Bodohnya lagi, Ace baru ingat bahwa sekarang sudah tanggal 31 Desember yang artinya sebentar malam pembantaian tersebut akan dilaksanakan!!!
Aduh, apa yang harus Ace lakukan untuk bisa menyelamatkan mereka?
Tak lama kemudian, Ace melihat Zane hendak memasukkan mereka ke dalam pondok. Ace dan hatinya yang berkecamuk ingin menolong pun lantas mau menghentikan langkah mereka tapi agaknya perut Ace juga bergemuruh, menghentikan langkahnya.
Sudahlah, palingan Zane hanya mau mengajak mereka jalan-jalan lagipula waktu pengumpulan para anak-anak kembar 'kan pasti sudah habis, asumsinya dalam hati.
---semoga saja, yah semoga saja sudah habis.
Setelah ia merasa aman untuk keluar, ia pun berdiri dan berbalik.
"ASTAGAA!"
Tiba-tiba tangan orang asing yang berpakaian serba hitam juga memakai tudung itu dengan tangkasnya membekap mulut Ace dan kembali membuatnya berjongkok di semak-semak.
Ace yang memikirkan bahwa dirinya akan dibunuh refleks memberontak kemudian orang asing itu memelototinya dan membuat satu jari di depan mulut, menggesturkan Ace untuk diam.
Ace menurutinya.
"Jika aku melepaskan ini maka kau tak boleh berteriak, oke?" Tampaknya orang asing itu sedang berusaha untuk bernegosiasi.
Ace menjawabnya dengan anggukan kepala yang cukup cepat. Bahkan orang asing itu takut nanti kepala Ace tiba-tiba lepas dari tempatnya.
Orang asing itu kemudian melepaskan bekapannya lalu memosisikan dirinya sedikit lebih jauh dari Ace agar anak itu tidak gemetar ketakutan.
"Langsung saja, aku ke sini ingin meminta tolong bantuanmu, kau mau?" kata orang asing itu dengan suara yang cukup berat.
"Tapi sebelum itu, bisa kau membuka tudung mu dulu?"
Orang asing itu tertawa ringan kemudian membuka tudungnya dan nampaklah matanya yang sebiru safir.
Ace menatap matanya kagum, mata seperti itu jarang ada di desa ini. "Woah, mata mu keren!"
"Oh iya, tadi kau tanya apa?" tanyanya lagi seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Orang asing itu menepuk jidatnya kesal. "Kau mau menolongku?" ulangnya.
Ace tampak berpikir. "Imbalannya apa?"
"Apa yang kau mau akan ku berikan," ucapnya sambil tersenyum miring.
Ia lekas menganggukkan kepalanya, pertanda bahwa ia setuju. Lalu, mereka berdiri dan berjabat tangan. Kembali orang itu memakai tudungnya guna menutup matanya seraya berucap,"Kalau begitu, sebentar malam jam delapan kita kembali bertemu di tempat ini."
Orang asing itu kemudian bergegas pergi meninggalkan Ace dengan perutnya yang kembali bergemuruh. Selepas melihat orang asing itu semakin jauh, ia langsung berteleportasi ke rumahnya.
***
Zane sekarang sudah berada di dalam pondok. Pondoknya terletak di ujung lapangan besar dan tepat di samping kiri pondok itu ada pagar besi yang bertuliskan 'HANYA ORANG BERKEPENTINGAN YANG BISA MASUK' lalu di depan pagar besi itu terdapat banyak kayu bakar.
"Kupikir ada hal yang menyenangkan disini, ternyata tidak tuh," ucap Disa kecewa.
Namun, dua kembarannya yang lain kelihatan tidak menghiraukan ucapannya. Mereka malah terlihat seperti tidak tertarik lebih tepatnya.
Zane tertawa canggung sambil menggaruk tengkuknya,"Iya, aku hany---"
"ZANE!!" teriak seorang nenek tua yang berpakaian ala penyihir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triplets [HIATUS]
FantasyHari Ulang Tahun. Mendengar tiga kata itu terucap saja, anak-anak maupun remaja di dunia ini pasti membayangkan tentang kue, pesta, dan balon. Tetapi, beda dengan ketiga anak kembar ini. Yang mereka bayangkan di hari ulang tahun mereka adalah darah...