"Kenapa ibu bisa lupa?!" Zane memukul meja keras menambah suasana semakin rumit.
"Ya sudah memang apa salahnya ibu jadi kepala penyihir?" Ia tersenyum miring. "Lagipula, ini jalan satu-satunya kita bisa menemukan Ace."
Lantas Zane menatap ibunya tidak percaya. Maksudnya, yang terlintas di pikiran ibunya hanya Ace dan Ace bukannya Zane yang sebentar lagi akan diberikan tanggung jawab sebagai tangan kanan atau asisten kepala penyihir di usianya yang masih muda. Lagipula, jika pun ada Ace di sini, dia tidak akan berguna dengan otak bodohnya. Sedangkan, ayahnya bahkan sudah pergi meninggalkan mereka.
Tangan kanan atau asisten kepala penyihir dipilih berdasarkan hubungan keluarga dengan kepala penyihir sendiri. Hal itu memang sudah turun-temurun dari sananya. Pelantikannya akan dilaksanakan bertepatan dengan 6 hari meninggalnya kepala penyihir terdahulu. Karena, warga desa ini memercayai pada saat itulah Lucifer akan menawarkan perjanjiannya pada kepala penyihir baru.
"Enam hari lagi," gumam ibunya.
"Janji apa yang akan ibu buat?"
"Ibu akan memberikan darah milik ibu untuk Lucifer setiap bulannya," tuturnya, "sebagai gantinya Lucifer harus mengembalikan Ace pada Ibu."
Zane tersenyum miris dalam keterdiamannya, ternyata begini rasanya tidak diakui oleh orang yang disayang. Ia pun bangkit dari duduknya kemudian beranjak pergi---ingin menatap langit senja yang berwarna jingga sekaligus mengisi sesak di dadanya dengan udara segar.
***
Sejujurnya, satu kelinci yang dibagi lima dagingnya tidak cukup bagi mereka. Bahkan, sore ini perut Ace kembali berbunyi cukup keras. Sebab itulah, mereka kini sedang dalam perjalanan pergi ke pasar untuk membeli yah, satu atau dua bahan makanan---usul dari Azrael.
Kali ini, Daisy jalan sendiri karena lukanya sudah diobati semua oleh Azrael walaupun jalannya masih agak tertatih-tatih dan harus dibantu oleh Dias.
Setelah berjalan cukup lama, akhirnya mereka sampai. Ace melihat sekitarnya, semua orang yang berbelanja disini memakai jubah hitam panjang dengan mata tertutupi oleh tudung---persis dengan yang ia pakai sekarang. Seketika Ace mengingat apa yang Azrael beritahu tadi bahwa mereka tidak boleh menatap mata orang yang berjualan disini, saat ditanya mengapa, si pemberi informasi--Azrael--justru berkata tidak tahu.
Hal itu tentunya semakin membuat Disa penasaran dengan apa yang akan terjadi. Namun, sepertinya cukup berbahaya jika ia melanggar kata-kata Azrael. Yah, Disa penasaran tetapi dia masih memikirkan konsekuensinya.
Mereka mulai berjalan memasuki area pasar. Sambil dibantu Dias, Daisy melihat sekelilingnya. Ia bergidik nyeri ketika melihat papan bertuliskan 'KHUSUS MENJUAL DAGING MANUSIA', namun toko tersebut kelihatannya cukup banyak peminat. Sial, apa di dunia ini juga ada kanibal. Jika iya, maka mereka harus secepatnya keluar dari dunia ini.
Daisy merasa ditatap oleh penjual dari toko itu lekas menunduk berniat menghindari bahaya. Yeah, jika ingin terhindar dari bahaya harus mengikuti kata-kata orang di depannya, dia baru sadar tadi pagi jadi maklum belum terlalu menghafal namanya. Kalau ia ingat-ingat namanya itu seperti Izrael? atau Ezrael?
Begitulah, maafkan otak Daisy.
"Kayaknya, kita perlu menepi ke daging babi yang disana," bisik Dias, "setidaknya hanya itu yang kulihat normal."
Azrael menatap yang lain, meminta persetujuan.
