11 : Pencarian

127 6 1
                                    

HAPPY READING

"Oh, ya. Gue kan gak bilang rencana kita. Lo kok tahu?"

Sontak membuat Arya dan Raka menatap kearah Alka yang sekarang nampak kelabakan. Andra memicingkan matanya kearah Alka.

Sebelum menjalankan rencananya ini, Ia tak pernah mengatakan hal ini pada Alka karena Andra sama sekali tak percaya dengan orang baru. Apalagi Alka yang dekat dengan Angel dan Dinda membuatnya enggan untuk mengatakannya.

"Jawab pertanyaan gue," kata Andra dengan nada dingin ditambah lagi tatapan dingin mereka bertiga pada Alka.

"Gue tadi denger bisik-bisik dari kalian," jawab Alka santai tanpa ada keraguan.

"Beneran?" tanya Andra ragu. Alka hanya mengangguk.

"Yaudah, Lo mau bareng sama kita atau masuk kedalam?" tanya Andra sekali lagi.

"Ke dalem," ucap Alka lalu meninggalkan mereka bertiga.

"Lo yakin tuh anak bisa dipercaya?" tanya Raka pada Andra sesaat setelah Alka pergi.

Andra menatap kearah Raka. Jujur saja masih ada keraguan dalam hatinya. Bukan apa-apa. Ia hanya tak ingin membuat teman-temannya merasa tertekan dengan anak baru itu.

"Mau gimana lagi. Toh dia udah jadi bagian dari kelas kita." Andra kemudian duduk di kursi usang yang ada. "Udahlah, kita pothing aja dulu, kalo tuh anak napa-napa, gue yang bakal ambil tindakan."

"Emang kenapa sama tuh anak?"

"ANJING!!!"

Andra terlonjak saat mendengar suara tiba-tiba masuk kedalam telinganya. Ia bahkan mengumpat dengan keras. Ingin rasanya Ia memaki siapa yang sudah mengagetkannya, tapi setelah menyadari jika itu adalah Vira yang tertawa terbahak-bahak. Dibelakangnya diikuti oleh Lisa dan Sheila.

"Lo ngagetin aja," ujar Andra sambil mengelus dadanya.

"Makanya jangan ngalamun!" Vira mengambil tempat duduk disebelah Andra.

"Siapa yang ngalamun?" sergah Andra. "Eh, Sel, tuh anaconda gak apa-apa, kan?"

Sheila menggeleng. "Cuman bengkak karena keseleo aja, besok mungkin udah sembuh," jawabnya.

"Emang bener ya, tuh anak. Doyannya bikin gara-gara aja," gerutu Andra sambil mengingat-ingat kejadian tadi. Selama berteman dengan Vian, Andra harus banyak bersabar dengan tingkah konyol bocah itu.

"Udahlah, Ndra. Kayak Lo gak tahu aja gimana Vian."

Andra mengangguk mendengar ucapan Sheila.

"Lo tadi ngomong apa soal Alka?" tanya Vira tiba-tiba.

Andra menghembuskan nafasnya sebelum menjawab, "Gue rasa kita musti hati-hati sama Alka. Dia anak baru, dan gue gak mau ambil resiko kalau entar-entar tuh anak bikin gara-gara. Kalian semua kan tahu gimana gak sukanya guru-guru sama kita, gue takutnya kalau Alka udah dipengaruhi oleh guru-guru."

Mereka semua mendengarnya dengan saksama. Memang benar apa yang dibicarakan oleh Andra. Sejak mereka membuat ulah saat kelas 10, banyak guru-guru yang sudah memberi mereka somasi dan bahkan mengancam untuk dikeluarkan. Tentu saja hal tersebut sulit untuk dilakukan, mengingat banyaknya murid kelas ini yang terdiri dari Anak-anak Sultan. Dan pastinya guru-guru akan segan untuk mengeluarkan mereka secara langsung.

"Lo mau kita apain tuh anak?"

Andra berpikir sejenak. "Mungkin sedikit kasih pelajaran," ucapnya dengan seringai.

Lisa memutar bola matanya. "Udah deh, Ndra. Jangan aneh-aneh!"

"Gak aneh-aneh, Lis. Cuman waspada."

BAD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang