Chapter 5 || FM

37.4K 1.6K 6
                                    

••• Happy Reading •••

Seorang perempuan muda yang masih berusia sekitar 18 tahun itu berjalan di trotoar dengan langkah gontai. Ia tak tau harus pergi kemana? Yang pasti ia akan pergi menjauh dari orang-orang terdekatnya dan pergi dari orang yang pernah dikenalinya.

Sudah dua hari ia berjalan untuk mencari tempat tinggal sementara, namun ia tak kunjung menemukannya juga.

Kathryn. Perempuan muda itu adalah Kathryn. Ia bingung harus mencari tempat tinggalnya ke mana? Sedangkan ia tidak mempunyai uang yang cukup untuk membayar sewaan rumah. Kemarin saat ia diusir dari rumah, ia hanya membawa uang sebesar seratus ribu rupiah. Hanya sebesar itu yang dia punya. Uang sebesar itu, hanya cukup untuk biaya makannya selama dua hari ini. Bahkan, uang itu kini tinggal tersisa sedikit lagi. Mungkin hanya untuk satu kali makan lagi.

Kathryn berhenti sejenak di sebuah taman untuk menghilangkan rasa penatnya. Ia mendudukkan dirinya di sebuah kursi besi yang berbentuk memanjang berwarna putih yang berada di taman itu.

"Sayang, kamu yang sabar ya, Nak? Bunda janji. Bunda akan berusaha sekuat tenaga untuk membiayai hidup kita berdua," gumamnya seraya mengelus pelan perut yang masih nampak rata itu.

"Bunda yakin, kita pasti bisa melalui semuanya, sayang." lanjutnya lagi.

Kathryn mengedarkan pandangannya ke depan. Ia melihat orang-orang yang sedang berlalu lalang melewatinya.

Matanya terpaku ketika ia melihat ada sepasang manusia dengan seorang anak perempuan sambil memakan ice cream di taman yang sama dengannya tetapi di tempat yang agak jauh darinya. Mereka terlihat sangat bahagia. In fact, mereka tertawa bahagia bersama anak mereka.

Maybe, begitu rasanya memiliki sebuah keluarga kecil yang bahagia. Andaikan dirinya yang berada di posisi mereka, hidup bahagia bersama dengan seorang suami yang baik dan penyayang, dan di karuniai seorang anak yang sangat lucu dan menggemaskan. Sempurnalah sudah kebahagiaannya.

"Andai saja nasibku seperti mereka, memiliki keluarga kecil yang bahagia. Mungkin kehidupanku sudah sempurna," gumamnya seraya tersenyum miris.

Namun sayang, nasibnya tak seperti apa yang ada di dalam pikirannya. Malah, nasibnya berbanding 180 derajat dengan apa yang selama ini ia idam-idamkan.

"Allahu akbar allahu akbar--"

Tiba-tiba terdengar suara panggilan merdu yang menyadarkannya dari lamunannya. Mendengar panggilan Tuhan itu ia langsung menepis semua halusinasinya kemudian ia pergi ke masjid untuk melaksanakan kewajibannya pada Tuhan.

🌿🌿🌿

Seorang laki-laki turun dari sebuah kendaraan roda dua kepunyaannya. Ia beristirahat sejenak untuk menghilangkan rasa penat yang menyaluri di sekujur tubuhnya. Sejak tadi pagi, ia mencari keberadaan sang adik untuk membawanya kembali pulang ke rumah. Namun, ia belum juga menemukan adiknya itu.

Ibunya, Lisa tak pernah berhenti menangis pasca malam itu dia mengusirnya.

Reihan turun dari motornya, kemudian ia mampir ke sebuah warung di depannya untuk membeli sebuah minuman.

"Bu, yang ini harganya berapa?" tanyanya pada seorang pedagang yang menjaga di warung tersebut seraya menunjukkan sebuah minuman yang dikemas dalam botol.

"Oh, yang itu harganya lima ribu rupiah, Mas," jawab seorang pedagang itu.

"Baiklah, saya ambil yang ini. Ini uangnya, Bu! Terimakasih," jawab Reihan. Kemudian ia mendudukan dirinya di kursi yang telah disediakan di warung tersebut.

Setelah beberapa saat kemudian, rasa penatnya pun mulai berkurang. Reihan bangkit dari duduknya untuk melanjutkan misi pencarian adiknya. Sebelum ia benar-benar pergi dari tempat itu, ia membalikkan tubuhnya untuk bertanya kepada ibu pemilik warung yang baru saja di kunjunginya.

"Uhm ... Permisi, Bu. Barangkali ibu tau atau pernah lihat perempuan yang ada di foto ini?" tanya Reihan seraya menunjukkan sebuah foto perempuan yang tengah berpose cantik pada ibu pedagang itu.

 Barangkali ibu tau atau pernah lihat perempuan yang ada di foto ini?" tanya Reihan seraya menunjukkan sebuah foto perempuan yang tengah berpose cantik pada ibu pedagang itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf, Mas. Saya tidak tau," jawab ibu pedagang itu seraya menggelengkan kepalanya. Reihan mengangguk mengerti.

"Baiklah, terimakasih Bu! Kalau begitu, saya permisi," ucap Reihan. Lalu ia pun menaiki motornya dan pergi meninggalkan warung tersebut.

🌿🌿🌿

Setelah selesai melaksanakan sholat dzuhur, lalu Kathryn kembali melanjutkan perjalanannya yang tak tentu arah itu.

Krruukk...

Ia memegang perutnya yang terasa lapar, "Sayang, tahan sebentar ya? Nanti Bunda akan membeli makanan, Nak," ujarnya seraya mengelus perut ratanya pelan.

Ia kembali berjalan untuk mencari sebuah warung nasi. Tapi, tiba-tiba saja seseorang menghentikan motornya tepat di depannya.

"Akhirnya, ketemu juga kamu, Dek!" pekik Reihan. Lalu, lelaki itu pun memeluk adik perempuannya itu.

"Kakak ngapain nyariin aku?" tanya Kathryn dingin.

"Kathryn, sejak kamu pergi, Ibu selalu menangis dan mikirinmu terus. Dia ingin kamu kembali ke rumah. Kakak mohon, pulang ya?" ucap Reihan sambil memegang kedua tangan Kathryn.

Air mata Kathryn mulai kembali turun membasahi pipinya. Jujur saja, ia juga sangat ingin kembali pulang ke rumah. Tapi...

"Tapi Kak ... Aku takut Ayah marah," ucap Kathryn lirih seraya menundukkan kepalanya.

"Nggak. Ayah nggak akan marah sama kamu. Tapi dia sangat marah dan benci sama cowok yang udah tega buat kamu jadi seperti ini. Jadi Kakak mohon, pulanglah."

Akhirnya, Kathryn pun menganggukkan kepalanya pelan. Lalu, ia kembali memeluk Kakaknya. Reihan pun membalas pelukan dari adik tersayangnya.

Mereka menguraikan pelukannya, "baiklah, sekarang ayo kita pulang."

Lalu, Kathryn dan Reihan pun mulai menaiki motor Reihan dan menjalankan motornya untuk membawa mereka kembali pulang ke rumah.











To be continue😚

I'm Sorry [Terbit E-book]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang