baru tiga.

38 7 14
                                    

jogja mendung terus hari ini. dari pagi sampai istirahat kedua, aku nggak lihat matahari. ketutup temennya terus, si awan.

aku juga nggak lihat kak mark. mungkin kak mark ketutup temennya?

ah ngaco, maaf.

kemarin setelah kak mark ngasih aku surat, dan kukasih dia id line-ku, kak mark belum ngechat sama sekali. ku kira dia bakal langsung ngechat aku, ternyata enggak.

hari ini juga aku nggak dapat suratnya. boro-boro dapat surat, tukang antar suratnya aja aku nggak lihat.

jaemin, jeno, haechan, dan temen-temennya juga aku nggak liat. curiga mereka janjian buat bolos.

dan ternyata emang benar. bukan bolos lagi, tawuran.

sama sma cempaka. katanya dari dulu emang udah berkonflik sih, tapi aku nggak tau kalo konfliknya seintens ini.

maksudku, ini tawuran di jalan deket sekolah, mana waktu pelajaran lagi. jadilah sekarang kak mark dan temen-temennya udah dibawa ke ruang bk.

aku cuma bisa ngintipin dari jendela sambil ngeringis. aslian, mukanya kak mark babak belur banget. dia kelihatan nolak waktu diobatin sama bu yurika. padahal temen-temennya yang lain terima-terima aja.

tadi dia sempat ngelirik aku, yang kubalas pakai senyuman menenangkan. sok ala-ala drama gitu, semoga kak mark nggak eneg lihat senyumku.

tapi waktu kusenyumin, kak mark malah nunduk, nggak mau natap aku. jangan-jangan kak mark beneran eneg lihat senyumku?

"mana yang namanya retta?" pak haryanto yang baru saja membuka pintu ruang bk membuatku terlonjak.

kumpulan manusia disana langsung menatapku. aku bingung. loh? kan aku nggak salah?

ragu-ragu, aku angkat tangan, "s-saya pak,"

"sini kamu," beliau mengayunkan tangannya. isyarat agar aku ikut masuk ke ruang bk.

baru aja aku masuk, pintu udah langsung ditutup sama bu hetti yang berdiri di dekat pintu. oh iya, kalau tidak salah, bu hetti ini wali kelas 12 mipa 7. nggak heran kalau beliau ada disini.

"duduk sini kamu," suara pak haryanto yang tegas membuatku mau tak mau langsung duduk di sebelah kak mark. bukan modus, pak haryanto memang menunjuk kursi ini saat menyuruhku duduk.

"obatin itu pacar kamu,"

aku melongo, p-pacar?

"hah? s-siapa?"

"itu, markus. nama doang yang lembut, kelakuan enggak," pak haryanto menunjuk manusia disebelahku dengan mata tajam.

sementara kak mark mengangkat alisnya. "yang pilih nama kan orang tua saya pak, tapi kelakuan saya kan bukan mereka yang pilih?"

pak haryanto menghela napas panjang. terlihat berusaha mengatur emosinya sendiri.

sementara aku hanya menatap kak mark. bingung dengan keadaan.

"ayo sini obatin aku," ujarnya.

aku mengambil sebuah kapas yang sudah dibaluri alkohol 70%. ragu-ragu mengusapkannya ke luka kak mark yang masih sangat basah.

beberapa kali aku meringis, membayangkan perihnya. tapi kak mark masih bergeming, seakan tak merasa apa-apa.

"lihat kan?" kak mark berbisik.

aku terheran. "apa?"

"pak haryanto ngefans berat sama aku," jawabnya.

aku tersenyum geli. sedikit melirik pak haryanto yang sibuk memerhatikan kami. kak mark ini nekat sekali. kalau pak haryanto tau, bisa di blacklist dia dari daftar sma angkasa.

𝙨𝙚𝙨𝙪𝙖𝙩𝙪 𝙙𝙞 𝙟𝙤𝙜𝙟𝙖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang