baru enam.

24 6 13
                                    

“retta,”

aku menoleh. oh, kak lucas. pacar yuqi itu sedang bersandar di tembok depan kelas sambil memasukkan tangannya ke saku celana.

“nyari yuqi kak?”

“iya, piket kan dia?”

“iya, paling bentar lagi selesai,” aku melirik sebentar ke dalam kelas, melihat yuqi yang sudah menyapu sampai di depan papan tulis.

“nyari lo juga sebenernya,”

“aku?”

kak lucas mengangguk, “mark gabisa nganter. sekalian aja lo ikut gue ke markas,”

“ngapain kak?”

“main lah, mark nyuruh lu ngikut gue, lagian gue tau lo bosen di rumah terus,”

iya juga sih. tapi kalau aku cewek sendiri ya sama aja.

“yuqi ikut kok,”

aku menatapnya ngeri. kak lucas bisa baca pikiran ya?

“enggak, gue nggak bisa baca pikiran, tenang aja,” ujarnya sambil terkekeh.

aku malah makin ngeri mendengarnya.

“yuk cas,” sahut yuqi di sebelahku.

kak lucas langsung berdiri tegak, menghampiri yuqi lalu menggandeng tangannya.

iya, aku jadi kambing conge di belakang mereka.

“loh? retta ikut kita?”

aku yang baru saja duduk di jok belakang seketika merasa tidak enak. takut menganggu.

“iya, mark gabisa anter. jadi dia titip retta dibawa ke markas,” kak lucas menjawab sambil menghidupkan mesin mobil.

“engg... sebenernya aku pulang sendiri nggak papa sih,”

yuqi melompat ke belakang, duduk tepat di sebelahku, “enak aja! mendingan kamu nemenin aku lah di sana! males tau cewek sendiri,” dengusnya sebal.

aku tertawa melihat ekspresinya yang lucu. “tiap pulang sekolah kamu ikut kesana?” tanyaku.

yuqi menggeleng, “enggak juga sih. kadang doang kalo lucas ada perlu,”

aku mengangguk-angguk.

mobil kak lucas melaju meninggalkan parkiran sekolah. tapi yang aku heran, ini jalannya pelan banget. masa cuma 40km/jam padahal jalannya sepi?

“nggak usah heran. lucas emang tampang mafia kelakuan hello kitty,” ujar yuqi seakan menjawab pertanyaan di otakku.

aku tertawa. di depan sana kak lucas mendecak sambil melirik yuqi sinis dari spion tengah. “nantangin lo?”

“emang lo berani sama gue?” tanya yuqi.

kak lucas spontan menggeleng takut, “enggak lah yang, mana berani aku sama kamu,”

aku tertawa saja melihat kebucinan manusia sama-sama miring ini.

sesuatu di jogja

“turun klean,” ujar kak lucas sambil menarik rem tangan.

“kok ngusir?” tanya yuqi sewot.

“dih, orang mobil-mobil gue,” jawab kak lucas.

yuqi cuma mendengus. lalu keluar dari mobil diikuti aku.

cewek rambut ikal itu menarik tanganku masuk ke sebuah rumah yang terlihat sangat mewah. di depannya berjajar rapih puluhan motor dan belasan mobil. sampai-sampai aku merasa sedang berada di parkiran mall.

𝙨𝙚𝙨𝙪𝙖𝙩𝙪 𝙙𝙞 𝙟𝙤𝙜𝙟𝙖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang