"Judul skripsi kamu saya terima. Persiapkan buat sidang habis lebaran nanti.""Alhamdulilah, terimakasih Pak. Saya bakal persiapkan yang terbaik." jawab gue.
"Iya. Semangat ya."
"Baik Pak. Terimakasih. Saya permisi dulu."
Akhirnya setelah berulang kali kena revisi skripsi gue diterima hari ini. Ya walaupun masih ada sidang yang menanti gue. Seenggaknya udah agak lega.
Cklek
"Loh Mas Yo? Kamu kok disini?" tanya gue kaget begitu liat seseorang yang tiga tahun ngisi hati gue.
"Hai sayang! Udah? Gimana? Berhasil kan?" tanya dia antusias.
"Alhamdulilah, diterima Mas." jawab gue.
"Allhamdulilah. Duh pengen peluk kamu tadi masih puasa," katanya.
"Bukan masih puasa. Tapi yang bener tuh belom halal mas," kata gue.
"Kamu sih, aku halalin minta abis wisuda. Oh iya ini buat kamu," katanya sambil ngasih buket bunga ke gue.
"Yaampun Mas, aku cuma baru diterima judul skripsinya loh. Bukan abis sidang gaperlu dikasih buket bunga kaya gini," kata gue.
"Kan biar romantis, biar kamu semangat. Ud- bentar ya Bunda nelfon," katanya.
Gue diem nungguin dia sampe beres angkat telfon dari bundanya.
"Kenapa Mas?" tanya gue.
"Bunda, nanyain kamu nih. Dari tadi tuh nyariin kamu. Takut kamu gak kerumah katanya." jawab dia.
"Bunda, segitunya banget. Yaudah yuk langsung ke rumah kamu aja. Etapi anter aku ke kos bentar ya Mas. Mau mandi," kata gue.
"Gausah, mandi dirumah aja nanti. Pinjem baju Wony apa Jihan aja."
"Yaudah deh ayok."
Yang jemput gue ini Mas Yohan. Dia tunangan gue dari satu tahun yang lalu dan pacar gue dari 3 tahun yang lalu. Hari ini gue udah janji buat kerumah dia. Soalnya Bundanya mau ngajakin bukber gitu. Karena sore dan udah mau jamnya orang beli takjil jadi jalannya agak macet.
"Mas, nanti berhenti di depan komplek kamu ya. Aku mau beli takjil dulu buat adek-adek kamu," kata gue.
"Gausah. Bunda paling udah bikin takjil banyak dirumah." tolaknya.
"Tapi Mas, gaenak tau kerumah kamu gak bawa apa-apa," kata gue.
"Kaya kerumah siapa aja. Itu rumah kamu juga habis ini. Udah gausah sungkan. Bunda tuh nyuruh aku cepet bawa kamu pulang," katanya.
"Kenapa emang mas?" tanya gue.
"Bunda bilang mau ngajakin mantunya masak bareng gitu." jawabnya.
"Apaan sih Mas, akal-akalan kamu doang ini pasti," kata gue.
"Cie mukanya merah. Salting ya. Tapi beneran loh Bunda bilang gitu. Kalo aku mah pengennya dimasakin istri eh calon istri maksutnya," kata dia.
"Mas Yohaan! Apaan sih. Udah sana nyetir yang bener," kata gue.
"Duh gemes banget istriku kalo ngambek."
Udah gue gak gubris dia lagi. Mas Yohan tuh kek bahagia banget kalo godain gue. Ini pasti pipi gue kaya kepiting rebus. Gak kerasa kita udah sampe dirumah Mas Yohan. Sepi sih kayanya pada di dapur.
"Ayo masuk sayang, Bun aku pulang bawa mba istri nih!" teriak dia.
"Mas Yo!" seru gue.
"Bawa sini Yo, Bunda di dapur."