Chapter 3 || FM

37.2K 1.6K 13
                                    

••• Happy Reading •••

Hari demi hari telah terlewati. Satu bulan telah berlalu semenjak kejadian malam itu. Begitu juga dengan Kathryn yang setelah beberapa hari ini nampak berbeda dari hari-hari biasanya. Wajahnya yang semakin pucat dan juga sering merasakan pusing dan mual.

Lisa, Ibunya selalu mengajaknya untuk diperiksa ke dokter, tapi ia selalu bersikeras menolaknya.

"Kathryn! Cepat keluar, Nak! Sarapan sudah siaaapp!!" teriak Lisa dari ruang makan.

Tak lama setelah itu, Kathryn pun keluar dari dalam kamarnya dan menghampiri sang Ibu ke ruang makan. Lalu, ia pun duduk di kursi meja makan sambil menatap beberapa hidangan makanan yang telah di siapkan oleh Ibunya.


"Hari ini, ibu masak apa?" tanyanya pada Lisa.

"Hari ini, Ibu masak telur rendang kesukaan kamu sama Kakak kamu sayang. Kita tunggu Ayah sama Kak Reihan dulu, ya?" jawab Lisa yang dibalas anggukan kepala oleh Kathryn.

"Selamat pagi, semuaaa!" sapa Diego, ayahnya. Lalu, ia mendudukan dirinya di kursi meja makan.

"Pagi juga, Yah!" jawab Lisa dan Kathryn bersamaan.

"Dimana Kakak mu?" tanya Diego mencari keberadaan anak sulungnya.

"Kak Reihan masih di kamarnya kali, Yah," jawab Kathryn asal. Karena ia pun tak tau Kakak nya itu di mana.

"Nah, itu Kak Reihan!" pekik Kathryn saat ia melihat seorang laki-laki berjalan menghampiri meja makan.

"Selamat pagi, Ayah! Selamat pagi, Bu! Selamat pagi juga adikku!" sapa Reihan seraya duduk di kursi yang bersebelahan dengan adiknya itu.

"Ayo kita makan!" pekik Lisa. Kemudian ia menyodorkan satu per satu piring yang sudah berisikan nasi beserta lauk pauknya itu pada mereka.

"Iya, Bu."

Mereka pun mulai memasukkan makanan itu pada mulutnya.

Ketika Kathryn mulai memasukkan sesendok nasi ke dalam mulutnya, tiba-tiba ia merasakan mual lagi.

Ya, sudah beberapa hari terakhir ini ia sering mengalami mual-mual seperti ini. Keluarganya juga merasa heran dengannya. Sebenarnya ada apa dengan Kathryn?

"Huegh..huegh.."

Kathryn langsung menutup mulutnya dengan tangan kanannya kemudian berlalu pergi ke kamar mandi. Keluarganya juga kini dibuat heran lagi dengan tingkah Kathryn yang terlihat semakin aneh akhir-akhir ini. Biasanya, Kathryn sangat lahap ketika memakan telur rendang buatan ibunya. Tapi sekarang? Ia malah mual saat memakan makanan itu.

"Bu, ada apa dengan Kathryn? Ayah merasa ada yang aneh dengannya. Apa dia sakit?" tanya Diego beruntun.

"Entahlah. Ibu juga tidak tau." jawabnya seraya mengedikkan bahu.

"Mungkin sebaiknya Ibu bawa saja dia ke dokter. Mungkin dia sakit?" ucap Reihan memberikan saran pada ibunya.

"Kemarin juga ibu sudah mengajaknya untuk pergi ke dokter, tapi adikmu itu selalu saja menolaknya," jawab Lisa.

"Kali ini ibu harus membujuknya lagi," ucap Reihan. Lalu, ia melanjutkan kegiatan makannya yang sempat tertunda.

Tak lama setelah itu, Kathryn pun kembali datang menghampiri mereka dengan wajahnya yang sedikit pucat.

"Sayang, apa kau baik-baik saja, Nak?" tanya Lisa khawatir. Kathryn hanya menganggukan kepalanya dengan pelan.

"Sebaiknya nanti kita pergi ke dokter untuk memeriksa keadaanmu, ya?"

"Tidak perlu, Bu. Aku baik-baik saja," jawab Kathryn menolak ajakan ibunya.

