Malam itu, pesta ulang tahun selesai dengan begitu meriahnya. Berbagai macam snack sudah dibagikan oleh para tamu undangan. Sekilas, jika kalian menelisik lebih jauh lagi di sana, di antara kerumunan orang yang tersenyum dengan begitu ceria dan tulus ternyata terdapat satu orang yang tersenyum dengan senyuman palsunya. Benar-benar, tak ada yang menyadari.
Usai pesta, semua pelayan di rumah itu membereskan kekacauan yang baru saja terjadi. Hingga, yang berada di dalam rumah kala itu hanya tuan rumah dan anak-anaknya saja.
Ruang tamu begitu sepi, pelayan yang hanya sekedar lewat pun tak ada sama sekali. Ketiga anak kembar tuan rumah semuanya di kamar, sibuk dengan hadiahnya masing-masing.
Dengan begitu takkan ada yang menyadari jika seseorang di dalam rumah itu akan berbuat jahat.
Tuan Watterson mengajak sang istri ke ruang tamu. Saat ditanya mengapa, ia hanya menjawabnya dengan senyuman. Sang istri yang tak ingin ambil pusing pun hanya mengikutinya saja. Saat disuruh untuk menutup mata pun ia hanya menurut saja, sama sekali tak curiga apa yang akan dilakukan suaminya itu.
Seringaian tipis tercetak jelas di wajahnya. Kepalanya memalingkan wajah ke kanan-kiri, memastikan bahwa ruangan ini benar-benar kosong melompong. Tangan kanannya menutupi mata sang istri dan tangan satunya mengambil barang yang ia sembunyikan di belakang bajunya.
Hingga tiba-tiba....
Darah terlihat berjatuhan di lantai yang terbuat dari marmer putih itu. Sangat kontras sekali warnanya.
"A-a-pa yang ka-kau lakukan?" Mulutnya sudah menumpahkan darah yang begitu banyak.
"Oh, sayang." Ia mengelus rahang sang istri. "Tentu saja membunuhmu."
"K-kenapa kau lakukan i-ini?" tanya sang istri lagi. Keadaannya sudah sangat memprihatinkan, baju putihnya sudah ternodai oleh darah. Pisau masih tertancap di punggungnya.
Ia mengelus-elus dagunya. Wajahnya tampak berpikir. "Hmm ... mungkin aku ingin menceraikanmu tapi aku sama sekali tak ingin melihatmu bahagia dengan laki-laki lain jadi aku membunuhmu, bagaimana aku pintar 'kan?" Ia tersenyum tipis kemudian senyumannya itu berganti lagi menjadi seringaian.
Sang istri yang sudah terbujur kaku di lantai pun hanya memandang sang suami tak percaya. Air mata sudah membasahi wajah cantiknya. "Sudahlah, tak usah menangis, aku yang akan menjaga mereka jadi pergilah dengan tenang," ucapnya sambil menutupkan mata sang istri. Kemudian hembusan napasnya pun tak terdengar lagi, membuat lelaki itu semakin melebarkan seringaiannya.
Malam itu juga, Tuan Watterson dinyatakan hilang sebagai tersangka utama pembunuhan sang istri.
Sejak malam itu, ketiga anak kembar itu langsung mengutuk hari ulang tahun mereka. Dan, akan mengingat bahwa hari ulang tahun ke-15 merupakan hari yang paling terburuk.
***
Malam itu, tidur mereka sama sekali tak nyenyak. Dan, mereka menumpang tidur di salah satu tetangga mereka karena rumah mereka sedang di evakuasi. Nyonya Restling, pemilik rumah yang ditumpangi oleh si kembar tiga. Ia dikabarkan tak memiliki anak, ia juga belum menikah walaupun umurnya sudah menginjak kepala 3.
Pagi, menjelang. Suara burung yang berkicau terdengar begitu nyaring. Mereka yang masih tertidur pun berusaha mengabaikan suara itu dengan menutupi telinga. Saat hendak mengangkat tangan atau mencari posisi yang nyaman pun, rumput-rumput liar yang menyapa tangan-tangan mereka. Perlahan mata mereka mengerling terbuka, dan yang mereka lihat untuk pertama kalinya di pagi ini adalah matahari yang bersinar terang dihalangi oleh daun-daun pohon.
Setelah raga mereka telah kembali sepenuhnya. Tiba-tiba, mereka terbangun secara bersamaan. Saling memandang satu sama lain. Hingga, akhirnya salah satu dari mereka mengangkat suara. "Apa ini?"
Mata-mata mereka menyapu pandang ke segala arah dan salah satu dari mereka berceletuk, "Apa kita di hutan?!"
"Kenapa kita bisa disini?!" Yang lainnya mulai berteriak panik.
***
Hi, maaf kalau masih banyak kesalahan maklum aku masih baru,hehe :)
Mohon bantuannya yah!
-sincerely, sitma^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Triplets [HIATUS]
FantasyHari Ulang Tahun. Mendengar tiga kata itu terucap saja, anak-anak maupun remaja di dunia ini pasti membayangkan tentang kue, pesta, dan balon. Tetapi, beda dengan ketiga anak kembar ini. Yang mereka bayangkan di hari ulang tahun mereka adalah darah...