5

19 4 1
                                    


"Jika itu benar-benar akan terjadi, kira-kira apakah kita harus membentengi tempat ini? ataukah memindahkan warga ke tempat yang lebih aman?"

"Entahlah Kyai, karena berita ini pun masih belum pasti. Sekarang pihak kerajaan masih belum mengetahui pihak mana yang merencanakan hal tersebut. Apakah itu adalah musuh besar, atau hanya kelompok kecil saja kita belum tahu. Apakah mereka berniat jahat atau buruk kita juga belum tahu. Karena itulah kenapa sekarang pihak istana belum melakukan tindakan apapun. Namun tetap saja, sekarang pemerintah memasang kesiagaan tinggi."

"Bagaimana dengan bangsa-bangsa lain, apakah kita sudah menjalin komunikasi dengan mereka?"

"Soal itu pun masih belum ada kejelasan. Kita tidak tahu apakah bangsa lain berpihak sebagai teman atau musuh. Kerajaan belum berani mengambil resiko, namun yang dilakukan adalah menyebar telik sandi untuk terus menggali informasi."

"Kita harus bertindak secepatnya. Jangan sampai kita kecolongan waktu."

"Maka dari itulah aku kemari memberitahumu."

"Apakah pihak kerajaan yang memanggilku?"

"Tidak, aku menyampaikan berita ini secara individu terlebih dahulu tanpa sepengetahuan pihak istana. Mungkin tak lama lagi prajurit utusan istana akan datang untuk memanggilmu dan juga menjaga tempat ini."

Saat sedang asik merenung dan memandangi halaman belakang rumah Kyai yang memperlihatkan pemandangan sawah itu, Bendho tiba-tiba kaget. Ia dikejutkan oleh kerbau hitam dan besar yang tiba-tiba masuk ke pekarangan belakang rumah itu. Ternyata kerbau itu bukan kerbau liar, karena ia ditunggangi oleh dua anak muda yang duduk di atas kereta. Kedua anak itu pun turun dari kereta lalu mengikatkan kerbaunya.

"Jadi mereka?"

"ya. Anak yang berbadan lebih kecil itulah yang aku asuh."

Swa memperhatikan orang asing yang sedang duduk-duduk dan menghisap tembakau itu. Kelihatannya orang itu adalah teman lama Kyai. Orang yang dilihat itu pun balas menatap kepadanya.

"Swa, sejak kapan Kyai punya kuda sebesar ini?" Tiba-tiba Gora sambil menepuk pundak Swa. Tampaknya Gora telah usai mengikat kerbaunya.

"Mungkin kuda dari orang itu."

"Ternyata Kyai sedang tidak sendirian. Namun ada yang aneh dari kuda itu."

"Apanya?"

Mereka berbicara berbisik-bisik sambil menuju ke serambi rumah Kyai.

"Ukurannya lebih besar dari kuda biasanya. Bahkan aku belum pernah melihat kuda sebesar itu. Kira-kira itu jenis kuda apa ya?"

Tiba-tiba makhluk yang menjadi bahan pembicaraan kedua anak muda itu memberi respon. Suara ringkikan kuda tiba-tiba terdengar. Hal itu sontak mengagetkan kedua anak tersebut.

"Tidak tahu, pokoknya bukan sembarang kuda." Jawab Swa.

Orang tua itu berdiri dengan susah payah dan menyambut kedua anak muda itu. "Akhirnya kalian datang juga."

Swa tidak berhenti memperhatikan orang tua yang tampaknya adalah sahabat lama Kyai. Dari pakaian yang ia gunakan, tampaknya orang itu bukan orang sembarangan. Orang itu adalah orang dari istana. Kudanya saja besar dan kekar, pasti kuda itu sering terjun ke medan pertempuran. Begitu pula penunggangnya

Kyai yang tahu bahwa Swa tampak seperti kebingungan itu segera memberi penjelasan. Ia memperkenalkan tamunya itu. "Dia adalah Bendho, sahabat lamaku. Dia datang dari istana, dia adalah seorang senopati atau pemimpin pasukan."

Swa dan Gora saling lirik. Tiba-tiba Gora menundukkan kepala dan bersikap memberi penghormatan. Tak selang lama hal itu diikuti juga oleh Swa.

"Tidak usah kalian melakukan itu. Aku sudah tidak lagi mengemban jabatan itu." Tanggap Bendho.

