"salah satu keinginanku adalah ayah mencintaiku benar benar seperti anaknya"
Malam ini aku hanya menangis. Tentu aku sudah menyiapkan makan malam dan lain-lain. Walau merasakan sakit amad sangat. Terlalu takut untuk ikut makan di meja makan bersama mereka
Aku tak takut pada kakak tapi takut pada ayah. Jika kakak mengadu bisa habis aku di caci maki. Paling parah bisa di siksa.
Apa diri ku tidak merasa lapar???
Tentu aku merasakannya, aku membawa makanan ke kamar berupa roti
Bisa gawat jika ketahuan membawa piring ke kamar.Tok tok tok
Terdengar suara pintu kamarku di ketuk
Ku buka dan ternyata ibu."Kenapa kau tak makan di meja makan? Makan sana...". Ucap ibu ku ekhem ibu tiri maksudnya.
Aku curiga dia berlaku baik padaku. Tidak... ini tidak baik ini mungkin akan terjadi hal yang tak ku inginkan. Aku harus berhati-hati.
Mereka semua menunggu ku dan ku lihat kakak sekilas terlihat dia tersenyum licik.
'semoga tak terjadi apa-apa padaku' ucapku dalam hatiAku pun mulai makan dalam diam mendengarkan mereka bersenda gurau sambil memakan makanan.
Aku sangat iri. Aku ingin menjadi bagian dari cerita itu.
Aku tak pernah merasakannya. Ayah tak sehangat ini dulu saat dengan ibu kandungku.
Mereka hanya beradu mulut saja
Aku makan di temani ibu saja sudah bahagia sekali.Aku ingin menangis.
Aku hanya bisa memakan makanan sambil menunduk memandang kosong makanan yang aku buat."Bunga... Bagaimana marching mu? Kapan lomba lagi?" Tanya ayahku.
"Baik baik saja yah. Ada lomba sih sekitar satu bulan lagi. Lagi bikin proposal biar di biayain sekolah. Lagian yah mahal banget pendaftaran nya" jawab kakakku dengan bangga.
"Mahal?... Tapi marching band anak ayah tak pernah kalah ahaha" ayahku tertawa. Betapa sakitnya jika ayahku berlaku kasar pada anak kandungnya tapi hangat pada anak yang berstatus anak tiri. Ingin rasanya aku menyiram air minum ini ke kakakku yang caper itu.
"Iya dong ayah.... Anak ini selalu unggul dalam hal apapun. Siapa yang bisa menolak bunga" ibu tiri ku jelas bangga punya anak seperti dia. Sempurna
"Tak seperti anak mu itu yang cuma bisa nyusahin, bodoh, ahahah" lanjut ibu tiri ku sambil tertawa."Dia bukan anakku... Aku menampungnya untuk jadi pembantu dan menyekolahkan dia saja.." aku tak percaya ayahku mengatakan ini
"Sudah sudah lupakan masalah dia. Kita lanjut marching Bunga saja" lanjutnya.Hati ku memanas. Rasa marah ini sudah bercampur aduk. Marah, sedih, kecewa, tak ada rasa positif di dalam diriku.
Kakakku hanya tertawa senang, bangga bahkan mengecoh saat melihatku.
Hingga
.
.
.
.
.
ByurAku menyiram muka kakak dengan air minum yang ku pegang dari tadi.
Nafasku sudah memburu.
Ku banting gelas kaca yang kosong iniPyar
Ku teriakan semua kekesalan ini. Aku sudah cukup muak dengan ini semua
"Aaaaaaaaaaaa" aku hanya bisa teriak
Melihat kakak yang basah, ibu yang panik takut, ayah yang melihatku dengan marah.
"Apa-apaan kamu Mala!!!" Ayahku membentak ku.
Aku menangis masa bodoh dengan semua. Ingin ku keluarkan semua rasa yang ku pendam."Gila dia yah" ibu tiriku malah memanas manasi
Aku menghampiri ibu tiriku dan akan menampar tapi dengan cepat ayahku menarikku dan menghempaskan ku ke lantai.
Yang ku tau suasana kacau sekarang
Ayah melihat ku dengan mata merah nya"Yah.. tadi Bunga liat dia pacaran. Gendong gendongan di depan rumah. Malu maluin di omong tetangga"
Dengan cepat ayahku mengambil sesuatu dari kamarnya dan kembali dengan sebuah ikat pinggang yang biasa di pakai nya kerja.
Ku lihat kakak tertawa kecil.
Dan semua berjalan dengan cepat aku di seret ke kamar dan rasa sakit di kaki, paha dan punggungku mulai terasa.Ctaaarrr
"Dasar anak tak tau diri. Anak tak tau di untung, malu maluin keluarga, tidak berguna, kau itu lebih baik mati"
Perkataan ayah di susul suara cambukan.
Aku meringis merasakan rasa panas sakit dan perih. Walau tertutup kain tapi ini sangat sakit. Belum lagi luka di lututku blm kering.
Aku tak sedikit pun mengeluarkan kata maaf, atau meminta ampun.
Rasa hati ku lebih sakit dari cambukan sabuk ayah.Pandangan ku mengabur. Air mata sudah berapa kali tumpah.
Aku pusing rasa nya sakit kepala berdenyut. Semua berputar berkunang kunang mataku mulai sayu danBruk
Aku tergeletak dengan pandangan kearah pintu.
Tangan ku mengarah ke arah pintu...
Kakiku sudah tak mampu di gerakan
Semuanya sakit....Cambukan sepertinya sudah berhenti.
Terlihat ayah keluar dari kamar dan menutup pintunya.Aku mencoba bersuara walau ringisan ini selalu keluar
"Aku sayang ayah"
Dan semua gelap
.
.
.
.
TBCHuwaaa😭 kasian banget Mala
Kalian kasian gak sih???Vote dan coment ya
Krisar juga bisa
Aku terimaSalam hangat
25 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanging On
RandomHari hari penuh tangis di kisah ku Kalian harus tau! Kalian harus menjadi saksi semua ini Aku tak butuh rasa kasihan kalian Yang ku ingin kan hanya menjadi saksi atas semua derita yang aku rasakan Tentu ada hal yang menyenangkan Apa aku harus bert...