"Yeap, aku setuju."
Azrael menganggukkan kepala kemudian mereka menepi ke stan yang ditunjuk Dias tadi. Setelah menepi, Azrael menunjuk salah satu daging yang digantung lalu bertransaksi dengan pedagangnya menggunakan bahasa asing. Membuat keempatnya mengernyitkan dahi bingung dari dalam tudung yang hampir menutupi setengah wajah mereka. Sebenarnya, Ace cukup familiar dengan bahasa itu karena seingatnya pernah diajarkan di sekolahnya. Hanya saja, otak Ace tidak mampu mengingat bahkan kata per kata saja ia tidak paham.
Setelah menyelesaikan urusannya, Azrael langsung mengajak mereka untuk segera keluar dari pasar itu dikarenakan sebentar lagi akan gelap. Jika tidak cepat-cepat, maka habislah mereka disantap oleh kanibal. Tempat ini memang dikhususkan untuk para kanibal oleh pembuat dunia ini. Azrael juga tidak tahu apa yang dipikirkan Arella saat menciptakan tempat menjijikkan ini.
"Dengar, aku mau saat kita berjalan keluar dari tempat ini, kalian jangan menengok ke kiri-kanan juga belakang kalian, oke?" ujar Azrael memberi tahu mereka. Mereka pun menganggukan kepala setuju meski rasa penasaran pasti ada. Namun, mereka tentu tidak berani menanggung konsekuensinya jika melanggar, kalau misalnya konsekuensinya hidup di dunia asing ini selamanya. Maka, Daisy lebih memilih mengubur rasa penasarannya, yah tentunya pengecualian bagi Ace. Namun, bagaimanapun pun juga Ace tetaplah anak bodoh yang takut mengambil resiko atas rasa penasarannya.
Berkat kerjasama, mereka berhasil keluar dari tempat tadi. Azrael baru saja memberitahukan mereka tentang tempat tadi. Tentunya, perasaan syok tidak dapat dielak. Ini sama saja seperti Azrael ingin menukar nyawa mereka dengan daging babi. Setidaknya, perut mereka malam ini bisa kenyang.
Sebenarnya, malam ini mereka memutuskan untuk membahas rencana mereka ke depannya namun kantuk benar-benar menyerang akibat daging babi tadi. Pada akhirnya, kegiatan itu mereka tunda besok.
Akh ... tolong!
Daisy mendengar seseorang merintih sakit di dalam gelap. Ia yakin pasti ia masih tertidur dan ini hanya mimpi. Tapi ... terasa nyata. Kepalanya celingak-celinguk mencari keberadaan orang tadi namun ia hanya menemukan gelap di sekitarnya. Tangannya meraba ke mana-mana, hasilnya kosong.
Hah ....
Ia merasa bahunya diremas kuat oleh tangan kuat seseorang. Tiba-tiba muka yang berkucur darah muncul di hadapannya. Sontak membuat ia terkaget, ingin sekali ia bangun namun tidak bisa. Tubuhnya seperti mati rasa.
"Uhuk ...." Darah keluar dari mulutnya.
"Daisy kau harus keluar dari dunia ini."
"Selamatkan kakak-kakak mu dari ibumu."
Seketika ia terperangah. "I-i-ibu sudah mati!"
"Tidak, nak." Ia mengelus bahu Daisy lembut. "Nanti kau akan tahu."
"Temui ayah di—"
"Hah ... hah ...." Daisy terbangun dari tidurnya. Mimpi tadi ... tunggu, apa itu hanya bunga tidur atau pesan ayahnya?
Tapi, ayah dimana?
TBC~
Kalau suka dengan chapter ini silahkan di vote juga komen ಡ ͜ ʖ ಡ
-sitma
KAMU SEDANG MEMBACA
Triplets [HIATUS]
FantasyHari Ulang Tahun. Mendengar tiga kata itu terucap saja, anak-anak maupun remaja di dunia ini pasti membayangkan tentang kue, pesta, dan balon. Tetapi, beda dengan ketiga anak kembar ini. Yang mereka bayangkan di hari ulang tahun mereka adalah darah...