Swa dan Gora membenahkan diri. Namun Swa masih kebingungan, kenapa ada tamu istana yag datang ke rumah Kyai? Apakah ada sesuatu yang penting?

"Persiapkan diri kalian, kita akan melakukan perjalanan."

"Perjalanan? Kita akan melakukan perjalanannya sekarang Kyai?" Tanya Gora.

"Kita akan pergi ke kota raja."

"Memangnya ada apa Kyai?"

"Katamu kamu ingin mencari orang tuamu."

"Iya memang. Apakah orang tuaku berada di sana?"

"Entahlah... Namun aku memang sedang ada keperluan dengan pihak istana. Barang kali ini juga adalah jalanmu untuk bertemu dengan orang tuamu." Jelas Kyai Ronggo.

Tiba-tiba dari ada seseorang lagi yang datang di pekarangan belakang rumah Kyai itu. Baju yang ia gunakan compang-camping bahkan beberapa robek. Ia datang sambil mengomel.

"Hei! Kalian! Bisa-bisanya kalian lari dari hadapanku. Kau kira pukulanmu itu cukup kuat untuk menghentikanku? Jangan coba-coba lari dan bersembunyi dari ku. Kalian telah menggangguku, kalian mengganggu ketenanganku. Untuk itulah kau harus menanggung perbuatan kalian. Aku tidak terima jika......"

Swa dan Gora kebingungan, ternyata sampai sejauh ini orang itu mengikutinya. Mereka tidak memberi tanggapan. Swa dan Gora pun saling pandang. Ternyata apa yang telah diperbuat semakin merepotkan. Mereka berdua jengkel, dan ingin sekali membungkam mulut orang itu. Harus sampai sejauh itu kah seseorang menuntut orang lain hanya karena tidak sengaja membangunkan tidurnya? Lagi pula yang mereka lakukan hanyalah melintas dengan menunggangi kerbau. Namun bagi seorang Rakee, hal itu menjadi sangat mengganggu ketenangannya.

"Lihatlah Kyai, kedua orang ini mengganggu tidurku. Mereka tidak sopan! Mereka juga telah memukuliku hingga aku babak belur dan pingsan. Bukankah apa yang mereka lakukan sangat kejam Kyai? Aku harus..." Omelan Rakee itu bahkan meminta pembelaan pada Kyai.

"Siapa lagi anak itu?" Tanya Bendho kepada Kyai.

Kyai mengatakan bahwa anak itu punya keterbelakangan mental. Kyai Ronggo turun dari terasnya dan memegang kepala anak itu. Kemudian Kyai berkomat-kamit seperti memngucapkan sesuatu. Tidak ada yang mengetahui bahasa apa yang diucapkan oleh Kyai itu. Namun tampaknya hal itu membuat rona wajah sesorang yang kepalanya dipegang itu berubah, bahkan menangis. Rakee menangis bahkan hingga menjatuhkan diri ke tanah.

Swa dan Gora kagum terhadap apa yang baru saja mereka lihat. Bagaimana bisa seseorang dibuat menangis hanya dengan dipegang kepalanya?

"Orang yang mengasuhmu ini bukanlah orang sembarangan. Lihat itu." Kata Bendho sambil dengan sedikit tersenyum.

Hal itu meyakinkan Swa dan Gora terhadap apa yang dilakukan Kyai. Namun ada sesuatu yang mengganjal di pikiran Swa. Kenapa orang itu tau bahwa ia diasuh oleh Kyai? Sepengetahuan Swa hanya sedikit orang yang mengetahui bahwa sesungguhnya Swa adalah anak asuh Kyai Ronggo. Sebagian lainnya mempercayai bahwa Swa adalah cucu dari Kyai. Bahkan orang-orang dekat Kyai juga mempercayai bahwa Swa adalah cucu Kyai. Cerita ini dikarang sendiri oleh Kyai.

Namun orang yang di depannya ini mengetahuinya. Hal ini membuat Swa semakin penasaran terhadap siapa kedua orang tuanya. Kenapa pula kebenarannya harus disembunyikan dan siapa orang ini yang mengetahui bahwa aku adalah anak asuh Kyai?

"Anak ini akan menjadi bagian dari perjalanan kalian. Bersiaplah mulai sekarang, jika memungkinkan petang nanti kita akan berangkat." Entah apa yang ada di pikiran Kyai untuk melibatkan seorang yang agak sinting itu—Rakee.





just click star bottom if you like this part

i'll appreciate your vote also comment

:]

Gate Of Akasa: The Hidden WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang