14

15 3 0
                                    

Benar saja, Gora yang datang itu langsung memesan minuman tapai. Tapai atau tape adalah hasil olahan singkong yang difermentasi beberapa hari, sehingga tape bisa mengandung alkohol. Meskipun bisa dimakan langsung, tape lebih sering disajikan dengan dicampurkan air panas. Sehingga rasa hangat yang ada dalam tape bisa lebih terasa.

Gora memesan tape medium yang tidak terlalu memabukkan. Ia membutuhkan secangkir kehangatan untuk menemaninya malam ini. Ia juga meminta agar minuman tape yang ia pesan ditambahkan dengan madu. Sehingga dapat sekalian menambah stamina untuk perjalanan besok.

Tempat itu cukup unik. Ramai orang menghabiskan malam di tempat itu. Di sana tidak ada kursi dan meja untuk para pelanggan. Mereka yang datang dibiarkan duduk lesehan* di bawah beralas anyaman rotan. Dan hanya tersedia meja-meja kecil untuk tempat menaruh cangkir dan piring. Meskipun begitu banyak juga diantara orang di situ yang membiarkan cangkir minumannya tergeletak sejajar dengan kakinya.

Sebelum minuman yang Gora pesan itu datang kepadanya, ia melihat tiba-tiba orang-orang di sana sibuk membenahi diri. Mereka mengangkat meja-meja kecil itu dan menyusunnya melingkar di tengah-tengah ruang di kedai itu. Gora kebingungan apa yang sedang terjadi. Ia pun ikut membantu mengangkati meja ke tengah-tengah ruang, namun usahanya itu sia-sia karena ternyata meja yang diperlukan sudah cukup itu sudah cukup.

Gora semakin bertambah penasaran ketika ada satu orang berpakaian hitam itu masuk ke dalam meja yang disusun melingkar itu. orang itu berdiri dan menyebar tatapannya ke semua pengunjung kedai itu. Dan kiranya telah tiba masanya, orang itu rapalkan beberapa kalimat. Gora tidak mengetahui bahasa apa yang orang itu sedang rapalkan. Awalnya suara orang itu pelan, lalu semakin lama suaranya semakin keras bahkan berteriak. Dan ketika orang itu berhenti, orang-orang seisi kedai itu berteriak 'tandya!'**.

Akhirnya Gora mengerti, tampaknya itu bahasa Sansekerta kuno, ia sedikit-sedikit paham tentang beberapa kata yang terdengar oleh kupingnya. Namun Gora masih tidak paham apa yang sebenarnya mereka lakukan, apakah sedang digelar upacara? Upacara apa yang digelar di tempat seperti ini? Orang yang duduk di sebelah Gora menyempatkan melirik ke Gora walau hanya sekejap. Mungkin ia heran kenapa orang di sebelahnya ini tidak ikut mengucapkan tandya ketika orang yang di tengah itu berhenti merapalkan mantra pembuka.

Orang itu memberi salam kepada semua yang berada di kedai itu dan semua orang menjawab salam itu termasuk Gora—karena kali ini orang itu menggunakan bahasa normal. Di waktu yang hampir sama akhirnya minuman pesanan Gora tiba. Gora tak sabar hendak meminum minuman itu namun tidak jadi karena menyadari minuman itu masih panas.

"Seperti biasa penduduk desa.... setiap tiga hari sekali kita melakukan upacara kecil ini. Dimana upacara ini adalah bagian bentuk penghormatan untuk Sang Dewa Malam. Aku adalah Shaman utusan Dewa Malam yang akan memberi pencerahan kepada kebingungan-kebingungan yang menerpa kalian. Silahkan kalian bertanya tentang apa saja yang sedang kalian bingungkan—entah itu soal pekerjaan, percintaan, hutang-piutang atau lain-lain. Niscaya aku akan menjawabnya dan kita akan diskusikan tentang hal itu bersama. Ini adalah bagian dari menghidupkan malam dan barang siapa yang telah menghidupkan malam, maka ia juga telah menghormati Dewa Malam. Diberkatilah kalian semua"

Semua mengucapkan 'amin' bersamaan. Terlintas di benak Gora: ternyata ini yang membuat mereka tidak tidur di waktu malam—mereka penyembah Dewa Malam. Gora duduk diam mengikuti apa yang sedang berlangsung.

"Langsung saja silahkan jika ada yang ingin bertanya!"

Seru orang yang menggunakan julukan Shaman itu. Sontak ada dua audien yang mengacungkan tangan. Shaman itu pun memilihnya salah satu dan membiarkannya berbicara. Tampaknya yang akan berbicara adalah anak muda, mungkin dia seumuran Gora.

Gate Of Akasa: The Hidden WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang