"Tapi, bisakah kalian menjelaskan satu hal padaku?" sambungnya.
"Apa?"
"Dimana ini?"
***
"Uhuk---" Ace tersedak dalam keterkejutannya. Azrael pikir itu karena minuman yang ia buat namun setelah mengecek, ternyata minumannya tidak terlalu panas.
Ace melemparkan tatapan minta tolong pada Azrael. Azrael pun ikut menatapnya---sial, ternyata Ace sebodoh itu sampai tidak tahu dimana dimensi dan dunia yang ia huni. Lantas, Azrael tertawa memikirkan otak Ace yang sudah terlampau bodoh.
Ditatapnya Azrael aneh kemudian Ace berdehem guna mencairkan suasana. Dias menatap keduanya aneh bahkan ia sempat menganggap Azrael itu gila sebab tertawa tiba-tiba.
"Jadi begini, aku minta maaf." Ace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal seraya menatap Dias tidak enak.
"Aku juga tidak tahu ini ada dimana," tutur Ace, "mungkin kepalaku pernah terbentur sesuatu sehingga aku cepat lupa dengan hal-hal kecil semacam itu."
"Ahahahaha, kau saja yang terlalu bodoh!" ejek Azrael masih dengan tertawanya yang kencang.
Dias pun ikut tertawa mendengarnya.
"Kalau begitu kau saja yang jelaskan, sok pintar!" tantang Ace pada Azrael.
Sontak, keduanya berhenti tertawa. Dias menatap Azrael takut---kalau ia akan memukul Ace. Yah tak apa juga sih, Dias tidak peduli dengan Ace.
"Oke oke, aku akan jelaskan," jawab Azrael memilih untuk mengalah.
"Sebelumnya, waktu di sini sama di dunia manusia itu beda 6 bulan," imbuh Azrael.
"Maksudnya?" Muka Ace sama bingungnya dengan otaknya.
Dias memutar matanya kesal.
"Diam kau!" ancam Azrael sambil menunjuk muka polos Ace---sungguh, dia sudah mencoba menahan kesabaran daritadi tapi bocah ini malah menantangnya dengan muka lugu yang penuh dengan kebodohan itu.
Sudah diteriaki seperti itu pun tak membuat Ace takut bahkan ia dengan beraninya tersenyum menunjukkan giginya. "Ehe, oke aku takkan menganggu."
Baru juga Azrael hendak membuka mulut untuk menjelaskan kepada Dias. Ace kembali memotongnya.
"Eh tapi ...."
"Apa lagi?!" Kali ini Dias yang berteriak kesal.
"Ibuku mencariku tidak ya?"
"Mana kami tahu," balas Azrael, "tanya saja sana sama angin atau rumput di luar."
Dikerucutkan bibirnya kesal menanggapi kalimat Azrael sambil menunduk. Sementara, Dias meminta Azrael untuk kembali menjelaskan lewat tatapan.
"Oke, aku akan lanjut jelaskan," kata Azrael seraya memohon dalam hati agar si pengganggu Ace tidak lagi memotong pembicaraannya.
"Setahuku, dunia ini merupakan tempat buatan seorang penyihir yang dulunya ia dikucilkan di dunia manusia karena dituduh sebagai pengikut iblis. Dia berhasil mengumpulkan dan mengajak para penyihir untuk tinggal bersamanya di dunia ini. Bahkan, ia juga membuat portal khusus bagi penyihir lainnya untuk bisa datang ke dunia ini---entah untuk tinggal ataupun hanya singgah membeli barang-barang sihir."
"Lalu?" Disa menopang dagu---fokus akan apa yang diucapkan oleh Azrael sedangkan Ace sudah menjelajah dunia mimpi bahkan kepalanya sering terantuk meja saking lelapnya. Pantas, ia tertidur sekarang saja waktu sudah menunjukkan pukul 03.00 am.
Sebenarnya, Azrael juga sudah menahan kantuk daritadi tetapi wajah antusias Dias untuk mendengar ceritanya sungguh membuatnya tidak tega.
Meski begitu, ia tetap dengan berat hati melanjutkannya. "Oh ya! Yang membuat dunia ini namanya Arella Miranda lal---"
KAMU SEDANG MEMBACA
Triplets [HIATUS]
FantasyHari Ulang Tahun. Mendengar tiga kata itu terucap saja, anak-anak maupun remaja di dunia ini pasti membayangkan tentang kue, pesta, dan balon. Tetapi, beda dengan ketiga anak kembar ini. Yang mereka bayangkan di hari ulang tahun mereka adalah darah...