Ayam pertama yang berkokok di pagi itu menyadarkanku bahwa hari segera fajar. Aku tidak tahu apakah tadi barusan aku sudah tertidur atau aku hanya sekedar memejamkan mataku di ranjang bambu ini. Percakapan semalam dengan Kyai membuat pikiranku penuh.
Swa bangkit dan mengambil air minum dari kendi di lemari sebrang ranjang tidurnya. Swa memutuskan untuk menyadarkan dirinya sepenuhnya dan tidak peduli apakah dia sudah tidur atau belum. Tiba-tiba ada yang mengetok pintu rumahnya.
"Swa!.."
Pasti Gora, suaranya terdengat lantang dan jelas
"Masuk saja.." kata Swa
"Ada apa? Pagi-pagi gini, mencariku. Biasanya kau langsung pergi ke sawah." Tanya Swa.
"Kyai Ronggo mencarimu, aku disuruh memanggilmu untuk datang kerumahnya."
"Jadi Kyai benar-benar dengan ucapannya semalam" ucap Swa dengan sura pelan.
"Ada apa? Semalam kau bertemu dengan Kyai?" tanya Gora penasaran
"ya, aku bertemu"
"Perihal apa?"
"Ini gara-gara kamu!" Sambil Swa menatap ke Gora
"Aku menanyakan kepada Kyai tentang siapa orang tuaku."
Gora tersenyum sinis, "Haha, jadi tadi malam kau tanyakan itu pada Kyai? Bagaimana jawabnya, Benarkan apa yang aku ucapkan? Hahaha."
"Keh!.. percaya diri sekali anda. Padahal, bahkan Kyai pun tidak tahu siapa orang tuaku. Ia menyuruhku untuk mencari tahu sendiri."
"Bukannya tidak tahu, Kyai pasti tidak tega mengatakan yang sebenarnya kepadamu."
Aku tidak merespon ucapan Gora itu, dan membiarkan waktu lewat sejenak.
"Kyai menyuruhku meninggalkan desa ini."
Gora yang sedang minum dari kendi itu langsung tersedak, dan terbatuk-batuk.
"Hah? Yang benar saja?" ucapnya sambil masih terbatuk-batuk.
"Ya, dengan cara itulah kata Kyai aku akan berjumpa dengan orang tuaku. Aku bukan berasal dari sini katanya."
"Hmmm.... apakah kau benar-benar akan melakukannya Swa?"
"Entahlah... Namun karena memang benar-benar tidak ada apa-apa lagi di sini dan aku haus akan jawabannya. Tampaknya aku akan membulatkan tekadku. Apa salahnya seorang anak mencari induknya?"
Sejenak mereka terdiam. Gora melanjutkan minumnya dari kendi itu karena tadi tersedak sehingga membuat hasrat hausnya belum terpenuhi itu. Kendi itu berbahan tanah liat, kendi itu dibuat sendiri oleh Kyai Ronggo lalu diberikannya kepada Swa.
"Kalo begitu, aku juga mau ikut!" kata Gora sambil meletakkan kendi itu ke lemari dengan agak keras, sehingga menimbulkan suara.
"Aku akan ikut dalam perjalananmu. Aku juga sudah tidak punya apa-apa lagi di sini. Dan memang dari dulu sejak kecil aku ingin mengembara. Lagi pula, apakah kau akan melakukan perjalanan jauh dan tidak menentu itu sendirian? Kau perlu teman." Lanjut Gora.
"Maksudmu kau akan benar-benar ikut dalam perjalananku mencari orang tuaku?" tanya Swa memastikan.
"Kenapa tidak."
"Lalu bagaimana sawah-sawah warisan orang tuamu itu? Tidakkah sebelum menjemput ajalnya ayahmu memberikan suatu wasiat kepadamu?"
Ayah Gora memang telah meninggal saat usia Gora 10 tahun. Gora hanya anak tunggal. Sedangkan ibunya memilih mati lampus atau bunuh diri untuk menyusul kepergian suaminya. Sejak peristiwa itu, sifat Gora sedikit berubah. Kata-kata yang keluar dari mulutnya terdengar lebih tajam dan menyayat pendengarnya. Mungkin tidak ada yang selah dengan ucapan-ucapan Gora, namun penyampaiannya yang terlalu jujur dan dengan sedikit penekanan membuat siapa saja yang mendengarkan akan timbul rasa jengkel. Namun Swa sebagai temannya sejak kecil memaklumi hal tersebut, dan menerimanya bukan sebagai suatu kekurangan.
"Aku kira Kyai Ronggo memiliki jawaban itu. Ia punya banyak pekerja yang apabila tidak diberi pekerjaan akan menganggur. Rekan-rekan pekerja ayahku yang selama ini membantuku menggarap sawah, juga dekat dengan Kyai Ronggo. Tak ada yang perlu dicemaskan. Ketika nanti aku kembali ke tempat ini, tanah itu tetap menjadi sawahku." Kata Gora sambil melihat ke luar jendela.
"Keh!.. dasar...." ejek Swa kecut kepada Gora.
"Berarti kita akan benar-benar menempuh sebuah perjalanan besar yang mungkin akan jadi sangat rumit."
just click star bottom if you like this part
i'll appreciate your vote also comment
:]
KAMU SEDANG MEMBACA
Gate Of Akasa: The Hidden World
FantasyTernyata Swa harus menempuh perjalanan jauh untuk dapat mengetahui siapa orang tuanya. Namun tampaknya perjalanan itu berubah arah karena adanya suatu masalah besar yang dapat melibatkan banyak dimensi. Bangsa Loonar yang masih satu dimensi dengan B...