"Kau jangan berbohong, sayang. Ibu tau, kamu sakit. Maka dari itu, kita harus memeriksa keadaanmu!" ucap Lisa tegas. Kathryn pun akhirnya hanya mengangguk pasrah.

"Uhm, Yah? Bu? Kath? Reihan harus segera pergi. Hari ini Reihan ada sedikit pekerjaan di sekolah yang harus segera Reihan selesaikan," pamit Reihan pada keluarganya.

"Ya sudah, pergilah Nak! Hati-hati di jalan! Bawa motornya jangan kebut-kebutan!" jawab Diego, ayahnya.

"Baik, Yah! Reihan pergi. Assalamualaikum," ucap Reihan kemudian ia mencium pungung tangan kedua orang tuanya serta mengacak gemas rambut adik kesayangannya.

"Waalaikumsalam," jawab mereka serentak.

Setelah itu, lalu Reihan pergi meninggalkan mereka melewati pintu rumahnya.

Reihan adalah seorang guru honor yang mengajar di salah satu sekolah menengah pertama yang terdekat di daerah sini.

Saat ini memang sedang libur kenaikan kelas, tetapi ia harus menyelesaikan pekerjaannya yang belum sempat terselesaikan.

"Kalau begitu, Ayah juga harus segera pergi. Assalamualaikum," ujar Diego berpamitan.

"Baiklah. Waalaikumsalam, hati-hati di jalan, Yah!" jawab Lisa seraya mencium punggung tangan suaminya tersebut.

"Hati-hati di jalan, Yah!" ucap Kathryn, kemudian ia ikut mencium punggung tangan Ayahnya.

Diego tersenyum, "iya," jawabnya. Kemudian ia pergi meninggalkan Isteri dan puterinya.

Diego, yang memiliki nama lengkap Diego Sanjaya. Ia adalah seorang pegawai bawahan di kantor tempatnya bekerja. Mereka bukanlah sebuah keluarga yang tergolong serba berkelebihan, tetapi mereka adalah sebuah keluarga yang tergolong cukup sederhana.

"Bu, ibu tidak perlu membawaku ke dokter. Aku baik-baik aja kok," ucap Kathryn.

"Ibu tidak yakin kalau kamu baik-baik aja, Kathryn."

"Percayalah, Bu! Aku baik-baik aja," ucap Kathryn lagi meyakinkan ibunya.

🌿🌿🌿

Semenjak kejadian yang terjadi satu bulan yang lalu, Daniel tak pernah melihat Kathryn lagi. Entah ke mana perginya wanita itu.

Malam ini, Daniel menatap langit-langit kamarnya dan bergelut dengan pikirannya. Ia sedang memikirkan sesuatu. Bagaimana jika perbuatannya malam itu membuahkan hasil dan membuat wanita itu hamil?

"Argh!!" umpatnya seraya mengacak rambutnya frustasi.

"Kenapa semua ini harus terjadi sih?!"

"Argh, sial! Gimana kalo dia hamil? Dan, itu--- aarghh!!"

Ia terus mengumpat seraya mengacak rambutnya frustasi dan sesekali mengusap wajahnya dengan gusar.

🌿🌿🌿

Di waktu yang sama, tempat yang berbeda. Seorang perempuan sedang membantu ibunya untuk membuat sesuatu dan menyiapkan makan malam mereka.

Ibunya baru saja pergi keluar untuk membeli sesuatu. Kini, hanya tinggal dirinyalah yang berada di rumah sambil memasak sesuatu di dapur. Ayah dan Kakaknya belum pulang mungkin karena pekerjaan mereka yang harus segera terselesaikan sekarang.

Kathryn tengah mengaduk-adukan sayur yang sedang di masaknya, tapi tiba-tiba saja kepalanya terasa pening dan berat. Ia berusaha untuk tetap berdiri tegap dan fokus pada kegiatannya. Namun, kini rasa pening itu semakin bertambah dan membuatnya sudah tidak bisa menahannya lagi. Pandangannya mulai mengabur sehingga membuatnya terjatuh dan berakhir dengan tergeletak di lantai dapur.


What happened with Kathryn?









To be continue😚

I'm Sorry [Terbit E-book]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang