke kelas 11 IPA 2."

Mereka keluar dari ruang guru, langsung melangkahkan kaki menuju tangga dan menaikinya untuk naik ke lantai dua. Karena tempat yang dituju merupakan kelas 11, maka koridor sebelah kiri dari tangga adalah pilihannya. Ketika mereka sampai di depan ruang kelas 11 IPA 2, pintu kelas tersebut terbuka lebar.

"Weh, kebuka nih. Aman gak ya?" Tanya Hyunjin entah pada siapa.

Felix menyenggol lengan Hyunjin disebelahnya. "Cek sana."

"Kok aku?" Tanyanya heran.

"Kamu yang paling tua," ujar Seungmin datar.

"Cepetan, Jin!" Jisung mengibaskan tangannya.

Hyunjin mendengus, lalu perlahan-lahan dia mendekati pintu yang terbuka, ketika sudah tepat berada di ambang pintu, si Hwang itu mendongakkan kepalanya keatas, dan seketika dirinya menyungginkan senyum miring.

"Ada tinta spidol gais," Hyunjin menunjuk, teman-temannya langsung beringsut mendekat untuk melihat.

"Ih, sebotol! Gila kali mau nyiram kita," protes Felix.

Sementara itu Jisung berjongkok, meneliti sesuatu yang tampak membentang di sepanjang ambang pintu, seuntai tali yang sangat tipis.

"Untung kamu gak kena ini, Jin," Hyunjin menunduk, ikut melihat apa yang dilihat Jisung.

Seungmin juga menyadari sesuatu. "Ada kertas di atas pintu."

Kembali Hyunjin mendongak, tangannya langsung berusaha menggapai kertas yang dimaksud kemudian memberikannya pada Seungmin.

"Ini talinya diapain?" Tanya Felix yang juga ikut mengamati disebelah Jisung.

"Ambil botol tintanya, tarik talinya," jawab Jisung cepat.

Sementara ketiga temannya sibuk mengurusi jebakan jadi-jadian itu, Seungmin membuka kertas yang dilipat tersebut lalu membaca isinya.


Ada deretan loker para murid di belakang kelas. Yang atas dan tengah, tiga baris memanjang kebawah tidak penting. Namanya persis berada disebelah kanan nama dari negara terpadat di dunia.


Seungmin menghembuskan napas kasar. "Yang bikin ini iseng banget heran," ucapnya kemudian.

"Kalian harus liat ini," ketiga temannya menengok serempak lalu memusatkan perhatian mereka pada kertas ditangan Seungmin.

Jisung tanpa basa-basi langsung melangkah menuju belakang kelas, diikuti Felix dan Seungmin, Hyunjin sendiri memilih untuk duduk disalah satu kursi, dengan alasan dia lelah.

"Tadi kan aku udah nyelametin kalian dari badai," katanya cuek.

"Badai apanya sih," Jisung memasang wajah datar.

"Padahal yang mikir bukan dia, hih," cibir Felix.

"Tiga barisan paling kanan, atas dan tengah gak penting. Berarti loker bawah dari barisan keempat," Jisung sampai harus merangkak untuk mencapai loker yang bawah.

"Namanya persis berada disebelah kanan nama dari negara terpadat didunia," Seungmin membaca ulang kalimat di kertas tersebut.

"Belibet banget kalimatnya et, udah tau hidup orang juga belibet," protes Felix sebal.

"Negara terpadat.. Bukannya Cina? Eh bener gak sih?"

"Kamu anak IPS masa gak tau," ledek Jisung pada Hyunjin, yang langsung dihadiahi lemparan buku dari si Hwang.

"Yang nama yang susah, Sung."

"Nama kita juga susah, btw."

"Owh, iya."

Jisung mencari sepanjang deretan loker paling bawah, mencari nama dengan aksen Tiongkok yang kental. Dan hanya ada satu nama yang memenuhi syarat di deretan loker paling bawah tersebut.

"Oke, Lai Guanlin, gak ada yang make marga itu di Korea, sangat memenuhi syarat, nama disebelah kanannya adalah.. Yang Jeongin. Oke, aku izin buka lokermu ya.." Jisung membuka loker yang dimaksud―yang kembali tidak dikunci.

Ketika pintu loker dibuka, langsung terlihat sebuah kertas yang digulung dan diikat seutas tali putih yang ditempel di langit-langit loker. Kembali tanpa basa-basi, Jisung mengambil dan langsung membuka kertas tersebut.


Keempat,

Disini, biasanya harganya murah, sangat murah. Isinya lebih banyak kertas-kertas. Tapi sangat sering dikunjungi karena disini merupakan tempat yang penting.


"CIH JINJJA?!"








―gєт συт―


[ ; ] maap-maap, aku gak punya banyak inspirasi buat kode:( btw ini panjaang bangeett.. pasti bosen ya, soalnya aku baca ulang gak seru serius deh:') double update karena emang mau dan skz rilis mv teaser><

Get Out [Stray Kids]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang